Selasa, 30 Agustus 2022

Sabar dan optimis

 QS 39 : 53

Sabar dan optimis


Ketika berbicara tentang cara kita memandang dunia, kebanyakan dari kita termasuk dalam salah satu dari dua kategori yaitu optimis atau pesimis. Disaat kita sedang dirundung masalah, percayalah bahwa setiap permasalahan dalam hidup pasti dapat terselesaikan. Cobalah untuk menghadapi permasalahan hidup dengan positif, jika memandang hidup dengan keluhan dan amarah pasti hidup ini akan menjadi beban yang berat akhirnya putus asa.

Jangan pernah menyerah dan berusaha lari, tapi hadapilah cobaan yang ada di depan kita dengan sabar.

Dalam QS 39 : 53 Allah melarang kita putus asa dari rahmat Allah. Yang jadi masalah di QS 59 : 19 kita seringkali lupa diri sehingga Allah pun melupakan kita.

Optimisme dalam menghadapi persoalan dan masa depan merupakan bagian integral dari keberimanan seseorang. Belajar optimis berarti belajar mereformasi iman, menyesali dosa-dosa masa lalu (bertaubat), tidak mengulangi kesalahan, dan bertekad menyongsong masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu, belajar optimis seyogyanya tidak berhenti pada perbaikan kualitas hidup di dunia, tapi juga bervisi jauh ke depan, yakni harapan baik dalam kehidupan akhirat kelak.

Belajar optimis di QS 18 ; 110 bukan sekadar keinginan tanpa tindakan nyata. Belajar optimis harus disertai usaha dan doa.

Usaha itu di QS 33 : 21 dapat diwujudkan dengan kembali meneladani perjalanan hidup Rasulullah SAW yang tidak pernah surut dari ujian dan cobaan, bahkan ancaman terhadap keselamatan jiwanya.

Salah satu penyebab putus harapan adalah berpikir negatif (su’udzon), tidak mengingat Allah, dan krisis keteladanan. 

Dengan belajar optimis, kita dapat membangun komitmen baru, berpikir positif, etos kerja produktif,  dan selalu mensyukuri karunia Allah SWT, sehingga cita-cita mulia selalu menjadi target perjuangan hidupnya.

Belajar optimis diiringi dengan doa dapat menjauhkan diri dari murka Allah, karena Allah sangat senang jika dimintai, lebih-lebih hamba yang meminta kepada-Nya dengan penuh optimistis.

Optimislah, siapa pun yang sabar dan tekun akan mekar seperti bunga akan indah seperti purnama dan menakjubkan seperti kupu-kupu.❤️

Sabar adalah nasehat mas ipul tiap saat menelpon karena aku merasa hancur hatiku, U Edi, U Mim, U Yus, U. Hayat bahkan abi Ihya. Setelah aku renungkan yang membuatku hancur adalah sikap, perkataan murid. Semua teman dan pimpinanku mendukung, mengerti dan selalu memberikan solusi, atau paling tidak mendengarkan ceritaku atas semua drama yang ada. 

Sampai suatu ketika suamiku bilang "Syukur saja terus, bayangkan wajah senyum mereka". Aku balas "Apa yang harus aku syukuri mas, hatiku hancur, disana aku dicinta, disini aku diremehkan, diketawakan, dicuekin". Suamiku balas "bersyukur karena mereka bukan anakmu sendiri". Jlek, aku langsung membenarkan, aku bersyukur.

Marsmellow

 QS 40 : 28

Tuhanku Adalah Allah


Tuhanku adalah Allah

Agamaku islam

Nabiku Nabi Muhammad❤️


Siapa yang tidak mengenal syair lagu ini? Insya'Allah semua tahu dan anak-anak taman kanak-kanak hafal semua karena setiap hari lagu yang diajarkan oleh gurunya atau asatidnya ❤️


MaasyaAllah ....Tabarokalloh....ternyata ada di QS 40 : 28 dan ini merupakan kalimat adil dan hak sebagai kalimat untuk menasehati penguasa yang bertindak sewenang- wenang.

Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:

"Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan seorang sultan - pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.


Wahai umat Muhammad, sebaik-baik umat yang paling banyak manfaat bagi manusia dimana selalu amar ma'ruf nahi munkar. Barang siapa bisa merealisasikan sifat ini di QS 3 : 110 adalah sebaik-baik umat


Jihad merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang dalam QS 22 : 78 adalah mengerahkan segenap potensi diri untuk melakukan sesuatu kebenaran.


Tidak tepat rasanya, jika jihad selalu digambarkan sebagai mereka yang terjun ke medan perang. Istilah jihad juga diperkenalkan Rasulullah SAW sebagai sebuah upaya pengendalian diri dari hawa nafsu.

"Jihad yang paling utama adalah berjihad berjuang melawan hawa nafsu.” (ibnu Najjar dari Abu Dzarr)


Dalam Islam, jihad bukan hanya bermakna mereka yang terjun dalam peperangan, tetapi juga berjuang dan berusaha melawan penindasan dan kezaliman, seperti korupsi, pemerkosaan, dan human trafficking. Bahkan, berbakti kepada orangtua dan menuntut ilmu juga termasuk dalam jihad❤️


Sebenarnya, di QS 31 : 15  siapa saja bisa berjihad termasuk orang kafir.

Namun kembali lagi, benar seperti apa yang dikatakan Rasulullah SAW, jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu. Di QS 25 : 52 jika kita bisa mengendalikan hawa nafsu, maka semua akan berada dalam jalan yang lurus, bukan melakukan hal-hal yang membuat dosa.


Jadi, dapat disimpulkan kalau jihad yang paling penting adalah bagaimana mengangkat martabat manusia bukan menurunkan martabat kemanusiaan, seperti damai dan saling menghormati. Dalam konteks Islam, jihad adalah melawan kecenderungan kejahatan dalam diri.

Penelitan pada seorang anak kecil, dimasukkan dalam ruangan sendirian dan disediakan marsmellow, tanpa perintah. Marsmellow adalah kesukaan anak kecil, saat dia sendirian lagi diuji pemikirannya sehingga tak ada yang mempengaruhi keputusannya kecuali dirinya. Beberapa anak mengambil dan hanya sedikit yang membiarkan. Setelah 15 tahun lagi, orang yang sama diteliti kehidupannya, ternyata yang tidak mengambil itu yang lebih sukses. 

Aku meneliti 6 muridku dengan memberikan pertanyaan "seandainya anak kecil itu kamu, apa yang akan kau perbuat?" 5 anak mengambil dan memakannya dan hanya Ahla yang  mendiamkan, karena tidak ada perintah yang jelas dan tidak jelas juga marsmellow itu miliknya siapa. Muridku terkejut mendengarkan hasil penelitian bahwa yang mendiamkan  itu lebih sukses.

Hal ini menyangkut kecerdasan mengendalikan emosi saat melihat sesuatu yang disenangi, tanpa dilihat orang, hanya Alloh yang melihat. Sungguh itu juga termasuk ujian keimanan bahwa alloh melihat setiap yang kita lakukan. Dan itu menunjukkan karakter seseorang yaitu saat sendiri tanpa ada yang mempengaruhi, merasa tidak dilihat oleh Alloh. Seperti halnya kalau fenomena saat ini adalah penggunaan leptop, HP dan media sosial yang saat ini belum boleh digunakan sehingga menjadi suatu hal yang setara dengan marsmellow. "Akankah kalian mencuri-curi untuk melanggar menggunakan medsos? atau kalian memilih untuk amanah, menahan diri?"

Ketrampilan mengambil keputusan juga ada saat penelitian ini, tidak berdasarkan suka atau tidak suka, namun berdasakan benar atau salah jika suatu aktivitas dipilih untuk dilakukan. Kemanfaatan dalam suatu tindakan itu menunjukkan kedewasaan sesorang dalam berpikir dan berbuat. Hal itu yang menentukan seseorang akan sukses atau tidak sukses? Dan itulah Jihad yang sebenarnya dalam islam, jihad yang besar melebihi jihad di perang uhud,  yaitu menahan hawa nafsu.


Senin, 29 Agustus 2022

Penjara Kebenaran

 QS 40 : 4

Pentingnya Keseimbangan Hidup


Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki berbagai macam hasrat dan keinginan dalam hidupnya. Bila hasrat dan keinginan tidak dipandu dengan akal yang jernih dan ajaran agama yang luhur dapat menimbulkan keserakahan, kerakusan, ketidakpuasan berlebihan dan hal-hal lain yang dapat merusak bahkan melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri. Karenanya kita harus menyadari pentingnya keseimbangan hidup baik dalam mewujudkan hasrat maupun melenyapkannya. 

Dalam QS 40 : 4 pada akhir ayat Allah memperingatkan Nabi Muhammad supaya jangan terperdaya dengan kemewahan yang diperoleh dan keberhasilan usaha orang-orang kafir. Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad namun dimaksudkan pula untuk umatnya, sebagaimana kita lihat banyak ayat yang ditujukan kepada Nabi SAW tapi pada hakekatnya ditujukan pula kepada semua umatnya. Nabi SAW selama hidupnya tidak pernah Terperdaya oleh bujukan dan tipuan siapapun.

Kaum muslimin di QS 3 : 196 - 197 tidak boleh terperdaya oleh kehidupan mewah orang-orang kafir yang tujuan hidupnya hanyalah mencari kekayaan dunia semata. Bagaimanapun juga semua ada batasnya dan sifatnya sementara paling lama sama dengan umurnya, sesudah itu akan mendapatkan siksaan yang amat pedih di akhirat.

Kita harus tabah dan sabar menghadapinya serta di QS 28 : 77 tetap berjuang untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat❤️

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “bukanlah orang yang paling baik diantara kamu, orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia hingga ia dapat memadukan keduanya (dunia dan akhirat). Janganlah kamu menjadi beban orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Asakir dari Anas bin Malik)

Hadis di atas mengajarkan bahwa seseorang harus memiliki keseimbangan hidup, baik persoalan duniawi maupun persoalan ukhrawi. Dunia bukan hanya sebagai tempat sandiwara, tetapi juga sarana dan perantara untuk kehidupan akhirat yang abadi selama-lamanya. Tanpa kehidupan dunia yang baik (aman, tentram dan memungkinkan untuk beribadah), hampir mustahil bagi kita untuk menggapai kesuksesan akhirat kecuali bagi orang-orang tertentu.

Syekh Muzaffer, seorang tokoh sufi asal Istanbul berkata, “sibukkan tanganmu dengan melakukan pekerjaan duniawi, dan sibukkan hatimu dengan Allah.” (Psikologi Sufi: 47).

Kesimpulannya dalam hidup hendaknya kita dapat hidup secara seimbang, dengan mengutamakan kebahagiaan akhirat sebagai visi kita, dan juga merengkuh kehidupan dunia serta kenikmatannya sesuai dengan ridha Allah, sebagai bekal kita untuk kehidupan akhirat kelak. 

Mari manfaatkan waktu kita sebaik-baiknya dengan kesadaran penuh bahwa usia dan kehidupan kita itu ada akhirnya, dan mencari akhir yang baik (khusnul khotimah) adalah kuncinya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. :

Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.

Meluruskan niat untuk pertama kali berangkat ke sini, untuk beribadah meraih ridho Alloh. Alhamdulillah aku bisa berdoa sebanyak-banyaknya, solat sebanyak-banyaknya. Awalnya itu karena kwajiban, lama-lama karena merasa butuh pertolongan Alloh saat diriku sangat terpuruk oleh kebencian mereka yang sebenarnya adalah pelampiasan rasa belum krasan, adaptasi lingkungan baru. Akibatnya mereka membenciku dengan alasan gak jelas. Merasa gak pingin diatur, padahal aku juga gak banyak mengatur karena memang disetting untuk mereka nyaman terlebih dahulu. 

Mereka mengakui kalau dulu solat saja jika mood datang. Temannya ke rumah pinjam mukena dia juga tidak terketuk hatinya untuk ikut solat. Rumahnya hanya 100 meter dari masjid, saat adzan dia juga tidak ke masjid. Solat hanya saat romadhon saja. Bahkan saat orang bangun untuk solat tahajud, dia berangkat tidur karena semalam sudah nonton drama korea sebanyak 16 episode. Di sini dia masuk karena dipaksa oleh ortunya yang ingin menjadi lebih baik. Alhamdulillah sejak 20 agustus ssudah mulai semangat mengajinya. Masuk penjara kebenaran...heheh 

Lihatlah org lain positifnya

 Sejenak Pagi

Lihatlah org lain positifnya


Suatu hari pak guru menulis ini di whiteboard.

9×1=7

9×2=18

9×3=27

9×4=36

9×5=45

9×6=54

9×7=63

9×8=72

9×9=81

9×10=90

Ketika pak guru telah menyelesaikan tulisannya, ia menatap para muridnya yang kemudian mulai menertawakannya karena perhitungan yang paling atas adalah salah.

Kemudian pak guru  berkata :

"Saya sengaja menulis  salah dengan satu tujuan sebab saya ingin kalian belajar sesuatu dari ini.

Saya ingin kalian tahu bagaimana dunia ini memperlakukan kita. Kalian kan sudah melihat bahwa saya menuliskan hal yang benar sebanyak 9 kali. Tapi tak ada satupun dari kalian yang memberi selamat atau pujian kepada saya. Kalian malah menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan saja."

Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal hal baik yang kita lakukan jutaan kali sekalipun.

Hidup ini justru akan mengkritisi satu saja kesalahan kecil yang kita lakukan.

Tapi kita tak perlu berkecil hati.

Teruslah melangkah.  

Jangan takut berbuat salah. Jangan risaukan apa yang akan orang lain katakan tentang kita. 

Jadikan kesalahan sbg pembelajaran dan perbaikan kualitas yg lebih baik.

Seribu cacian mudah terlontar, tetapi satu pujian susah keluar..

Semoga kita menjadi hamba Alloh yg cerdas, shg bisa membedakan mana yg hak mana yg bathil, mempunyai hati yg pandai bersyukur bukan pandai mencaci, bisa mengedapan kepentingan org banyak bukan kepentingan diri & menjadi insan kamil.

Hal ini saya terapkan saat melihat murid-murid saya. Saya buat catatan di leptop "Aku bukan malaikat" yang isinya tentang kebaikan muridku sekecil apapun perbuatan baiknya. Suatu ketika aku mencatat muridku "tersenyum pada saya" itu artinya senyuman nya buatku itu adalah suatu hal yang special, dengan kata lain sangat mahal senyumnya buatku, padahal kepada yang lain sangat murah. Namun ternyata hal itu membuat muridku terbelalak dan merasa kuperhatikan, dan bisa jadi itu sebagai evaluasi untuk perbaikan  dirinya. 

Pastinya semua orang akan senang kalau dihargai kebaikannya. Mungkin pertamanya akan termotivasi untuk berbuat baik karena pujian kita, namun lama-lama menjadi kebiasaan dan akan ikhlas. 

Kalau mau jujur sebenarnya ada ganjalan di hati tentang sesorang, namun berusahalah untuk menyingkirkan itu. Kalau ada luka berusahalah untuk mengobati sendiri dangan kata-kata "never mind, kau mau kata apa terhadapku, toh hidupku tidak tergantung kamu". Kalau seseorang mengganggu kepentingan umum, dan membuat tidak nyaman orang lain, misalnya mengganggu murid yang lain, pastinya akan saya ingatkan secara proporsional. Kalau berkaitan dengan solat, misalnya solat sambil tertawa, ya pasti harus diingatkan karena berkaitan dengan syariat. 


Jumat, 26 Agustus 2022

Bahagia

 Mencari Bahagia

Pusatkan perhatian pada sesuatu perkara yg membahagiakan. Jangan melihat pada apa yg tidak ada, sebaliknya lihatlah pada apa yg masih tinggal. Kalau ada kejadian atau keadaan yg tak membahagiakan dilihat dari satu sudut, pandanglah dari sudut yg lainnya. Jangan memikirkan pada sesuatu yg tidak ada, sebaliknya syukuri dan manfaatkan segala apa yg sudah ada dan berbahagialah. 

Suamiku Jadul (35)

 Suamiku Jadul (35)

Panen sawit telah selesai, kami bersiap untuk pulang ke Medan. Perjalanan darat yang jauh sudah tak masalah lagi bagiku. Mungkin ini yang disebut orang "alah bisa karena biasa" makin sering ikut suami ke mana-mana. Makin terbiasa. 

Sampai di Medan kami dapat undangan aqiqah anak temanku. Aku selalu khawatir dengan pesta, karena Bang Parlin sangat sulit makan pakai sendok. Tak mungkin makan pakai tangan di tengah pesta. 

"Bang, sini kuajari dulu Abang pakai sendok," kataku di suatu malam. Karena hari minggunya kami harus ke pesta, aku tak ingin suamiku malu. Karena di pesta ini akan hadir semua teman satu gengku. 

"Ah, gak usah, Dek," jawab suami. 

"Ayolah, Bang, biar gak malu kita," 

"Udah, Dek, kalau malu gak usah kita makan,"

"Ish, Abang, ngapain ke pesta kalau gak makan?"

"Ya, udah, gak usah kita ke pesta," 

"Sebel, adek kan mau nurut sama Abang, Abang pun harus gitu, demi kebaikan bersama, rumah tangga itu hasil kompromi dua karakter jadi satu." kataku coba membalikkan kata-katanya. 

"Cie ...  ciee, yang niru," suami malah menggodaku. 

Ada tamu datang, dia temanku yang hendak mengadakan aqiqah putranya. Mau ngapain dia kemari, undangannya sudah sampai. 

"Nia, kau makin langsing aja sekarang," katanya seraya salam dan cipika-cipiki. 

Aku makin heran, biasanya mereka selalu panggil aku Niyet, ini sudah Nia aja, ada apa ini.

"Undangannya sudah sampai, kok?" kataku kemudian. 

"Iya, Nia, sudah sampai memang, aku datang karena ada perlu," katanya lagi, sepertinya dia serius. 

"Ada perlu apa ya?"


"Begini, kan minggu mau pesta, jadi rencananya hanya aqiqah saja, tapi suamiku menyarankan supaya dibuat acara resepsi yang besar. Butuh danalah, Nia, pinjami dulu aku Nia, uang amplop nanti bayarnya, pasti dapat kok, dulu aja kami resepsi nikah, dapat dua puluh juta lebih." kata temanku ini. 


"Ohh," kataku seraya melihat Bang Parlin yang seperti biasa kebanyakan diam. 


"Tolonglah, Nia, demi masa lalu," katanya lagi. 


Aku langsung mengerti "demi masa lalu" yang dia maksud, dia pernah bantu aku dulu. Aku tak tahu harus berkata apa, ada pula Bang Parlindungan di sini, tak mungkin kulangkahi Bang Parlin, akan tetapi bila minta pendapat dia, dia pasti menolak, dia orang yang tidak suka sama yang berlebihan. 


"Bagaimana, Bang?" tanyaku akhirnya. 


Kulihat Bang Parlin mau bicara, aku khawatir dia akan menceramahi temanku ini tentang kebutuhan dan keinginan. Sebelum dia lanjut bicara, kutarik tangannya untuk bicara berdua. 


"Permisi dulu, ya," pamitku pada teman ini.


"Bang, kasihan dia, dia pernah bantu bayar uang sekolahku dulu, jangan Abang ceramahi dulu soal keinginan kebutuhan ya, Bang," kataku pada suami setelah kami berdua. 


"Iya, Dek, uang yang sudah diberikan pada Adek ya, uang Adek, terserah mau diapain, tak mungkin Abang paksakan prinsip hidup Abang ke orang lain," kata suami,  perkataannya itu membuat aku senang sekali. 


"Tapi, Dek, berutang biar pesta mewah itu sangat, sangat memalukan," kata suami lagi. Perkataan seperti inilah yang kutakutkan suami bilang langsung ke temanku ini. Bagaimana pun juga, aku harus menjaga perasaannya. 


Akhirnya kuberikan juga uang tersebut, dua puluh juta banyaknya. Janji dia bayar setelah pesta usai. 


Ketika pesta berlangsung, kami datang juga, perlakuan temanku pada kami sudah berubah, tak ada lagi merendahkan, tak ada lagi yang menghina penampilan suami yang tak bisa mengikuti jaman. Kini suami memang sudah gobel lagi, rambut bagian belakangnya sudah mulai panjang. 


Kami berada di meja makan, aku sudah deg-degan akan malu karena suami tak pandai pakai sendok. Sementara kami satu meja dengan Rapi dan teman yang lain. 


"Susah kali pakai sendok ini, ada cuci tangan," kata suami. Akhirnya yang kutakutkan terjadi juga. Duh, malunya. 


Akan tetapi, dengan cepat seorang penjaga hidangan mengambil baskom kecil berisi air. Dan yang paling menakjubkan semua temanku juga minta cuci tangan. 


"Iya, betul juga, kadang pakai sendok ini membuat kita tersiksa makan, kurang nikmatnya," kata Rapi. 


Yang terjadi malah semua orang di meja itu makan pakai tangan, rasa maluku tertutupi kini. Duh, suamiku, kamu itu memang .... 


Setelah selesai pesta, temanku ini belum juga mengembalikan uang tersebut, sampai dua hari kemudian tak ada kabar berita, tak ada sekedar basa-basi kalau misalnya tak bisa bayar. 


"Bang, belum dikasihnya juga, bagaimana kalau ditagih misalnya?" aku minta pendapat suami. 


"Ya, memang harus ditagih, Dek, kalau gak ditagih kita juga ikut berdosa,"


"Duh, Bang, bagaimana cara nagih nya, aku gak tegaan,"


"Harus tega, Dek, beda memberikan bantuan dengan memberikan pinjaman," kata suami lagi. 


Akhirnya kukirim pesan WA, sekedar bertanya apakah acaranya sukses mungkin dengan begitu dia ingat utangnya. Akan tetapi mustahil rasanya dia lupa utang dua puluh juta. 


(Bagaimana acaranya, sukseskah?) pesanku kemudian. 


Tak dibaca, apalagi dibalas. Lalu kulihat dia aktif di FB, membalas komentar orang di postingannya aku jadi geram juga. Akhirnya kutelepon juga. 


"Maaf, ya, Niyet, sibuk sekali kami, gak sempat ngantar uangmu," katanya dari seberang. 


Ini memang teman gak ada akhlak, waktu minjamnya namaku Nia, giliran ditagih namaku Niyet lagi. Dasar memang. 


"Kami jemput ya," kataku kemudian. 


"Boleh boleh tapi sekarang aku gak lagi di rumah, lagi di luar ini," katanya lagi. Padahal baru saja kulihat dia siaran langsung lagi masak. 


"Kami tunggu sampai besok, soalnya kami mau pergi," kataku sebelum menutup telepon. 


Suami ternyata sudah ada di belakangku, dia tersenyum. 


"Uang sekolah lagi lah itu, Dek," kata suami. 


"Kok uang sekolah, Bang,"


"Udah berat itu kembali uangmu, Abang sudah sering berurusan dengan orang yang begitu," kata suami. 


"Abang sih, gak cegah aku waktu ngasihnya," 


"Kok Abang sih?".


"Iyalah," kataku lagi. Aku juga sebenarnya tidak tahu kenapa suami yang kusalahkan, padahal sudah jelas aku bilang supaya dia tak menceramahi.


Kami sudah rencanakan jalan-jalan, jalan-jalan terakhir kami sudah satu tahun yang lalu. Kali ini kami akan melakukan perjalanan darat ke Sumatra Barat. Dari dulu aku ingin sekali melihat kelok sembilan secara langsung.


Akhirnya aku tak sabar juga, ketika besok harinya temanku tak mengantar uang itu. Kuhubungi pun dia gak mau angkat. Kuajak suami ke rumahnya. Dia mungkin tak menyangka kami akan datang. Ketika kami sampai diam lagi memanaskan motor baru. Wah, apakah uangku dia belikan motor? 


"Niyet, maaf ya, gak ada waktu ke rumahmu, maaf sekali ya," katanya lagi. 


Aku dan suami tak dipersilahkan masuk, kami hanya berdiri di pintu, sementara dia masih memanaskan motor. 


"Kami minta uangnya sekarang juga, kami mau pergi liburan," kataku akhirnya. 


"Ingat kau gak Niyet, pas aku bayar uang sekolahmu, seharusnya uang tersebut mau kupakai liburan, aku rela kau pakai, karena apa, karena kau temanmu, berapa lama biar kau bayar? satu bulan, ini baru seminggu sudah nagih kau," katanya. 


"Lagian kan kalian kaya, bagi kalian uang segitu kecil, aku pakai dulu lah, bayarnya kucicil," sambungnya lagi. Tepat dugaanku, dia belikan motor uang tersebut. 


"Mana suamimu?" Bang Parlindungan akhirnya bicara. 


"Di dalam, tapi dia tak ada urusan dengan utangku," katanya lagi. 


"Begini ya, Kak, utang itu tetap utang, perjanjian habis pesta kakak bayar, sekarang mau dicicil, kami tak mencicilkan uang. Berutang demi pesta mewah sangat memalukan, lebih mulia pemulung itu yang kerja keras untuk makan, pakai uang orang untuk beli motor demi gaya hidup, duh, kalian benar-benar tak punya harga diri. Kami ikhlaskan saja uang tersebut pada kalian, tapi aku ingin bertemu suamimu," kata Bang Parlin. 


Wanita tersebut lalu masuk rumah memanggil suaminya, agak lama juga, mungkin mereka lagi berunding. 


"Silakan masuk," kata suaminya. 


Kami masuk dan duduk di sofa. 


"Begini, Bang, hari itu istri Abang pinjam uang sama kami, katanya untuk biaya pesta, janji setelah pesta dibayar. Sekarang sudah seminggu habis pesta, tapi belum dibayar juga, katanya bayarnya nyicil dulu. Jadi maksudku dari pada nanti kalian cari-cari kami di padang mashar, lebih baik kita selesaikan sekarang. Kami tak terima cicilan, kami bukan tukang kredit, tapi kami mau ikhlaskan saja uangnya, kami anggap saja zakat," kata suami. 


Pria itu menatap istrinya, wajahnya kelihatan serius, mungkin dia belum tahu istrinya utang. 


"Terima kasih, Bang Parlin, betul kata orang, Abang memang malaikat," kata istrinya. 


"Tapi, kami minta urus dulu surat keterangan tidak mampu dari lurah, bahwasanya kalian berhak menerima zakat." kata Bang Parlin lagi. 


Wajah lelaki itu merah padam, dia mungkin malu, sejurus kemudian dia masuk kamarnya. Lalu menyerahkan emas beserta suratnya. 


"Kami bayar pakai ini saja, Bang, kalau masih bisa Abang tunggu, biar kujual bentar,"


"Hei, itu emasku," teriak istrinya. 


"Diam kau, buat malu Papa saja memang kau," Bentak suaminya. 


Wanita itu terdiam. Akhirnya kami hitung emas tersebut, masih belum cukup dua puluh juta. Pria tersebut lalu meminta cincin yang dipakai istrinya. Akhirnya pas. Aku hanya melongo. Cara penyelesaian Bang Parlin lain dari pada yang lain. Aku yakin setelah ini temanku ini tak akan bicara padaku lagi benar juga kata orang, "utang itu pemutus silaturahmi paling ampuh "


"Abang kok gitu sih?" tanyaku setelah kami pulang. 


"Abang kasihan lihat suaminya,"


"Kalau kasihan, kenapa justru tak dikasih saja,"


"Mereka tidak layak menerima zakat, motornya saja tiga di situ, Abang kasihan lihat suaminya dalam tekanan batin." kata suami lagi. 


"Abang gak tertekan kan?" tanyaku sambil melirik suami. "Entahnya pula Abang tertekan batin karena ulahku," sambungku lagi. 


"Tekanan batin sih tidak, Dek, cuma tekanan badan," kata suami seraya mengerling nakal. 


"Apa maksud Abang tekanan badan?"


"Badanmu besar, Dek, Abang tertekan jika di bawah, Adek pula suka di atas."


"Ish, Abang, otak mesum." kataku seraya menjitak kepalanya.


lanjut yaaa....

Selasa, 23 Agustus 2022

Suamiku Jadul edisi 34

 Suamiku Jadul  edisi 34


CERBUNG DISELA HIKMAH RAMADAN


"Jadi, Abang ...?" tanyaku setengah percaya. 


"Iya, Dek, udah janji gak boleh marah ya," jawab suami seraya menaik turunkan alisnya. 


Aku merasa yang jadul itu kini adalah aku, kukira Bang Parlin tak akan periksa sampai contreng dua kali itu. Padahal balasan pesanku sudah kuhapus duluan. Kukira aku yang mengerjai suami, ternyata aku yang dikerjai. Rasanya nano-nano, marah, kesal, malu. Akhirnya kupilih merajuk. 


"Abang gitu ya, berarti Abang suka WA-an sama cewek," kataku seraya berdiri dan masuk rumah. 


Masih kulihat tatapan heran dari Ayah mertua sebelum aku menutup pintu kamar dengan keras. 


"Dek, kan dah janji gak boleh marah," kata suami seraya mengetuk pintu kamar. Akan tetapi aku diam saja. 


Pagi harinya seluruh orang sudah sibuk, ketika aku keluar dari kamar bersama si ucok, tak ada lagi orang di rumah. Rumah panggung yang besar ini tinggal aku sendiri. Tak biasanya Bang Parlin pergi tanpa pamit. 


Aku keluar rumah seraya menggendong si Ucok. Kulihat beberapa orang sibuk memanen sawit. Mereka menyapaku dengan ramah. 


Kuambil HP, coba menghubungi Bang Parlin, akan tetapi suara deringnya justru dari dalam rumah. Suami pasti pergi tak bawa HP. Aku terus berjalan menyusuri jalan di tengah kebun. Kulihat Ayah mertua sedang duduk sambil mengawasi pekerja yang memanen sawit. 


"Mau ke mana, Maen?" tanya Ayah mertua. 


"Mau lihat-lihat saja, Amang Boru, Bang Parlin mana ya, Mang Boru?" jawabku seraya mendekat dan duduk di batang sawit yang tumbang. 


"Tadi ke sana, katanya mau bawa sapi jalan-jalan," jawab Ayah mertua seraya menunjuk ke arah barat. 


Pasti sudah ke pinggir sungai, itu tempat kesukaan Bang Parlin. Ada pondok kecil di pinggir sungai itu. 


"Opung doli, Opung doli," kata Ayah mertua seraya mengambil Ucok dari gendonganku. 


"Kok, Opung Doli, Amang Boru?" tanyaku heran. Memang panggilan mereka sangat aneh kadang, sampai sulit untuk kuhapal sendiri. Anakku sudah dua namanya, Sutan Pinayungan Siregar nama gelarnya, Pahlevi Siregar nama di akte kelahiran, akan tetapi dipanggil justru Ucok, kini Ayah mertua manggil Opung Doli lagi.


"Dalam Adat Batak Angkola panggilan itu bisa timbal balik, seorang Ayah biasa panggil anaknya "Amang" Anaknya panggil ayahnya Ayah, padahal Ayah dan Amang itu artinya sama." Ayah mertua menjelaskan.


"Begitu juga cucu, si Ucok panggil Opung Doli, kupanggil juga Opung Doli," tambah Ayah mertua lagi. Akan tetapi biarpun ayah mertua menjelaskan aku masih tak mengerti juga. 


"Maen kan campuran dari banyak suku, Ayahmu saja sudah campuran Minang melayu," kata Ayah mertua lagi. 


Aku memang punya banyak suku, Ayah campuran Minang Melayu, Ibu campuran Bugis dan Jawa, aku suku apa?  Ditambah lagi kini aku sudah jadi orang Batak, margaku sudah ditabalkan. Jadilah aku Minang, Melayu, Bugis, Jawa dan Batak. 


"Aku mau nyusul Bang Parlin, Mang Boru," kataku akhirnya.


"Jangan, Maen, jauh di pinggir sungai sana," kata Ayah mertua. 


"Aku sudah pernah ke sana kok Amang Boru," kataku lagi seraya berdiri. 


"Udah, kalau gitu si Ucok sama Opungnya saja," kata Ayah mertua. 


Aku berjalan sendiri, menelusuri jalan setapak yang penuh kotoran sapi, sesekali mengangguk menyapa orang yang sibuk bekerja. Sayup-sayup terdengar suara seruling, itu pasti Bang Parlin, kuperiksa pakaianku, aku masih trauma dengan baju merah. Syukurlah, baju dan rokku berwarna gelap.


Sambil berjalan, aku sesekali mengambil foto suasana perkebunan. Seruling sudah berhenti, kini terdengar suara nyanyiin Bang Parlin, masih seperti itu, kadang aku heran juga, tak adakah dia tahu jenis lagu yang lain? 


"Banggg!" teriakku setelah melihat dia di pondok. 


Bang Parlin lalu berlari menyusulku. 


"Ngapain kemari? Mana si Ucok?" tanya Bang Parlin. 


"Si Ucok sama Opung Dolinya, adek datang mau bantu Abang gembalakan sapi," kataku. 


"Ya, udah, ayo," kata Bang Parlin. 


"Aku mau digendong, Bang," kataku manja. 


"Udahlah Nunung, minta gendong lagi," kata suami seraya membungkuk. Aku langsung naik ke punggung suami, biarpun aku termasuk gemuk, suami bisa gendong melewati jalan berlumpur. Pertengkaran kami semalam seakan sudah lupa, kami berdua tertawa.


"Sebenarnya Abang sudah capek gini terus, maunya jalan-jalan aja," kata suami, ketika kami duduk berdua di pondok. 


"Mau jalan-jalan lagi, Bang?" 


"Iya, Dek,"


"Habislah uang kita, Bang, kalau jalan-jalan terus."


"Ingin menikmati hidup dulu, Dek, kerjaan semua ada yang urus."


"Kita jalan-jalan ke mana, Bang?"


"Enaknya ke mana?"


"Bukit tinggi, Bang, lihat jam gadang,"


"Ayo, habis panen sawit ini ya," kata suami tampak semangat. 


Kami makan di pinggir sungai, ternyata Bang Parlin bawa bekal dari rumah, hanya nasi, lauknya dicari sendiri. Bang Parlin turun ke sungai, lima belas menit kemudian sudah dapat dua ikan yang cukup besar. Ambil garam yang terselip di atap pondok. Ikan dibakar, kami pun makan. 


Malam harinya, kucoba buka HP, karena sudah ada sinyal, bisalah buka Facebook, kuposting beberapa foto yang baru kuambil tadi dengan caption (Damai itu indah) langsung komentar beberapa temanku. 


(Cieee, ngangon sapi) 


(Orang kota turun ke desa ya, gini) 


(Orang biasa merantau dari desa ke kota, si Niyet ini dari kota ke desa)


Hanya kubalas dengan beberapa striker. Malas juga menanggapi komenan mereka. Akan tetapi aku terkejut, Bang Parlin yang jadul itu justru membalas semua komentar orang. Balasannya juga tak menggambarkan pribadinya yang rendah hati. 


(Biar ngangon sapi yang penting banyak rezeki)  begitu balasan suami di komentar pertama. 


(Biar desa tapi surganya dunia) begitu lagi balasan di komentar lain. 


Kulihat suami yang lagi asyik dengan HP-nya. Lah, aku telah merubah suami jadi orang yang melek gadget. Sebenarnya aku lebih suka Bang Parlin yang dulu, yang alat komunikasinya hanya berbunyi dua kali seminggu. Yang HP-nya hanya Nokia jadul. Akan tetapi aku sadar, dunia ini akan terus berubah. Perubahan pada Bang Parlin mungkin terlambat, akan tetapi pasti terjadi. 


"Bang sini lihat HP Abang," kataku kemudian. Entah kenapa aku jadi kepo dengan isi Facebook-nya. 


Suami memberikan, lalu kubuka dan melihat, temannya hanya empat puluh lima, semua rata-rata orang yang dikenal di dunia nyata. Akan tetapi setelah kulihat messenger. Ya, Tuhan, ada puluhan permintaan pesan yang belum dibaca. Ada juga beberapa yang sudah dibaca, coba kubaca satu persatu. 


(Bang, kenalkan aku seorang janda dengan dua anak, mohon bantuannya untuk modal usaha) 


(Bang Parlin, aku punya lahan, tapi sapinya gak ada, bantulah, Bang) 


Rata-rata isinya seputar minta bantuan, aku penasaran ada apa dan kenapa. Setelah lelah mencari dan scroll sana sini, terjawab sudah. Ternyata Rapi telah membuat suamiku viral, dia bagikan link Facebook Bang Parlin, dan bercerita betapa dermawannya Bang Parlin. 


(Malaikat Yang Nyata di Sekitar Kita) 


 begitu judul tulisan Rapi, lalu menceritakan bagaimana Bang Parlin bantu orang yang mencuri di rumah, bantu janda yang baru ditinggal suami. Si Rapi ini memang berbakat jadi wartawan. Entah dari mana dia dapat semua informasi itu. 


"Bang sudah lihat ini?" tanyaku pada suami seraya menunjukkan status Rapi. 


"Belum, Dek memang kenapa?"


"Apa ada si Rapet WA  atau telepon Abang?"


"Gak ada,"


Berarti si Rapi sebarkan Facebook orang tanpa izin. Kurang ajar juga si Rapi ini. Privasi kami jadi terganggu. 


(Rapet, kau makin kurang ajar ya, kau sebar link FB suamiku,)  pesanku pada Rapi. 


(Iya, Niyet, aku angkat topi pada suamimu, itu hanya bentuk kekagumanku) 


(Kagum ya, kagum, jangan sebar FB orang,) 


(Hanya untuk memberikan contoh pada orang kaya yang lain, seandainya semua orang kaya seperti suamimu) 


(Masih ngeles kau, ya, Rapet) 


(Maaf, Nia) 


Wah, baru kali ini si Rapi panggil namaku lurus, biasanya dia selalu panggil Niyet, sejak belasan tahun berteman mulai SMA selalu begitu. 


"Ada apa sih, Dek?" tanya suami. 


"Ini banyak orang inbok Abang gara-gara si Rapi," kataku. 


"Abang udah lihat sebagian, Dek, Abang kurang suka sama orang yang minta,"


"Tapi, Bang,"


"Tenang aja, Dek, Abang tetap seperti yang dulu, yang sayang sama Nunung, yang zakatnya tetap begitu, biarpun beribu gadis cantik, Adek tetap di hati Abang, biarkan beribu orang yang minta, Zakat tetap dicari sendiri." kata suami. 


"Sayang sama Nunung?"


"Iya, Dek, adek kan pengganti si Nunung,"


Lah, ujung-ujungnya selalu Nunung..


Suamiku Jadul Part 33

 Suamiku Jadul

Part 33


(Niyet, si Danu dan Ilham sudah pulang)

Pesan WA dari Rapi siang itu. Danu dan Ilham adalah dua sepupunya yang melarikan sapiku. Segera

kubalas chat Rapi tersebut.

(Rapet, tahan dulu mereka, kami mau buat perhitungan)

(Itulah, mereka mau datang ke rumahmu, katanya mau bayar utang, lelah juga mereka jadi buronan) Balas Rapi lagi.

(Ya, Udah, silakan datang)

Segera kuberitahu pada Bang Parlin, Bang Parlin justru seperti tidak percaya, menurutnya itu sesuatu yang tidak mungkin, karena kedua orang tersebut belum setahun pergi, menurutnya mereka pulang karena uang telah habis.

“Siapa tahu masih rezeki kita, Bang,” kataku kemudian.

Benar juga, kedua orang itu datang bersama Rapi, akan tetapi orang tua mereka tidak ikut. 


“Maafkan kami, Kak Nia,” kata Danu seraya menyalami aku dan Bang Parlin. Ilham juga menyalami kami seraya minta maaf.

“Oke, kalian kembalikan uang kami, kalian dimaafkan,” kataku kemudian.

“Bang Parlin, tolong kami, beri kami kesempatan kedua, akan kami ganti sapi itu,” kata Danu lagi.

“Kesempatan kedua maksudnya?” kata Bang Parlin.

“Begini, Rambo, mereka sudah sadar dan mengakui kesalahannya, jadi tolong maafkan, beri mereka kesempatan kedua, semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua,”

“Langsung saja, aku bingung ini,” kata Bang Parlin. “Mereka kan ada utang, sekitar dua puluh anak sapi, jadi biar   mereka bisa bayar,   modali mereka lagi, terus

penghasilannya nanti potong utang,” Rapi menjelaskan.

Tiba-tiba Bang Parlin marah, belum pernah ku lihat Bang Parlin semarah itu, dia berdiri lalu tangannya menunjuk pintu.

“Pergi kalian dari sini!” hardik Bang Parlin. “Tapi Rambo ...”

“Tidak ada tapi tapi, pergi sekarang, kerbau saja tak mau jatuh ke lubang yang sama dua kali,” kata Bang Parlin.

Rapi dan dua sepupunya lalu pergi dengan tergesa- gesa, bisa juga rupanya Bang Parlin semarah ini. HP-ku bergetar, kulihat ada pesan WA dari Rapi.

(Niyet, kata orang suamimu malaikat, yang mencuri di rumah kalian saja dikasih modal, malaikat apaan?)

Hahaha, dalam hati aku tertawa, ternyata itu alasannya, Rapi ini memang punya antena tinggi, dia cepat sekali mendapat berita. Mungkin dia berpikir Bang Parlin akan memodali sepupunya lagi, karena pencuri saja dimodali?

(Rapet, Rapet, bilang sama sepupumu itu cepat mereka ganti sapiku, atau mereka bisa celaka,) pesanku kemudian.

(Niyet, kok gitu sama temen?)

(Pertanyaan itu seharusnya untukmu, kok gitu sama temen? Kau mau manfaatkan kebaikan suamiku kan?)

(Iya, jujur saja, betul, karena kudengar pencuri di rumah kalian dibawa berobat, dikasih uang modal, adikmu juga mencuri di rumah kalian, dikasih juga sapi, kirain sepupuku juga akan begitu)

(Gila kau, Rapet)

“Aku paling benci orang yang begitu, dikasih kepercayaan malah berhianat,” suami masih mencak- mencak.

“Iya, Bang, sabar,” kataku kemudian. Kali ini aku yang menenangkan suami, biasanya dia yang menenangkan aku.

Akhirnya orang tua dari kedua sepupu Rapi datang lagi, kali ini mereka minta damai dan minta keringanan, kata mereka Danu dan Ilham sampai tak tenang hidupnya, sering mimpi dan mengigau. Bang Parlin mungkin sudah

mempergunakan ilmunya lagi. Mereka sampai jual tanah warisan untuk membayar uangku yang mereka larikan. Itupun masih kurang.

“Uangnya kita kemanain, Bang?” tanyaku pada suami ketika orang tua kedua anak muda tersebut mengganti kerugian kami sebagian. Totalnya seratus tujuh puluh juta.

“Itu uangmu, Dek, terserah Adek mau belikan apa,” jawab suami.

“Benar, Bang,” kataku riang gembira. “Iya, Benar, Dek.”

Wah, aku beli apa ya? Mobil, tanah? Akan tetapi aku selalu teringat tentang perkataan suami. Antara kebutuhan dan keinginan. Ternyata begini nasib orang kaya baru, sampai bingung uang mau dibelikan apa. Setelah berpikir tiga hari tiga malam, akhirnya uang tersebut kubelikan emas batangan, dan kusimpan di tempat tersembunyi di rumah, hanya aku yang tahu tempatnya.

Orang sabar rezekinya lancar, mungkin ungkapan itu tepat untuk Bang Parlindungan, biarpun beberapa kali ditipu, akan tetapi rezekinya mengalir terus. Sawit naik harganya, sapi makin gemuk saja, tak ada penyakit berarti seperti di peternakan lain.

Suatu hari aku dapat pesan WA dari Rara, isinya mengabarkan kalau saja Ayahnya sakit keras. Kalau kuberitahu suami, dia pasti akan pergi ke sana, kalau dia pergi, entah kenapa aku selalu cemburu bila dia bertemu Rara. Biarpun masing-masing sudah punya anak dan keluarga, akan tetapi sepertinya mereka masih menyimpan rasa. Aku bahkan ikut cemburu seperti suami Rara. Akan tetapi bila tak kuberitahu aku merasa berdosa pada suami.

“Bang, Rara tadi bilang, bapaknya sakit keras,” kataku akhirnya ketika malam tiba.

“Duh, sakit apa?” kata suami seraya mengambil HP-nya.

“Berapa nomor Rara?” tanya suami lagi.

Langsung kuberikan nomor tersebut, dan suami coba menelepon.

“Kok gak bisa, Dek?”

Duh, aku lupa, nomor Rara sudah kublokir dari HP Bang Parlindungan.

“Pakai ini aja, Bang,” kataku seraya memberikan HP-ku.

“Rara, Bapak kenapa?” tanya Bang Parlindungan lewat panggilan video.

“Bapak sakit, biasa, Bang, penyakit tua, bapak sudah tujuh puluhan lo,” jawab Rara dari seberang.

“Sekarang sudah bagaimana?, Rara,?”

“Sudah mulai baikan, sudah pulang dari rumah sakit,” “Kami ke sana ya?”

Tepat dugaanku, Bang Parlindungan pasti akan ke sana. Keesokan harinya, kami pesan tiket pesawat. Berangkat hari itu juga, bersama bayi kami yang baru delapan bulan. Ketika kami sampai, Bang Parlin langsung menyalami Bapak itu seraya salim. Air matanya menetes, Bang Parlin duduk di kursi dekat ranjang. Memegang jemari Bapak itu seraya berbisik ke telinganya.

“Innalillahi waina ilahi roji’un,” Pak dokter itu akhirnya berpulang ke rahmatullah. Tangis Rara pecah. Ternyata beliau hanya menunggu Bang Parlin.

Bang Parlin duduk bersila, membaca do’a sambil berurai air mata. Bapak itu akhirnya menyusul istrinya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu. Baru aku tahu ternyata Rara itu anak tunggal. Kami di Bandung sampai tiga hari. Setiap malam selama di situ, Bang Parlin memimpin do’a ketika tahlilan.

“Pantas saja almarhum ngepans sama kau, Parlin, kau memang serba bisa,” kata suami Rara ketika kami hendak pulang. Dia antar kami sampai bandara.

“Terima kasih kunjungannya, aku jadi ikut ngepans sama kau ini, bisa meluangkan waktu sampai empat hari di sini, sedangkan saudara dekat saja hanya satu hari,” kata suami Rara lagi sebelum akhirnya kami berangkat.

“Habis dari sini kita ke kampung ya, Dek, jangan khawatir, sinyal sudah masuk ke daerah kita,” kata Bang Parlin ketika kami di pesawat.

“Iya, Bang,” jawabku, aku memang ingin ke kebun sawit, di sana damai.

Sampai di Medan kami langsung bersiap menuju kampung, sekalian mengantarkan obat-obatan pertanian.

Seorang sopir kami bayar. Aku memang sudah rindu kampung halaman suami. Ingin tahu bagaimana perkembangan sekolah yang kami dirikan.

Perjalanan lima belas jam yang melelahkan, akan tetapi aku sudah mulai terbiasa mengikuti suami dengan perjalanan jauh, si Ucok kami pun tidak rewel.

Begitu sampai kami langsung disambut dengan laporan demi laporan. Sapi yang beranak, sawit yang butuh obat dan pupuk, sekolah yang sudah mulai banyak siswanya. Pembangunan sekolah PAUD yang mulai rampung.

“Dek, kenapa gak bisa hubungi Rara dari HP Abang itu?” tanya suami di malam harinya. Saat itu kami lagi duduk santai di bawah pohon sawit, buah sawit dibakar sebagai penerangan alami. Dia terus mengutak-atik alat komunikasi tersebut. Karena baru masuk sinyal, HP di sini jadi mainan baru yang lagi tren.

“Adek akan jujur, Bang, tapi jangan marah ya,” kataku akhirnya.

“Iya, Dek.”

“Janji, Bang.”

“Janji, jika Adek jujur, Abang juga akan jujur.” “Sebenarnya nomor Rara adek blokir dari HP Abang,”

kataku seraya menunduk.

“Adek kok gitu, sih? Gak ada percayanya sama suami, nomor laki-laki temanmu banyak di HP-mu, Abang gak masalah, karena apa? Karena Abang percaya sama Adek.” Tak disangka Bang Parlin marah.

“Maaf, Bang, Abang sih segitunya sama Rara.”

“Dia kan sudah menikah, Abang juga sudah punya kau, hanya silaturahmi, apa salahnya?”

“Maaf, Bang, terus apa tadi yang maju Abang jujur itu.”

“Abang tahu cangkul biru dua.” Jawab suami. “Cangkul biru dua? Apaan sih, Bang,”

“Kalau pesan kita sudah dicangkul dua kali sama cangkul biru, berarti sudah dibaca,” jelas suami.

Aku mulai mencerna ucapan suami, akan tetapi aku belum ngeh juga, apa cangkul biru, apa yang dicangkul?

“Gini, Dek, contohnya Abang kirim pesan, kalau ada cangkul hitam belum dibaca, kalau cangkul biru dua sudah dibaca,” terang suami seraya menunjukkan HP-nya.

“Oh, contreng itu, Bang, kok cangkul?” “Pokoknya mirip cangkul, Dek,”

“Terus abang mau jujur sudah tahu conteng yang cangkul gitu?”

“Iya, Dek,”

“Hahaha,”

“Abang tahu malam itu Adek baca dan balas pesan dari cewek di HP Abang, karena ada cangkul biru dua, makanya Abang balas begitu, biar adek senang, karena Abang yakin adek akan baca lagi,”

“Apaa, Bang?”

Duh, siapa yang jadul sekarang?


Bersambung ................

SUNATULLAH


 

QS 36 : 40

SUNATULLAH


Semua yang terjadi di dunia ini tak berjalan dengan kebetulan. Benda-benda di jagat ini bahkan sudah diikat dalam aturan-aturan yang telah ditetapkan  pencipta-Nya. Allah SWT tak hanya menetapkan aturan bagi makhluk mati, seperti planet, tumbuhan, dan hewan. Dia juga menerapkan hukum bagi manusia, aturan yang berkaitan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Allah yang lazim dinamakan sunatullah


Dalam QS 36 : 40 sunatullah tidak mungkin matahari mengejar bulan sehingga keduanya bertabrakan, dan malampun tidak dapat mendahului siang masing-masing beredar pada garis edarnya yang telah digariskan untuknya.

Pasalnya di QS 35 : 41, Allah telah menahan langit dan bumi, dan semua benda yang ada di antara keduanya agar tidak bergeser (dari orbitnya). Ini merupakan salah satu kemukjizatan terbesar dalam ilmu astronomi. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Sudah dimaklumi bersama di QS 39 : 5 bahwa setiap planet di angkasa tunduk pada suatu orbit statis. Ia bergerak pada orbit itu dan tidak pernah melenceng darinya.


Di dalam QS 94 : 5 - 6, kita bisa merasakan bagaimana sunatullah itu bekerja yaitu setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan.

Kejadian ini memang tidak seperti ilmu sains yang dapat dibuktikan dalam laboratorium. Ia hanya dapat dibuktikan dalam peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan yang sudah terjadi yang biasa kita dengar ayat-ayat kauniyah.

Salah satu sunatullah yang berlaku adalah ketika mendapatkan petunjuk, pasti akan berhadapan dengan setan. Sunatullah sudah berlaku bagi manusia sejak Nabi Adam AS diciptakan.

Setan tidak rela membiarkan manusia mengikuti petunjuk Allah. Ia akan berusaha sekuat tenaga memastikan manusia meninggalkan petunjuk. Artinya, ketika kita mengikuti petunjuk Allah, kita pasti akan berhadapan dengan setan yang ada untuk menguji sejauh mana kita mengikuti petunjuk.

Sunatullah jika kita istiqomah mengikuti petunjuk Allah akan mendapatkan jaminan keselamatan meski berada di tengah orang yang sesat. Jaminan ini tidak akan didapatkan saat kita tidak mengikuti petunjuk Allah. Sebagai contoh jika kita mengendarai mobil di luar jalurnya yang akan terjadi tabrakan artinya tidak mungkin mendapatkan jaminan keselamatan.

Kesimpulannya jika kita ingin selamat harus tetap berjalan di rules nya Allah, ikuti petunjuk-Nya yaitu al Qur'an sebagai pedoman manusia❤️

Sunnatulloh ternyata setelah keruwetanku datang kemudahan. Keruwetan mengatur jadwal terselesaikan dengan datangnya guru BK, B. arab dan Bahasa Inggris. Aku wapri guru kehidupanku, orang tuaku, beliau adalah ustd Edi....Assalamualaikum ustd Edi.... Alhamdulillah saya bersyukur masa ospek saya sdh berlalu ustd.... mtrsuwun SDH memberikan banyak pelajaran hidup utk saya......beliau menjawab singkat....Semoga makin sabar....aamiin

Kemarin pagi beliau bercerita, seorang syeh yang menjadi tuli karena sakit. Setelah berobat yang biayanya mahal, beliau menangis. Sang dokter bertanya "kenapa syeh kok menangis? apa karena biayanya yang mahal, maka akan saya gratiskan". Syeh itu menjawab "bukan karena itu, karena selama ini saya menganggap nikmat telinga itu hal yang biasa seehingga lupa bersyukur, dan setelah dicabut saya menjadi sadar bahwa nikmat yang keliatannya biasa, dimiliki oleh semua orang akan sangat terasa jika nikmat itu hilang". 

Mungkin selama di Surabaya aku merasa baik-baik saja, "inilah hidup yang ku inginkan" sehingga kurang bersyukur, maka Alloh meletakkan aku di sini selama 1 bulan sendirian. Mengingatkan aku akan pentingnya keberadaan suami disampingku, sehingga setiap kali hati bergejolak, hati sakit aku selalu menelponnya. Aku sadar, pada siapa lagi aku berkeluh kesah kalau bukan pada suami. Suamiku yang terus menyemangatiku, "positif saja, sabar pasti ada hikmahnya, semua akan berakhir dengan baik, bayangkan yang baik-baik, bayangkan semua muridmu senyum, sukses". Sampai suatu saat aku sadar hanya dia yang aku miliki di dunia ini....dia menjawab singkat "Allohussomad". 

