Kami Ndeso
Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim)
Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu semampunya tetapi berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan hidangan yang terbaik, merupakan usaha kita menjadi manusia yang baik dan bermanfaat.
Dalam QS 11 : 69 Allah mengisahkan Abu Dhifan (bapak para tamu) yaitu nabi Ibrahim as. Ayat ini menganjurkan memberi salam ketika berkunjung dan wajib menjawabnya serta menjamu tamu. Perilaku nabi Ibrahim dalam menghormati tamu dikisahkan di QS 15 : 51 - 55 dan QS 51 : 24 - 28, merupakan teladan terbaik untuk kita contoh dalam memuliakan tamu. Dan di QS 4 : 86 mengajurkan membalas penghormatan yang lebih baik atau minimal sepadan❤️
Namun hendaknya dalam menjamu tamu diniatkan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim.
Diantara adab menghormati dan menjamu tamu yaitu,
- Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri. Hal ini dilakukan apabila para tamu duduk dengan tertib.
- Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari)
Hadits ini menunjukkan perintah untuk menghormati orang yang lebih tua.
- Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya.
- Mengajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan.
- Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepadanya.
- Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.
- Menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri.
- Mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.
Subhannallah Islam merupakan agama yang mulia setiap ajarannya bukan hanya mengajarkan beribadah melainkan juga bagaimana kita menjalani hidup bersosialisasi.
Pernah main ke rumahmu, yang suasananya sama dengan rumahku.....Ndeso.....akrab dengan ayam, sapi dan kambing. Sebagaimana aku yang ndeso, sangat wellcome kalau ada tamu....tiada kata menolak walau dengan kondisi seadanya. Semua anggota keluarga menyambut dengan senyum ceria. Itu juga yang diajarkan orang tuaku, rumah tak semegah ghara famili, namun hati seluas samodra. Tidak ada rasa malu dan gengsi untuk menunjukkan diri yang sebenarnya. Memberikan suguhan yang maksimal yang mampu untuk memuliakan tamu dan memberikan oleh-oleh apa yang ada di rumah.
Setiap kali silaturohim di rumah orang diusahakan membawa buah tangan dan orang yang kudatangi juga memberiku buah tangan. Demikian juga dengan mu, mungkin karena sesama Ndeso jadi punya pikiran yang sama.
Pertama berpatner dengan mu, mungkin kau merasa masih unyu-unyu dan sebaliknya aku. Mungkin kau belum terlalu kenal pribadiku yang berhati selembut kapas dan serapuh gelas kristal. Kau bilang "Ngene ae ra iso?". Wah rasanya seperti terpampar wajahku. Sedih, merasa begitu bodohnya aku di hadapannya. Namun sedihku hanya beberapa saat setelah aku curhat dan temanku bilang " Ra sah dipikir nemen-nemen asal bukan bojomu yang bilang seperti itu".
Hal itu tidak berlangsung lama, karena aku tidak tahan kalau memendam rasa. Aku datangi dan aku terus terang. Langsung dia menjelaskan dan mengevaluasi diri karena selama ini dia menerapkan patokan dirinya ke orang lain. Setelah hal itu clear maka kami sudah salih bantu dan saling menghargai. Ternyata aku juga bukan orang yang amat jadul sehingga sulit diajari. Diingatkan sedikit saja juga langsung bisa mengikuti langkah kerja untuk berlari. Aku juga tidak segan untuk bertanya dan selalu mengikuti irama yang ada.
episode 20 sd 55 nya kok gak ada
BalasHapus