Rabu, 29 Juni 2022

Suamiku Jadul (26 Ndeso FB an)

 Suamiku_Jadul...

Part 26.

👇 Akhirnya kuajari juga suami main HP, katanya HP android sudah masuk kebutuhan, bukan lagi keinginan. Jaman sekarang apa-apa yang ditanya nomor WA, kalau kita gak punya WA, orang jarang menghubungi. Pertama kubuat nomorku dengan nama My Darling di HP-nya, dia justru protes, dan suruh diganti sama Umak Ucok. 

Akan tetapi ku-antisipasi juga supaya dia tak berhubungan dengan Rara, entah kenapa aku selalu cemburu cara suami bicarakan Rara. Kumasukkan nomor Rara, baru kublokir, jahatnya aku. 

Tiba-tiba adik bungsuku memasukkan nomor Bang Parlin ke grup WA keluarga. Akhirnya itu saja yang dibahas Bang Parlin. 

"Dek, lihat ini, adik iparmu mau belanja pun pakai pengumuman," kata suami ketika ada pesan dari adik iparku di grup WA, pesannya begini. 

(Ke pasar dulu belanja, ada yang mau nitip gak) 

Duh, bagaimana aku harus menjelaskan ini pada Bang Parlin?  Ini sesuatu yang baru baginya, banyak yang akan dia temui yang tidak sesuai dengan prinsip hidupnya. 

Setelah Bang Parlindungan masuk grup WA, para saudaraku sering kirim pesan pada Bang Parlindungan. Aku tahu karena setiap ada pesan, suami akan tunjukkan padaku. Seperti hari itu, pesan dari adik bungsuku di grup WA, akan tetapi ditujukan untuk suami. 

(Bang Parlin memang pahlawan keluarga, sudah dua saudara kita yang menghilang dari peredaran karena  Bang Parlin) 

Aku tahu maksudnya, Ria--adikku dan kakakku kini tak lagi aktif di grup WA, karena keduanya kini ada di kampung beternak sapi. 

"Baca aja, Bang, gak usah balas, tahan diri," kataku pada Bang Parlin. 

Dua adikku mungkin sakit hati karena tak dikasih pinjaman oleh Bang Parlin, akan tetapi abangku yang paling besar justru seperti sudah sadar kini, semenjak Bang Parlin menceramahi abangku itu dia tak pernah lagi usil, tak pernah nyindir. Aku sangat bersukur, satu persatu saudaraku berubah karena Bang Parlin. Kejadulannya membawa aura positif untuk keluargaku.

Suatu hari kulihat Bang Parlin serius kali lihat HP-nya, aku jadi penasaran dengan apa yang dia lihat, tanpa setahu Bang Parlin kulihat ke layar HP-nya, posisiku dari belakang. Ternyata suami sadar akan kehadiranku. 

"Lihat ini, Dek, ada orang minta duit, katanya butuh uang untuk bawa anaknya berobat," kata suamiku seraya menunjukkan HP-nya. 

Ternyata di beranda Facebook-nya lagi lewat postingan yang mengemis online. Bang Parlin memang kubuatkan akun Facebook, akan tetapi akun Rara kublokir, teman Facebook-nya juga hanya belasan orang. 

"Kasihkan dulu uang kita, Dek, kasih tiga juta, dari HP-mu kan bisa transfer langsung," kata suami lagii. 

Segera kulihat orang yang ngemis tersebut, fotonya hanya satu, pertemanan hanya seratusan. 

"Itu gak benar, Bang, pura-pura itu?" kataku kemudian. 

"Masa sih pura-pura anaknya sakit, nanti sakit benaran, lihat yang beginu abang gak tahan, Dek, teringat terus Abang waktu kecil dulu." kata suami lagi. 

"Ini, lihat ini, Bang, biar ku inbok ya," 

(Di mana rumahnya, kebetulan kami di Medan juga, biar kuantar langsung bantuan, repot kirim-kirim)  begitu kubalas, karena katanya di komentar, dia tinggal di Medan. 

Beberapa saat kemudian, akun Bang Parlin sudah diblokir. Bang Parlin tampak bingung, "mana dia, kok hilang?" tanya suami. Sepertinya Bang Parlin harus diajari dunia medsos yang penuh tipu-tipu ini. 

"Dia blokir Abang," kataku. 

"Kok gitu, mau dibantu malah blokir,"

"Karena dia tak seperti yang dia katakan," 

"Ah, banyak penipu di mediasi sosial ini?"

"Ya, iya, Bang, satu lagi banyak pelakor, hati-hati, Bang. Kalau ada yang inbox hai, Hai, gitu langsung blokir," kataku lagi. 

"Kalau diblokir hilang gitu?" 

"Iya, Bang, gak bisa dihubungi, gak bisa dilihat lagi."

"Wah, kejam itu, itu namanya memutuskan silaturahmi, itu sesuatu yang dibenci Tuhan." kata Bang Parlin. 

Ah, suamiku ini masih terlalu polos untuk ikut berkecimpung di dunia medsos ini. Untung dia gak punya SMS bangking, kalau punya dia mungkin sudah kirim tiga juta untuk orang tak jelas. 

Selama masa nifas, Bang Parlin terus mengurusku, dia juga rajin masak, akan tetapi sayangnya, masakannya tak pernah cocok dilidahku. Entah kenapa kalau dia masak, bawang putih tak pernah dipakai, cabe selalu banyak. Masakannya juga selalu itu ke itu saja, kalau gak daun ubi tumbuk, ikan asam padeh. 

"Dek, lihat ini, Abang kan mau buat status kek orang-orang, terus di sini ada tulisan, " Apa yang anda pikirkan" gitu, terus ditulis apa?" kata suami di suatu malam. 