Solawat ini   https://youtu.be/yA-E4SJOj4U.....yang aku dengarkan tiap malam saat aku tidak bisa tidur, sementara semua muridku sudah terlelap. Yang terdengar hanyalah burung yang mengethok-ngethok, memecahkan kesunyian malam. Aku hanya bisa menangis...menasehati diriku sendiri "Ayo jaga kesehatan besok masih harus beraktivitas yang super sibuk"  

Alhamdulillah,  kehadiran teman baru tanggal 19 Agustus merupakan pencerahan. Sampai aku lupa tanggal saat mengirim resume aku tulisi tanggal 22 padahal baru tanggal 12 Agustus, langsung ustd Yus me WA "sebelum tanggal 22 insyaalloh sudah ada temannya ustdh". Alhamdulillah mereka ber 3 teman yang baik, sefrekwensi, tidak menunjukkan penonjolan pada murid. Biasa penampilannya seperti aku, lugu cara komunikasinya seperti aku juga. Pengetahuan agamanya lumayan sehingga tidak banyak memberi info, tidak banyak mengarahkan...Anugrah Allah terhadapku....Alloh maha baik.

3 orang guru sudah melihat segala hal yang terjadi  saat masuk, tidak usah saya memberikan penjelasan, supaya tidak mempengaruhi obyektifitas perkenalan dan perlahan tapi pasti Alhamdulillah murid  sudah banyak berubah, bertaubat dan mengakui pertobatannya, nurut, semangat belajar dan beribadah,  senyum. Alhamdulillah mendapatkan hidayah. Tinggal selangkah lagi ...sehati...


Minggu, 21 Agustus 2022

Keingkaran dan Kejahatan Akhlak

 QS 36 : 7

Keingkaran dan Kejahatan Akhlak


Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini memiliki sifat khusus. Karena sifat khusus itulah ia dinamakan : 

- Malaikat, diciptakan Allah dengan sifat khususnya selalu patuh pada Allah dan selalu berbuat baik. Karena kepatuhan itulah disebut dengan malaikat.

- Setan, diciptakan Allah dengan sifat khususnya selalu ingkar kepada Allah dan selalu berbuat kejahatan, karena itulah dinamakan setan 

- Manusia, diciptakan Allah dengan sifat patuh dan ingkar. Kepatuhan manusia kepada Allah bisa melebihi malaikat daripada malaikat,  karena jika malaikat patuh tidaklah aneh, karena ia tidak mempunyai sifat ingkar. Akan tetapi, jika manusia yang patuh dapat dikatakan luar biasa, karena manusia sanggup mengekang sifat ingkarnya.

Begitu pula keingkaran manusia bisa melebihi setan daripada setan. Sebab setan tidak pernah memotong-motong manusia, sedangkan kerusakan manusia tidak hanya mampu memutilasi sesamanya, bahkan tega melakukan perbuatan yang sangat rusak sekalipun.


Keingkaran dan kejahatan akhlak menyebabkan hati tidak mampu menghayati kebenaran dan tidak mau tunduk kepada Allah. Hingga Allah bersumpah di QS 36 : 7 bahwa sungguh, pasti berlaku perkataan hukuman karena tidak beriman dan menolak risalah Nabi Muhammad.


Perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau beriman di QS 36 : 8, seolah-olah belenggu telah dipasang di leher mereka, tangan diangkat sampai ke atas dagu. Hal demikian menyebabkan muka mereka selalu tertengadah.

Demikianlah gambaran orang yang tidak beriman karena dia tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengambil perbandingan. Belenggu itu demikian erat, sehingga tidak memungkinkan kepalanya bergerak sama sekali. Allah di QS 23 : 71  telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu. 


Sebagaimana di QS 111 : 1, ketika Abu Jahal hendak melaksanakan niat jahatnya, Allah membutakan matanya. Ia kembali kepada kaumnya dalam keadaan buta.

Dia menceritakan bahwa ketika hendak melaksanakan niatnya tiba-tiba muncul seekor binatang besar yang siap hendak menerkamnya. Seandainya batu itu ia lemparkan juga, binatang itu pasti menerkamnya.

Ada yang mengatakan bahwa makna belenggu di sini adalah arti majazi (kiasan). Jadi yang dimaksud dengan belenggu adalah penghalang yang menghalangi niat seseorang untuk beriman kepada Allah.


Untuk itulah Allah membimbing manusia dengan mewajibkan beribadah kepada-Nya agar rohani manusia selalu bersih dan bening. Dengan kebersihan rohani inilah keinginan jasmani manusia akan dapat terkendali.

Tempat bersemayamnya rohani manusia pada hati. Kebersihan hatilah yang menentukan buruk-baiknya seseorang. Dalam QS 22 : 46,  mata hati yang buta akan lahir akhlak yang jahat. Apabila terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji. 

Ahli hikmah berkata, "Hati yang bercahaya akan melahirkan watak terpuji, seperti keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, dan kepemimpinan. Sedangkan hati tanpa nurani akan melahirkan watak kotor dan biadab."


Dengan hati yang bersih kita dapat mengoreksi diri. Dengan hati yang bening kita dapat mengendalikan diri. Allah Yang Maha Suci tidak mungkin dekat atau memberikan nur-Nya kepada hati orang yang tidak suci. Al Qur'an tidak pernah mampir kepada orang yang hatinya kotor dan berkarat, walaupun ia bisa menghafal Al Qur'an.

Wallahu'alam bishawa❤️🙏

Kita tidak usah mendeskripsikan siapa kita, namun dengan cara kita bicara, isi pembicaraan kita, respon sikap kita terhadap orang lain, cara kita bergaul dengan teman maka orang akan bisa menilai siapa diri kita. 

Menceritakan kebaikan siapa saja di hadapan orang lain untuk menghargai orang tersebut. Menyembunyikan orang lain untuk menyimpan aibnya, namun orang lain akan tetap bisa mendeteksi sikap walaupun kita tutupi karena itu mencerminkan isi otak, isi hati sehingga walaupun orang lain menutupi tapi diri sendiri  dengan sikap yang dilakukan akan tetap bisa dibaca orang lain. Seorang anak SD yang bergaul hanya dalam 2 hari satu malampun akan bisa merasakan respon yang ada pada setiap orang, karena melihat komunikasi yang terjadi antar sesama. Kecerdasan emosi dan hati yang akan menilai dan pastinya tidak terlepas dari penilaian Alloh.

Bacaan untuk masuk sorga

 Bacaan untuk masuk sorga

Ijazah dari Hadrotussyeikh Romo KH.Ahmad Asrori Al-Ishaqi RA .....Bacalah 1x sehari

Subhaanal qooimid daaim

Subhaanal hayyil qoyyum

Subhaanal hayyilladzii laa yamuut

Subhaanallohil 'adhiimi wa bihamdihi 


Subbuhun quddusun Robbul malaaikati  war-ruuh

Subhaanal 'aliyil a’laa

Subhanallohu wa ta'alaa

Rumus Bahagia

Rumus Bahagia

 the leave legasi...

apa yang akan kita tinggalkan dan apa yang akan kita bawa pulang menghadap Alloh.

Menyapa bukan berharap disapa, dan di balikin sapaan kita namun niatnya memuliakan hamba Alloh, maka bersandar kebahagiaan hanya pada Alloh. 

Perkara berterimakasih atau tidak bukan urusan kita, harapan tertinggi pada Alloh adalah dengan memuliakan hamba Alloh. Tegak lurus keyakinannya pada Alloh. Persembahkan senyum kita pada Alloh. 

Kesadaran itu timbul tenggelam. Seperti rasa krasanku di sini juga timbul tenggelam. Kita bahagia jika bersentuhan dengan dimensi fisik sehingga kebahagiaan kita kurang sempurna. bahagia tergantung dari sesuatu yang ada di faktor luar kita. kebahagiaan spiritual didorong oleh apa yang akan kita tinggalkan dan apa yang akan kita bawa pulang. 

Kita masih memisahkan 3 kebahagiaan sehingga kebahagiaan itu situasional, tergantung situasi dan kondisi/terpisah pisah misal bahagia karena karier, bisnis, bersama dg org yang mencintai dan dicintai, penghormatan eeksistensi diri. Kita bahagia jika dihargai orang lain, jika hajat hidup terpenuhi. 

bahagia saat iman, solat nikmat dengan tumakninah, khusyuk, nikmatnya baca quran, nikmatnya tahajud dan dzikir tengah malam, solawat nabi, nikmat ibadah.

3 hal itu tergantung pada situasinya. 

saat berkarier, bekerja apakah kita menikmati itu? dimanika bekerja, persaingan, target pekerjaan, apakah menikmati realitas itu? apa itu sebagai beban yang menekan?  Kita tidak bisa menikmati persinggungan dengan orang lain. Beban kerja. Namun saat ibadah terbasuh lagi kesegaran ruhani. 

Kita gamang meletakkan sebab bahagia, karena kita melihat kebahagiaan itu dari apa yang kita dapat, bagaimana bertahan hidup? bagaimana hidup bersama orang lain, bgmn saya akam memberi manfaat pada orang lain, maka tanyalah kemana kita akan kembali?

ketika ibadah bertemu bahagia (SQ)

ketika berteman memiliki harga diri (EQ)

dalam kehidupan pangkat kita terpenuhi (IQ/ fisikal quotion)

itu belum bertemu pusatnya, kebahagiaannya belum sempurna. 

Bahagia yang dikehendali Alloh adalah.....kebahagiaan spiritual itulah sebabnya dan emosional, fisikal itulah akibatnya.  Kebahagiaan yang disertai dengan kefahaman tentang kemana kita akan kembali, siapa saya, dimana saya maka akan mendorong seperti apa saya memperlakukan orang lain sehingga saya bernilai dihadapan Alloh. Saya mencintai karena saya ingin punya arti. saya berbisnis, menjaga kesehatan sebab saya ingin bernilai di hadapan Alloh. Saya hambamu, bekerja untuk keluarga supaya saya bernilai dihadapan Alloh. Sebabnya : saya ada , tidak pernah meminta hidup, tidak meminta seperti saat ini. Alloh memberi kehidupan itulah menjadi sebabnya. Di akhirot tujuan dan di dunia adalah jalan.

Kamis, 18 Agustus 2022

Fokuslah Pada Kebaikan


                                                   Alhamdulillah Hima senang di Sidoarjo

QS 29 : 7

Fokuslah Pada Kebaikan


Sering kita mendengar kalimat yaah apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, dan hanya diam meratapi nasib😔😭 ini kalimat yang terucap dari orang yang putus asa dalam menjalani kehidupan. Mengapa tidak mengatakan Alhamdulillah dengan semangat, kalau sudah jadi bubur tidak ada masalah ...karena bubur akan nikmat jika di tambah ayam suwir, daun bawang dan sambal serta krupuk. Artinya kita harus fokus pada kebaikan jangan putus asa atau sedih. Dalam QS 29 :7 orang selalu fokus berbuat kebaikan dalam kondisi apapun pasti akan Allah hapus dosa-dosanya dan di di QS 6 : 160 akan Allah lipat gandakan pahalanya sepuluh hingga tujuh ratus kali di QS 2 : 261.

Allah SWT dalam QS 12 : 87 mendorong manusia untuk selalu mencari jalan keluar dan berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapinya tidak boleh putus asa atau menyerah sebelum berjuang.

Ketika Allah melarang manusia berputus asa, itu artinya Allah sudah menjamin pasti ada harapan dan jalan keluar bagi setiap permasalahan. Itulah mengapa selalu ada fitrah jalan keluar dalam setiap pemecahan masalah. Berupa jalan yang semakin mendekatkan diri manusia kepada Allah dengan tingkat ketakwaan hamba-Nya.

Dengan fokus pada kebaikan kita akan menyebarkan kebaikan dan kebaikan akan berbalik kepada kita.

Hidup di dunia ini tidak dapat hidup sendirian, kita membutuhkan bantuan orang begitu pula sebaliknya.

Berbagi kebaikan tidak harus selalu dengan kelimpahan materi atau uang, melainkan juga dalam bentuk lainnya, seperti canda dan tawa kepada mereka yang sedang bersedih serta perhatian bagi yang sedang kesusahan, ini merupakan wujud kasih sayang terhadap orang di sekitar kita, terutama bagi keluarga, kerabat, teman, dan sahabat.

Perilaku seorang muslim harus mencerminkan sikap yang baik terutama tak menyakiti orang lain dengan perkataan maupun perbuatannya. 

Keimanan merupakan pondasi amal perbuatan yang harus menjadi acuan. Tanpanya kita akan kehilangan arah dan tujuan hidupnya menjadi kurang bergairah bahkan kita cepat emosi termakan amarah.

Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Darda’. Diriwayatkan dari Abi Darda’, Nabi bersabda : tak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan amal daripada budi pekerti yang baik. (HR. Abu Dawud).

Orang yang berakhlak baik akan selalu berusaha menahan dirinya agar tak berbuat sesuatu yang dilarang, sedangkan nafsu dalam dirinya selalu mengajak untuk berbuat yang terlarang. Jadi kita harus berusaha melawan diri dari kejahatan nafsu dengan fokus untuk berbuat baik kepada siapapun, walau kadang kita diperlakukan yang tidak baik oleh orang lain.

 Suakiittt

Seakan semua mata memandangku dan berkata "kamu lo bisa apa?". Ya Alloh sakitnya. Tepukan tanganmu di punggungku seakan bilang " tuh sudah tercapai yang kau inginkan,". Itu yang membuatku tidak bisa tidur selama 2 hari ini. Aku hidupkan youtube solawat setiap hari hingga lagu itu membayangiku saat aku sakiitt. Cemoohan itu yang menjadikan beban. "Kalau aku ma gak mbelani duit bu Asri". Astagfirullohhh sungguh itu cemoohan yang sangat menyakitkan aku. Kadang ada yang bilang "bu Nyai" dengan pandangan yang menghina. "Lek asal njogo arek turu yo siapa saja bisa" "Kamu akan jadi baby sisternya mereka", "Makane saya gak yakin beliau memilih sampeyan" uh sakiiitnya....

Beneran itu semua aku alami, dan ditambah dengan sakitnya menghadapi situasi tempat baru dengan segala isi, manusia dengan berbagai perilakunya, sistem dengan berbeda jalan rodanya. Hanya bisa mengadu pada Alloh di setiap malamku.

Lihatlah manusia lain seperti alloh melihat umatnya. (U. Nasrulloh). ini adalah cara kita mengingat Alloh QS 28:77. wa Ahsin, berbuat baiklah pada orang lain sebagaimana Alloh telah berbuat baik padamu. Kayak mustahil untuk dilakukan, saking tingginya maksud dari ayat ini. Alloh sudah memberi, orang lain tidak banyak jasanya pada kita, namun Alloh banyak berbuat baik. Berbuat baik pada manusia adalah jalan untuk mengingat Alloh. ketika berbuat baik pada orang lain, maka Alloh akan membalas yang paling buagus.Gak usah mengharapkan kebaikan dari orang lain karena Alloh yang membalas lebih bagus. 

Kekasih Alloh itu tersembunyi, bisa itu suami kita, anak kita org yang kita sakiti. Alloh berfirman, siapa yang menyakiti kekasih Alloh maka Alloh akan memeranginya.  Jangan-jangan orang sekitar kita adalah kekasih Alloh, maka selalulah berbuat baik pada orang lain. Tidak usah pilih-pilih orang untuk kita baikin.   Kita mua berbuat baik tidak ada hubungannya dengaan org tidak baik terhadap kita. Kalau dia tidak baik ya urusannya dia dengan Alloh.  Seorang Imam Ahmad bin Hambal "urusan dia berbuat jelek pada saya itu ursannya pada Alloh" maka fokus saja pada apa yang kita kerjakan karena Alloh. 

Jika kita dicintai Alloh maka akan membimbing kita. "Jika dia minta niscaya akan memberi semuanya, Aku akan menjadi matanya, Aku akan melindunginya, aku akan menjadi tanganya. (hadis Buhori di riyadusolihin 146). Syaratnya sungguh-sungguh dengan amalan yang kita lakukan sehingga Alloh rido dan cinta kita.   

Afiat


                                    Mengaji memposisikan Quran lebih tinggi shg konsentrasi

APAKAH AFIAT ITU?


Para ulama menjelaskan arti afiat sebagai berikut.

Afiat adalah selamatnya agama dari bid’ah, amal dari bencana, nafsu dari syahwat, dan hati dari rasa takut akan kematian.

Afiat adalah istiqamah dalam beragama, bersama orang-orang yang saleh, dan meningkatkan ibadah serta ketaatan bersamaan dengan berlanjutnya usia.

Afiat adalah keadaan hati ketika senantiasa merasakan kehadiran Allah SWT.

Afiat adalah keadaan diri ketika tanpa musibah, rezeki tanpa susah payah dan amal tanpa riya.

Afiat adalah keadaan seseorang ketika ia tidak menyerahkan urusannya kepada siapa pun selain Allah SWT.

Afiat adalah kuatnya agama, terbebasnya tubuh dari penyakit dan qalbun salîm (hati terhindar dari penyakit hati).

Afiat adalah bertawakal kepada Allah SWT.

Afiat adalah meninggal dalam keadaan husnul khatimah dengan mengucapkan kalimat syahadat, dibangkitkan bersama orang-orang saleh, melewati siratalmustakim dengan selamat dan kemudian masuk ke dalam surga.

Afiat terbagi menjadi sepuluh bagian, limanya di dunia dan limanya lagi di akhirat. Afiat di dunia adalah ilmu yang bermanfaat, amal saleh, ikhlas dalam beramal, bersyukur atas segala nikmat, dan ridha atas takdir Allah SWT. Afiat di akhirat adalah bersinarnya wajah (pada hari ketika wajah manusia menjadi hitam), beratnya timbangan amal kebaikan di mizan, kemudahan dalam hisab, dapat melewati siratalmustakim, selamat dari neraka, dan masuk ke dalam surga.

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai doa apa yang paling utama untuk dibaca. Beliau pun bersabda,

“Mintalah afiat kepada Allah SWT karena setelah keyakinan (hakiki iman), tidak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain afiat.”

ANEKDOT: CARA MENJADI ORANG……..

Suatu hari Nasruddin Hoja ditanya, “Bagaimana cara menjadi orang?” Nasruddin Hoja pun menjawab,

“Dengan menjadi pendengar. Maksudnya, kita harus mendengarkan dengan seksama ketika orang-orang yang tahu berbicara, telinga kita pun harus mendengarkan apa yang kita ucapkan.”

09 Agustus 2022

Kalender Fazilet

Merasa Cukup

 QS 31 : 20

Pernahkah Kita Merasa Cukup atau 

Kaya dengan Bersandar kepada Allah?


Syekh Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam menyampaikan tanda-tanda Allah telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada seorang hamba. Salah satu tandanya merasa puas saat taat melakukan ibadah kepada Allah dan merasa cukup atau kaya dengan bersandar hanya kepada Allah.

"Apabila Allah telah memberi rezeki kepada kamu berupa perasaan puas melakukan taat ibadah kepada Allah, dan merasa cukup kaya dengan Allah dalam hati kamu sehingga benar-benar tidak ada sandaran bagi kamu kecuali Allah. Maka ketahuilah bahwa Allah telah melimpahkan kepada kamu nikmat lahir dan batin."

Seorang hamba dituntut dua macam, yaitu menuruti perintah Allah dan meninggalkan yang dilarang oleh Allah. Serta bersandar atau hanya berharap kepada Allah dalam batinnya. 

Menurutnya, siapa pun yang diberi rezeki seperti itu oleh Allah, berarti telah menerima karunia dan nikmat dari Allah yang lengkap untuk lahir dan batinnya.  

Jika perasaan merasa cukup dan kaya masih dipertanyakan, mari kita perhatikan ayat QS 31 : 20 Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan dengan saksama bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk kepentingan kita dan memenuhi kebutuhan kita, dan juga menyempurnakan nikmat-Nya untuk kita yang bersifat lahir seperti harta dan jabatan, dan yang bersifat batin seperti ilmu, kesehatan, dan keimanan. 

Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas, dalam QS 7 : 156 hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. 

Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah mengibaratkan kalau kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, maka yang sembilan puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian bisa mencukupi seluruh kebutuhan makhluk. Hal ini menunjukkan betapa luasnya cinta Allah kita. Salah satu bukti nyata dari banyak bukti tentang besarnya cinta Allah kepada manusia adalah diberinya kita al Qur'an, dalam QS 45 : 20 sebagai pedoman manusia.❤️

Nikmat al Qur'an bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya al Qur'an. Allah SWT, tidak membiarkan kita kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan al Qur'an di QS 2 : 2 sebagai penuntun hidup, agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat.

Semoga dengan setiap hari kita mentadaburi, mentafakuri dan mengamalkan al Qur'an dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dengan diberinya rasa cukup dan kaya dengan bersandar hanya kepada Allah SWT.....aamiin🤲❤️

Cinta Alloh tak terbatas, saat bingung mengganti pemateri, secara mendadak ada U Imam, U Wildan, U Adi, U Choirul, U Nabil, U Gus Dur, U Ibnu yang siap menggantikan materi walaupun secara mendadak. Aku hanya tidak ingin terkesan jam kosong, itu tidak profesional dan kurang baik kesannya di siswa. Merasakan cinta Alloh saat berpikir suatu hal dan hal itu terjadi.

Merasa cukup dengan anak-anak yang kumiliki solih-sloihah semua, gaji walaupun tidak banyak namun tidak pernah habis. Samapi terbawa mimpi bahwa gajiku utuh tidak terambil. Tidak punya  utang bahkan bisa meminjamkan nama untuk dipakai utang dan juga memberikan piutang yang cas.  Mobil pemberian ortuku juga berjalan dengan baik. Rumah di bambe walaupun hancur masih atas namanku. Rumah di Blitar dan tanah insyaallloh akan dibagi sesuai dengan jumlah anak dan bahkan tidak terlalu berharap pada keluarga suami yang belum ada kejelasan.  Dulu bisa mengabdi di tempat yang aku banggakan, aku cintai muridnya, sekarang masih adaptasi sehingga masih berusah menumbuhkan cinta.


Takut Hanya Kepada Allah SWT

 QS 33 : 39

Takut Hanya Kepada Allah SWT


Dalam ayat QS 33 : 39 menerangkan bahwa rasul-rasul yang mendahului Nabi Muhammad telah melaksanakan sunatullah dalam beribadah dengan ketakwaan dan keikhlasan, yaitu menyampaikan syariat-syariat Allah kepada manusia (berdakwah) hanya Allah yang di takutinya. Sebagaimana di QS 21 : 47 cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan amal perbuatan manusia. 

Dakwah dengan ikhlas artinya memurnikan tujuan ber-taqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotori hatinya, menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Ikhlas di QS 98 : 5 adalah syarat diterimanya amal saleh yang dilaksanakan sesuai dengan sunah Rasulullah SAW.

Ikhlas menjadi kunci utama dalam menjalankan segala ibadah dan ketentuan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam hadist riwayat Abu Dawud dan an-Nasai dituliskan, "Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima suatu amal kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharapkan wajah-Nya."

Tanda berdakwah yang dilakukan secara ikhlas, mudahnya diterima oleh jamaahnya. Mungkin apa yang disampaikan itu bukan hal baru, tapi orang yang dengar bisa menangis, karena menyampaikannya dengan hati maka sampainya juga dengan hati.

Ikhlas hanya mencari keridhaan Allah dibandingkan keridhaan manusia. Lebih baik tidak disukai manusia karena benar, daripada tidak disukai Allah karena salah. Nabi mengatakan, "barang siapa membuat murka Allah demi mendapat keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan membuat orang yang semula ridha kepadanya menjadi murka. Namun, barang siapa membuat Allah ridha meskipun manusia murka kepadanya, maka Allah akan meridhainya dan membuat orang yang tadinya murka menjadi ridha." (HR ath-Thabrani).

Orang yang ikhlas tidak takut dengan tekanan manusia, selama ia benar berada di jalan Allah. Justru, orang yang tunduk pada tekanan manusia yang mengarahkannya kepada keburukan dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, itulah yang akan membuat Allah murka. Bahkan, orang yang tadinya setia kepadanya oleh Allah dibuat murka. Allah Mahakuasa membolak-balikkan hati manusia karena Dia Mahatahu apa yang tidak kita tahu.

Sepanjang kita beramal, bekerja, beraktivitas, atau bahkan membuat suatu kebijakan bagi publik didasarkan pada kebenaran dan keikhlasan karena Allah, orang-orang yang tadinya marah pun akan berubah menyukainya. Semua itu mudah bagi Allah. Ikhlas adalah penentu diterimanya amal. Tanpa keikhlasan, selain amal itu menjadi sia-sia tak bernilai, alih-alih malah menimbulkan hal-hal buruk yang imbasnya membahayakan diri sendiri dan banyak orang. Wallahu a'lam.

Kujalankan tugasku tanpa rasa takut dinilai pimpinan, teman dan murid. Silahkan menilai kinerjaku dari Jurnal harian yang aku buat. Aku berusaha semaksimal mungkin membuat jadwal yang harus menyesuaikan dengan jadwal putra, jadwal pelajaran kelas 11 dan 12, sungguh itu hal baru buatku yang masih sering kres kalau gak gitu belum mengenal guru masing-masing mapel. Guru yang memiliki kepentingan lain. Hingga pekan ke 4 aku masih stres dan takut dinilai gak becus, namun aku mulai cuek, jika ada jam kosong aku berusaha mengisi dengan ketrampilan. 

Mengajak murid untuk berbuat baik jugaa butuh perjuangan dan mau atau tidaknya tergantung dari kepribadian mereka yang latarbelakangnya berbeda dengan aku. Awalnya beban aku, namun jika dibuat beban maka aku akan sakit sendiri hatiku, makanya aku buatkan jadwal, aku ingatkan jika tidak melakukan aku laporkan apa adanya. Aku mulai bisa semeleh untuk merubah hati manusia bukan tugasku, nabi saja juga hanya ditugasi untuk mengingatkan. Terserah jika pimpinanku menilai aku tidak bisa mendekati anak, merubah perilaku anak. Aku melaporkan apa adanya dan alhamdulillah beliau ikut mengingatkan, menyadarkan dan mengupayakan dengan segala cara. 

Aku ikhlas keputusan apapun yang akan dibuat untukku, penilaian apapun aku tidak takut, aku berusaha sejujurnya, sebaik mungkin aku bergaul dengan siapa saja. Aku setiap malam di kesindirianku malah takut bagaimana akhir hidupku. Aku takut mati dan amalku belum cukup, banyak dosaku. Ya Alloh akhiri setiap kegiatanku, akhiri hidupku dengan husnul khotimah, bimbing kami semua untuk selalu berbuat kebaikan, berilah kami kesempatan untuk bertaubat sebelum menghadapMu....aamiin.   

                                                                    


                                                                     Mail

Rabu, 17 Agustus 2022

Kesombongan

 QS 35 : 15

Masihkah raut wajah kesombongan menghiasi pelupuk mata dan lisan mata kita?


Manusia adalah makhluk yang sangat lemah, dalam QS 35 : 15 manusia sangat memerlukan Allah, membutuhkan pertolongan dalam seluruh aspek kehidupan. Hanya kepada Allah di QS 1 : 5 tempat kita untuk meminta. Karena di QS 22 : 64 Allah Mahakaya milik-Nya lah apa yang ada di langit dan bumi.

Bayangkan dalam memejamkan mata saja kita butuh Allah apalagi urusan yang lebih besar, masihkah kita merasa hebat, masihkah keangkuhan mengelilingi hati kita, masihkah raut wajah kesombongan menghiasi pelupuk mata dan lisan kita.

Terlebih di saat kita dalam kesulitan dan hati merasa putus asa, pernahkah kita minta pertolongan kepada selain Allah? Afwan di saat-saat kita merasa tertekan oleh keadaan dan hati sesak lalu curhat kepada seseorang saat itu hati jadi lega tapi hanya sesaat dan mungkin akan tambah memperparah keadaan karena yang di ajak sharing juga punya masalah siapapun orangnya tanpa terkecuali, sehingga tanpa sengaja akan cerita ke yang lain .....waduh dunia seakan runtuh😔bukan nya menolong tapi menikam🤭

Allah dalam QS 27 : 62 adalah Pencipta yang suka jika hamba-Nya mengeluh dengan berdoa kepadanya seraya menunjukkan kelemahan, kehinaan, dan ketidak mampuan sang hamba di hadapanNya.

Semua bentuk dan manfaat ibadah yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita. Karena manusia adalah makhluk lemah, miskin dan tak sempurna.

Dalam QS 10 : 108 jika kita kufur kepada Allah, tidak beribadah kepada-Nya, menelantarkan perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya, maka hal itu tidak membahayakan Allah sama sekali. Akan tetapi kemudharatannya akan kembali kepada diri kita sendiri.

Iman adalah sangat penting karena hanya Allah semata yang sanggup memberikan hidayah. Sebagaimana QS 7 : 186 hanya Allah yang sanggup menyesatkan hambanya.

Alhamdulillah kita masih diberi Allah hidayah agar selalu membutuhkan dan bergantung penuh kepada Allah baik urusan dunia terlebih lagi urusan akhirat, karena kita tidak mau celaka dikemudian hari akibat dari berpalingnya dari kebutuhan dan bergantungnya kita kepada Allah. Wallahu'alam bishawab🙏❤️

Sikap yang kulihat selama sebulan ini disebabkan kesombongan. Merasa diri lebih baik dari yang lain, sehingga meremehkan, tidak mau bergaul, tidak merasa membutuhkan orang lain kecuali golongannya. Tidak menyapa, tidak senyum, diingatkan hingga beberapa kali tidak segera merespon dan meresponpun dengan terpaksa, muka masam bahkan mengeluh dan mengumpat, membanting pintu dan barang yang ada di dekatnya. sungguh suatu akhlaq yang harus siperbaiki. Semua orang, bahkan anak SD pun tahu tanpa harus mendeskripsikan dengan kata-kata. 

Padahal saat disuruh membaca al quran secara individual belum mau, mungkin karena tidak percaya diri belum mampu. Kami bersabar hingga saatnya setiap orang akan diketahui talentanya sehingga bisa timbul rasa saling membutuhkan. Sudah mulai terpetakan saat matrikulasi matematika, B inggris dan bahasa Indonesia. Hanya bisa mendoakan, Ya Alloh berilah petunjuk hatinya, lembutkan hatinya.....aamiin  

Suamiku Jadul Part 32 (Menyantuni maling)

 Suamiku Jadul

Part 32 


Selalu saja ada orang bertanya suamiku kerja apa, memang bisa dimaklumi, seharian di rumah terus, tapi uangnya selalu banyak. Dermawan lagi. Pernah suatu pagi ada pemulung masuk ke dalam pekarangan rumah kami, pemulung itu mengambil sepatu boot dan alat penyiram tanaman yang ada di halaman rumah. 

Saat itu masih subuh, ada tetangga memergoki dan meneriaki maling. Kontan saja kami terkejut, kami langsung keluar. Pemulung tersebut adalah seorang remaja, dia sudah ditangkap tetangga. Barang bukti sepatu boot dan alat penyiram bunga ada di dalam karung besar yang dia bawa. 

"Kasih pelajaran dulu, pantasan barang sering hilang, ternyata dia yang ambil," kata seorang tetangga. Tetangga yang lain melemparkan botol air mineral ke anak remaja tersebut. 

"Tunggu dulu," kata Bang Parlin seraya merangkul anak remaja tersebut, mungkin mencegah amukan warga. 

Bang Parlin justru mengajak pemulung itu masuk rumah, para tetangga kesal. "Huuu, sok baik," teriak seorang ibu-ibu. 

"Kenapa kau mencuri?" tanya Bang Parlin setelah anak tersebut ada di rumah. 

"Ampun, Pak, kupikir tadi gak perlu lagi," jawab anak tersebut, dia sepertinya ketakutan. 

"Gak sekolah rupanya kau?" tanya Bang Parlin lagi. 

"Sekolah, Pak, habis mulung nanti baru pergi sekolah."

"Mana rumahmu?"

"Di sana, Pak, dekat rel,"

"Tolong lepaskan aku, Pak, ibuku menunggu, ayahku sakit, biasanya ayah yang mulung, karena sakit makanya aku," kata anak itu lagi. 

"Ayo, kuantar pulang, awas kalau kau bohong ya," kata Bang Parlin. 

Akhirnya Bang Parlin mengantarkan anak tersebut pulang, aku tak ikut karena jaga bayi yang masih tidur. Sampai jam sepuluh 

 Bang Parlin belum pulang, aku sudah cemas, mana HP-nya tak dia bawa. Aku berdiri di depan pagar rumah sambil menggendong anakku. Ingin kususul suami, tapi tak tahu susul ke mana. 

"Pencuri tadi dibawa ke kantor polisi ya?" tanya tetangga yang tadi ikut menangkap. 

"Gak tau, Pak?" jawabku singkat. 

"Baiknya yang begitu gak usah dilapor polisi, digebuki aja biar jera, dibawa ke polisi pun dua hari keluar, baru dia mencuri lagi." kata tetangga ini. 

"Iya, Pak," jawabku lagi. 

Dari jauh kelihatan mobil Mitsubishi Strada kami, aku sangat bersukur sekali akhirnya suami pulang juga. 

"Kok lama, Bang?" tanyaku begitu dia turun dari mobil. 

"Ayah anak tersebut ternyata betul sakit, sudah Abang bawa berobat," jawab suami. 

"Abang bawa berobat?" 

"Iya, Dek."

"Ya, ampun."

Aku masih ingin mengomel, suamiku ini terlalu baik, masa pencuri pun dia bawa berobat. Akan tetapi ada tamu datang. Ternyata Bu Rena, janda lima anak yang dulu pernah kuberikan uang zakat dua puluh juta. 

"Mbak Nia, aku datang mau kembalikan uangnya, Mbak," kata Bu Rena. 

"Kan sudah dibilang, Bu, tak usah bayar, bila Ibu sudah sukses bantu orang seperti kami bantu Ibu," kataku menjelaskan. 

"Aku merasa tidak enak juga, Mbak, modal yang Mbak berikan sungguh berkah, dalam setahun sudah balik modal, bisnis kulinerku berkembang, bahkan kini sudah punya karyawan."

"Alhamdulillah." 

"Jadi aku merasa tidak enak juga kalau tak kubayar pada Mbak." kata Ibu itu lagi. 

"Oh, tapi, Bu,"

"Tolong terima, Mbak, jangan biarkan aku merasa tidak enak, lagi pula kini aku sudah punya suami lagi,"

"Oh, begitu, kami terima," kata Bang Parlin tiba-tiba. 

"Terima kasih, Pak, terima kasih, Bu, kalian seperti malaikat," kata ibu itu lagi. 

Ibu itu lalu pulang, aku ikut meneteskan air mata melihat dia bahagia. Akan tetapi kenapa suamiku tiba-tiba menerima uang tersebut? 

"Bang, kok Abang terima lagi, mana bisa begitu, dosa Abang, zakat di terima lagi," protesku pada suami. 

"Begini, Nunung yang cerewet, Abang akan jadi amil." kata suami. 

"Amil apaan?"

"Amil zakat, uang ini akan Abang salurkan ke orang yang lebih membutuhkan," kata suami. 

"Oh,"

"Iya, kamu memang bawa rezeki, Nung, tiap tahun Abang bantu orang dengan zakat, baru kali ini yang berhasil mengubah kehidupan orang," kata suami. 

"Kok Nunung Abang panggil aku? namaku Nia ya, Nia Dahlia Harahap," kataku gemas, "Adek gak sudi disamain sapi,"

"Dari pada Niyet, Nia Monyet,"

"Ish, Abang, awas ya, nanti tidur di luar," kataku pura-pura cemberut.

Ternyata uang dua puluh juta itu mau diberikan Bang Parlin ke pemulung tersebut. Bang Parlin ajak aku ke rumah si pemulung itu. Menyerahkan uang dua puluh juta. Kuambil HP, ingin kurekam susana haru tersebut. Akan tetapi Bang Parlin malah melarang. Sebel juga. Di luaran sana orang ngasih seratus ribu saja pakai konten, ini direkam pun gak boleh.

"Bang, divideokan sesekali napa, Bang, bukan niat pamer, tapi kan untuk disimpan aja," kataku pada suami di malam harinya. Saat itu dia lagi mengayunkan si Ucok kami. Sedangkan aku melipat kain. 

"Gak percaya Abang?" kata suami, dia menghentikan nyanyiin kecilnya. 

"Apanya yang gak percaya Abang?"

"Gak percaya Abang niatnya tidak untuk pamer,"

"Wiii, Abang, sama istri sendiri gak percaya,"

"Riya itu ibarat semut hitam berjalan di atas batu hitam, Dek, samar sekali, Pahala sedekah terhapus jika ada riya," kata suami. 

"Hmmm, cocoknya Abang jadi ustadz aja."

Dia justru melanjutkan nyaniannya, lagu ungut-ungut kesukaannya dia nyanyikan, karena sering dia nyanyikan, aku sampai hapal liriknya. 

"Parunikan baya pargadungan da Inaaang, natubu di toru rumbio. Arani parkancitann baya pardangolan da inangggg, nai rokkap nimata pe mandao."

Begitu lirik yang dia nyanyikan. 

"Bang, tolong translate, kok sering kali abang nyanyikan itu," kataku penasaran. 

"Translate itu apa, Dek?"

"Ya, Allah, artikan, Bang,".

"Oh, begini kira-kira, kebun kunyit kebun singkong, yang tumbuh dibawah rumbio. Karena sakit karena miskin, yang dihati pergi menjauh."

"Rara?" seruku. 

"Itu hanya lagu, Dek,"

"Pasti karena ada sebab,"

"Mulai lagi Nunung cemburuan, tidur Abang ya, Dek," kata suami. 

Aku mau mengomel lagi, dia sudah tertidur, kuperhatikan wajah polosnya, ah, suamiku ini, segitu cintanya kah dia sama Rara? 

Tiba-tiba HP barunya bergetar, segera kulihat, ternyata ada pesan WA masuk dari nomor yang belum disimpan. 

(Bang, dah tidur belum) 

Wah, siapa pula ini, segera kuperiksa, foto profilnya seorang wanita cantik berpakaian kurang bahan. 

(Belum, ada apa?)  iseng-iseng kubalas. 

(Mau curhat, Bang, maaf ya, aku dapat nomor Abang dari si Rina) 

(Mau curhat apa?) 

(Gini, Bang, entah kenapa kalau lihat Abang damai dan sejuk rasanya, ingin rasanya dekat, rambut Abang seksi, mirip kuda, tenaga Abang pun pasti tenaga kuda) 

(Hei, katanya tadi mau curhat) 

(Iya, Bang, ini lagi curhat, mencurahkan isi hatiku, orang kaya seperti Abang pasti sanggup poligami, aku yakin itu, andaikan Abang berniat, aku daftar, Bang,) 

Ya, Allah, ini wanita jenis apa ini, menawarkan diri jadi madu. Duh, harus dibasmi ini, ini sih, calon pelakor. Tak boleh ada di ceritaku pelakor. Akan tetapi aku justru ingin tahu bagaimana respon suami jika ada chat dari wanita seperti itu. Kuletakkan kembali HP tersebut di dekat suami, kugelitik telapak kaki anakku, dia pun nangis, aku pura-pura tidur. Suami terbangun, tangannya reflek mengambil tali ayunan dan kembali mengayunkan, sial, dia tak periksa HP-nya. Gak seperti aku begitu terbangun langsung periksa HP. 

Duh, hatiku jadi tak tenang, rasa ingin tahu begitu kuat, akhirnya ku-chat Rina. 

(Rina, coba misscall ke HP Abangmu,)  

Lima detik kemudian, HP Bang Parlin bunyi, kulihat responnya, dia memainkan jari telunjuk di layar HP, agak lama juga, baru kemudian dia tertidur kembali. 

Kuambil alat komunikasi tersebut, langsung ke aplikasi WA, ternyata betul, dia balas chat itu. 

(Anda siapa) 

(Poligami memang boleh, tapi maaf saja, aku tak berniat, istriku saja ini montok gak habis-habis) 

(Semoga Anda mendapatkan jodoh tanpa harus menyakiti orang, tanpa harus jadi duri dalam rumah tangga orang, coba istriku tahu ini, kau bisa mampus) 

(Maaf, Anda diblokir) 

Aku tersenyum seraya berurai air mata, kupeluk suami yang sudah tidur. 

"Bang, ayo bikin anak cewek," bisikku ke telinganya. Akan tetapi dia justru mendengkur. 

Oalah.

Bersambung ........

                                                                    

Semoga semangat bersama Quran melebihi mereka ya Cintaku 8F....aamiin
(diwakili Zahra, Nesha, Sarah san 2 adek kls 7)

Cara mengatasi Penyesalan

 Cara Mengatasi Penyesalan.

Merdeka.com - Berapa orang yang secara jujur bisa mengatakan bahwa mereka tak memiliki penyesalan? Pasti sangat sedikit sekali. Namun penyesalan tak harus selalu dilihat sebagai hal negatif. Faktanya, psikolog menyatakan bahwa penyesalan memiliki manfaat bagi kesehatan mental.

Untuk membuat penyesalan berdampak positif, Third Age (28/10) menganjurkan beberapa tips berikut ini.

1. Identifikasi
Rasa penyesalan seringkali berkepanjangan dan tanpa akhir jika dibiarkan mengambang dan tidak jelas. Lebih baik Anda mulai membuat daftar hal-hal yang membuat Anda menyesal. Dengan membuat daftar semacam itu, Anda akan berpikir kembali apakah Anda benar-benar menyesalinya. (Mengapa aku berani ambil tantangan ini? sehingga membuatku merasa dicuekin, padahal dulu aku dicintai bahkan hinggi kini)

2. Jangan menghakimi diri sendiri
Terima fakta bahwa semua orang melakukan kesalahan. Ketika menyadari kesalahan kita, seringkali orang menghakimi diri sendiri. Jangan lakukan hal itu. Alih-alih menghakimi dan membuat perasan memburuk, kenapa tidak mencoba memaafkan diri kita sendiri? Ini adalah nasehat suamiku saat aku mengeluhkan penyesalanku "jangan menyalahkan diri sendiri, semua terjadi karena taqdir Alloh". Baiknya suamiku tidak menuntutku atas semua pilihanku yang aku sesalkan saat ini. 

3. Pelajari kesalahan
Tak ada manfaatnya menyalahkan diri sendiri terus-menerus. Lebih baik belajar dari kesalahan yang sudah Anda lakukan. Terimalah bahwa Anda telah melakukan kesalahan, dan berniat untuk memperbaiki diri. Aku memperbaiki diri dengan banyak berdoa dan berdzikir, mencari ilmu dari orang lain yang ada di sekolah ini. 

4. Hal yang di luar jangkauan
Tak ada gunanya menyesali hal yang berada di luar kontrol kita. Terima fakta bahwa Anda tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Bahwa hal tersebut berada di luar jangkauan Anda. Ketahuilah bahwa Anda sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan Anda. Iya aku sudah maksimal, menahan diri, bersabar walau dicuekin, namun dengan sabar aku terus mengingatkan mereka, walaupun aku tidak bisa mengendalikan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka lakukan seh masih sedikit bisa aku atur walaupun tidak sepenuhnya. 

5. Semuanya sementara
Semua hal dalam kehidupan ini sementara. Baik kesalahan yang Anda lakukan, penyesalan, maupun hal-hal baik yang bisa Anda lakukan untuk memperbaikinya. Jangan membuang waktu untuk menyesal. Alih-alih, gunakan waktu yang sementara ini untuk melakukan hal yang lebih baik....Berharap ada hikmah diakhir tugas dan ada kebaikan di akhir cerita. Ingat anakku Sari yang hidupnya lebih baik, Riza yang berkeluh kesah dengan Abi Syahrul kini sudah nyaman dengan abi Izzul dan abi lainnya. Kembar yang dulu tidak nyaman di Al furqon dan akhir kepindahannya menjadi kenangan yang mengharukan dan menjadi kanangan yang manis. Aku juga berharap saat ada orang baru akan menjadi lebih baik, kalaupun tidak hanya berharap solusi dari Alloh.  

6. Berpikir ulang
Jika kesalahan Anda mengarah pada masa depan yang lebih baik, maka ini sebenarnya adalah berkah yang tersembunyi. Terima kesalahan Anda dengan penuh tanggung jawab dan bersikaplah terbuka pada kemungkinan yang baru. Hidup harus terus berlanjut. Iya ya....hidup akan terus berlanjut, aku berusaha maksimal terserah penilaian pimpinan terhadapku. Aku hanya menjaga orang yang telah memilihku dengan aku memaksimalkan usaha. Pernah aku berpikir untuk kabur, pura-pura sakit, tapi itu semua perbuatan yang tidak dewasa. Tidak hanya menjatuhkan harga diriku, harga diri orang yang percaya padaku....Kadang kalau sudah gak kuat pingin nekat....tapi masak hanya karena perilaku anak kecil aku kalah.....ya sudah aku doakan mereka terbuka hatinya, lembut hatinya dan aku tidak melukainya. Mungkin benar kesalahanku mengarah pada masa depan lebih baik, karena aku makin rajin ibadah, makin fast respo terhadap perintah Alloh, semoga ini adalah berkah yang tersembuni.

Selasa, 16 Agustus 2022

Suamiku jadul 31

                                                        Aku mencintaimu anakku 8F

Duduk: Echa, Kinaya, Vio, Nesha, aurellia, selma

Berdiri : Zahra, Maya, Kinan, Farrah, Salwa, Kayla, Nabila, Naya,


Suamiku Jadul Tenan
part 31


Alat komunikasi yang baru kubeli rasanya percuma, selain karena di tempatku tak dapat sinyal, nomor Rara pun aku tak tahu. Sementara itu usaha sapi dan sawit makin maju. Bang Parta yang merantau ke Kalimantan pulang kampung karena butuh modal. Penghasilan sapi satu tahun keberikan padanya dengan sistem pinjaman. Biarpun saudara harus tetap ada surat perjanjian kalau tak dia bayar selama lima tahun, harta warisan bagiannya menjadi milikku. 

Menyusul Bang Nyatan, dia juga butuh modal mau ternak sapi di Jambi, kuberikan juga dengan perjanjian yang sama. Adikku Dame juga akhirnya pergi merantau. Dia gigih, tak butuh modal usaha, dia lakukan seperti yang kulakukan. Sistem bapak angkat. Begitulah akhirnya kami berempat jadi petani sawit. 

Kesuksesan datang, dalam sepuluh tahun aku sudah punya ratusan sapi, berpenghasilan ratusan juta sebulan. Akan tetapi semua rasanya hampa, karena Rara tak kunjung pulang. Sering aku bertanya pada orang yang mungkin kenal Rara, akan tetapi percuma.

Ayah terus saja menyuruh aku menikah, akan tetapi aku tak tetap berharap Rara datang. Sapinya tetap kuurus dengan baik. Entah karena apa, sapi pemberian Rara seperti cemburu bila ada wanita di dekatku. Aku makin yakin itu karena Rara, dia masih ingat aku. Akan kutunggu dia sampai kapan pun. 

Bou-saudara perempuan Ayah datang dari Medan, dia menawarkan rumah kontrakan enam pintu. Aku mau beli dengan harapan bila  Rara kembali, mungkin dia tak mau tinggal di desa, apalagi di perkebunan seperti ini. 

Dua puluh tahun berlalu semenjak Rara pergi, tak ada kabar berita. Aku mulai ragu, adakah dia ingat aku? 

Lebaran di desa, aku bertemu dengan seorang teman lama, dia merantau juga ke Bandung. Aku terkejut dan senang karena katanya dia pernah bertemu Rara, akan tetapi Rara sudah menikah. 

Hancur sudah harapanku, penantian dua puluh tahun berakhir begini. Pada temanku ini, kutulis surat untuk dia berikan ke Rara, akan tetapi dia tak bisa janji, karena mereka hanya bertemu sekali, tak sempat tanya alamat. 

"Udah, kawin aja kau Parlindungan, anak dokter pula kau harapkan, ngaca sikit," kata Ayah di suatu hari. 

"Iya, Yah, aku mau pensiun saja, lelah aku cari uang, ternyata orang yang kunantikan sudah diambil orang," kataku. 

Pencarian jodoh pun dimulai, akan tetapi tak ada yang cocok. Sampai akhirnya Ayah lelah sendiri. 

"Ayah, aku mau ke Medan, mau tinggal di kota saja," kataku pada Ayah. 

"Yang urus sapimu?"

"Itu, ada banyak, sawitnya Ayah yang urus,"

"Baiklah, Parlin, temui teman Ayah di Medan, dia punya anak gadis, dia teman lama Ayah, tanya boumu, dia tahu itu," kata Ayah. 

Petualanganku di Medan pun di mulai. Rumah petak milikku kebetulan kosong satu pintu, itu saja ketempati, di Medan ini aku sering jadi bahan tertawaan, rambut gobelku seperti lucu bagi orang. HP Nokia 1100 yang pernah kubeli dulu masih kupakai, HP itupun sering jadi hinaan orang. 

Bou pun mengenalkan aku dengan teman lama Ayah, aku di bawa ke rumahnya. 

"Ini putriku Nia," kata Bapak tersebut seraya menunjuk seorang gadis. 

Pertama melihat Nia, yang kupikirkan justru Nunung, sapi kesayanganku, sungguh gadis ini mirip Nunung, kilit sawo matangnya seperti kulit Nunung, tubuh berisinya juga mirip Nunung. Entah kenapa aku langsung suka padanya. Padahal sudah banyak gadis cantik dikenalkan orang, baru kali ini aku langsung jatuh hati. 

Ketika bersalaman dengan gadis itu, spontan aku berguman "Nunung"


"Apa!?" jawabnya setengah berteriak. Aku gegalapan. 


"Assalamu'alaikum," kataku kemudian. 


"Oh, Waalaikumsalam," jawabnya. 


"Kau percaya pada Ayah, Nia?" kata Bapak itu pada putrinya. 


"Tentu saja percaya, Yah,"


"Menikahlah dengannya," kata Bapak itu lagi.


Wah, secepat itu? Kutatap Nia, kebetulan pula dia tetap aku, pandangan kami beradu, dia justru membesarkan matanya seraya bilang "Apa?" lucu ini cewek. 


"Berkenalan lah dulu kalian," kata Bapak itu seraya pergi. 


Gugup juga aku berduaan dengan wanita ini, sepertinya dia galak mirip si Nunung. 


"Apa pekerjaan Abang?" tanyanya langsung. 


"Pensiunan," jawabku jujur. 


"Hahaha," dia justru tertawa, padahal aku jujur. 


"Pensiunan? Ya, Allah, ada pensiunan melamar aku," katanya. 


"Aku pensiun dini karena ingin berkeluarga dan menyenangkan istri," kataku kemudian. 


Dia terdiam, wajahnya menunduk, dagunya seperti berlipat, makin mirip si Nunung. Aku justru makin jatuh cinta. Apa yang akan kukatakan untuk meyakinkan dia? 


"Mimpi apa aku semalam, ada pensiunan melamar aku," katanya lagi. 


"Biarpun pensiunan, aku akan menafkahimu seberapa yang kau butuhkan," kataku yakin. 


"Seberapa saja yang kuinginkan?" tanyanya. 


"Bukan, seberapa pun yang kau butuhkan,"


"Oh, ya, Abang sebelumnya kerja apa?"


"Gak penting lagi, kalau adek mau jadi istriku, kunafkahi lahir batin, kumahari berapa kau minta," kataku kemudian. Aku yakin sekali, karena aku baru menjual sapi lima puluh ekor. 


"Aku minta tiga puluh juta," katanya. 


"Baik," jawabku langsung. 


"Tunggu cepat kali, aku berpikir dulu,"


"Okee, aku tunggu sampai besok."


Begitulah, keesokan harinya, aku datang lagi, ternyata di rumahnya sudah ramai orang. Ayah Nia langsung memperkenalkan aku dengan orang ramai yang ternyata saudara Nia semua. Mereka seperti meremehkan aku, aku terima saja, memang semenjak aku ke kota ini, entah kenapa orang selalu meremehkan aku. HP-ku pun selalu jadi bahan tertawaan. 


"Kami tak setuju Nia menikah dengan laki-laki ini," kata seorang pria yang terlihat lebih tua di antara mereka. 


"Siapa yang minta pendapat kalian," kata Ayah Nia, Wah, orang yang tegas dan langsung. 


"Apa yang bisa kau berikan pada adik kami?" kata seorang wanita lagi. 


"Semua, apa saja," jawabku. 


"Udah, dia di sini mau perkenalan, bukan mau diinterogasi kalian, yang mau nikah Nia," kata Ayah Nia lagi. 


Hari itu aku dan Nia jalan-jalan sebagai bentuk perkenalan. Aku yang tidak tahu tentang kota Medan ini menyerahkan semua pada Nia, dia mau bawa ke mana aku mau saja. 


"Aku terima, ingat ya, Bang, aku terima karena percaya pada Ayahku, bukan percaya padamu," kata gadis itu lagi. 


"Berapa nomor WA Abang," tanyanya seraya mengeluarkan HP-nya. 


"Apa itu WA?" tanyaku. 


"Ya, Allah, Abang berasal dari planet mana sampai tak tahu apa itu WA?"


"Masih dari bumi,"


Dia tertawa lagi, saat itu kami berada di sebuah pasar, entah mau apa dia bawa aku kemari. 


"Kata Abang akan penuhi apa yang kubutuhkan?" tanyanya lagi. 


"Ya," jawabku singkat. 


"Aku butuh pakaian,"


"Ya, silakan pilih,"


"Yang benar,"


"Iya, pilih saja," 


Dia kemudian memilih pakaian, aku heran, yang dia beli justru celana dalam dan beha, gadis yang aneh. Padahal bila dia minta banyak pun aku mampu. Uang penjualan sapi lima puluh ekor ada di rumah, kusimpan di tas kresek. Yang kubawa hanya yang muat di kantong saja. 


Atas saran dari Bou, uang tersebut akhirnya kusimpan di Bank, ada kartunya, akan tetapi aku belum pandai memakainya. Biarlah, bila nikah nanti, istriku akan jadi asistenku.


"Boleh aku minta sesuatu lagi?" kata Nia sehari sebelum akad nikah. 


"Boleh,"


"Aku mau rambut Abang dipangkas pendek," katanya. 


"Oh, tidak, itu bukan kebutuhanmu, itu hanya keinginan, yang kuturuti hanya kebutuhan," kataku seraya memegang rambut belakang. Dalam hati aku bilang, "ini milik Rara," 


"Abang Jadul," katanya. 


"Apa itu jadul?"


Dia justru tertawa lagi, entah kenapa aku suka tawanya. Dalam hati aku bertekat akan membuatnya terus tertawa, tak akan kubiarkan dia menangis. Bersamanya aku merasa bersemangat lagi. Semoga aku bisa melupakan Rara. Bisa mengikhlaskan Nunung. Pada Nia aku menemukan dua sekaligus. Tawa Rara dan galaknya Nunung. 

~~ bersambung ...