"Sini adek yang buat," kataku akhirnya. Lalu kutulis status untuk suami, fotonya dia lagi mengganti popok anakku. Captionnya begini. 

(Suami sayang istri)  itu saja yang kutulis, tak lupa kutandai namaku.

Baru sebentar ku-post, sudah ramai komentar para teman satu geng-ku. 

(Ada koboy ngurus bayi) 

(Wah, si gobel yang tak lagi gobel jadi Ayah) 

(Rambo pengsiun) 

Beragam komentar temen satu gengku, kulihat suami hanya senyum membacanya. Tiba-tiba anakku nangis, dengan sigap suami meraba pokoknya, masih bersih katanya, akan tetapi si bayi yang biasa dipanggil Bang Parlin "Ucok tersebut, tetap rewel. 

"Tidurkan dulu, Bang, dia barusan nenen tadi," kataku kemudian. 

Bang Parlin lalu menggendong si Ucok dengan kain gendongan ulos batak, salah satu kain yang diberikan abangnya. Bang Parlin menyanyi. 

Buee, bueee da Amang bueee... 

We wa we, sipulut Mandailing

Magodang ko Amang so sikola mangaji. 

Seperti itu lirik lagunya, entah lagu apa aku tak tahu, akan tetapi aku justru ikutan tertidur mendengar lagu tersebut.

Keesokan harinya rumah kami didatangi seorang wanita cantik, saat itu aku lagi di kamar bersama bayi. Bang Parlin masuk ke kamar bersama wanita tersebut. 

"Siapa ini?" tanyaku. 

"Ini, Dek, katanya dia butuh kerjaan, dia mau jadi baby sitter di sini," jawab suami. 

"Tidak, Bang, aku gak butuh baby sitter," kataku kemudian. 

"Biar adek gak capek kali, Dek,"

"Aku sudah berpengalaman jadi baby sitter, Bu bahkan pernah kerja di rumah pejabat," kata wanita cantik tersebut. 

"Tidak, maaf saja, kami tak butuh, tapi tunggu dulu, dari mana kau dapat informasi kami butuh baby sitter?" tanyaku penasaran, entah kenapa pikiran burukku tiba-tiba muncul, jangan-jangan ini pelakor, jangan-jangan dia pura-pura mau jadi baby sitter, padahal incar Bang Parlin, atau Bang Parlin sudah lama kenal? 

"Dari sini, Bu," kata wanita cantik tersebut seraya menunjukkan status Facebook suami. 

Ya, Allah, ternyata suami sudah bisa buat status sendiri, statusnya alay banget, gini captionnya. 

(IKasihan istriku, dia tampak lelah sekali, andaikan rasa lelahnya bisa kubantu) baru fotoku sedang tertidur. Duh! 

Setelah berulangkali kujelaskan wanita cantik itu akhirnya pergi. Begitu dia pergi, langsung kuinterogasi suami 

"Siapa dia, Bang,"

"Lo, kok tanya abang?"

"Ya, aku tanya siapa dia?"

"Kan sudah dia bilang, dia mau cari kerjaan di sini,"

"Kenapa dia tahu rumah ini?"

"Lo, abang bilang, dia tanya apa butuh baby siiter, aku jawab " Tanya saja istriku," dia tanya alamat, ya, kukasih tahu,"

"Aduh, Bang, kenapa sih abang sepolos itu?"

"Polos bagaimana sih, Dek, Abang hanya kasihan melihat adek, adek sampai tertidur ketika si Ucok kugendong. Lalu kufoto, kata adek apa yang Anda pikirkan katanya di Facebook, ya, yang kupikir hanya itu, adek lelah."

Duh, suamiku ini, aku selalu berburuk sangka padanya. Apakah Bang Parlin tidak tahu dumay itu penuh dengan modus, jarang dapat yang tulus. 

Andorid baru Bang Parlin selalu punya cerita baru, seperti siang itu dia beli pulsa ke warung tetangga, pulsa seratus ribu. Saat itu aku heran melihat dia yang pulang sambil senyum-senyum. 

"Dari mana, Bang, kok senyum begitu?"

"Ini senyum bahagia, Dek, bahagia karena bisa membantu orang," kata Bang Parlin. 

"Bahagia bagaimana, Bang?"

"Ini, ada orang minta pulsa, dia minta sepuluh ribu saja, katanya bila kuberikan dia mau berikan

videonya lagi mandir" kata Bang Parlin. 

"Apaaaa ....?"

"Ya, begitulah, Dek, katanya butuh untuk menelepon orangtuanya di kampung, kasihan Abang, Dek, karena Abang orang kampung itu,"

"Ya, Allah, mana nengok HP-mu, Bang," kataku seraya mengambil HP dari tangannya langsung ke messenger. 

Benar saja, ada seseakun wanita minta pulsa, sepuluh ribu. Akun tak jelas, aku baru mengerti kenapa akun tak jelas banyak bergentayangan, ternyata orang seperti Bang Parlin inilah korbannya. Kucek inbox mereka. 

(Tolong, Pak, saya mahasiswi di Jakarta, butuh pulsa menelepon orang tua di kampung, tolong isikan sepuluh ribu saja)  begitu inbox pertama. 

(Kasihan) begitu balasan suami. 

(Tolong, Pak, aku kirim videoku lagi mandi bila Bapak kirim pulsa sepuluh ribu saja) 

(Kasihannya kau, Nak, sini nomormu biar kuisi seratus ribu, gak usah kirim video segala, jangan minta lagi ke orang ya, memalukan orang kampung saja, kau,)  begitu balasan suami. 

Oalah, Bang Parlin, Bang Parlin. 

"Selamat datang di dunia maya, Bang,"...

#Bersambung ke-27  ...

                                        

                                            Selasa, 28 Juni 22 Bersama BK U Arifah di GHT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar