Kamis, 22 September 2022

SUDAH IKHLASKAH KITA??

                            


                                     


SUDAH IKHLASKAH KITA?? 


✍️Sudah ikhlaskan melepas anak-anak berjuang?

Saat Kyai membatasi aturan pertemuan dan penjengukan

Dan ternyata mereka menangis karena merasa tidak kerasan 

Mampukah kita sebagai walisantri menahan diri untuk tidak mendatangi?


Untuk tidak diam-diam ke pondok, berusaha mencari informasi dari banyak orang, minta foto, minta Video call, minta diperhatikan berlebihan dari ustadz walikelas, musyrif Konsul, musyrif organisasi dan sebagainya.

Padahal disaat disiplin ini diberlakukan Kyai sudah mempertimbangkan

Agar anak-anak lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan

Agar mental keberanian mereka terasah

Agar jiwa kedewasaan terbentuk

Agar kepribadian mandiri mulai dijalani

Jika hal ini belum mampu kita hindari jangan berharap Kelak mereka menjadi alumni kaffah yang pemberani  ...

✍️Sudah ikhlaskah melepas anak-anak berjuang?

Saat Kyai memberikan lauk  bergizi meskipun sederhana utk makan sehari-hari dan membatasi mereka untuk tidak membawa uang berlebihan

Lalu diam-diam kita menyelipkan sejumlah rupiah dalam paket-paket makanan yang hampir seminggu sekali dikirimkan

Atau mengumpulkan iuran  bulanan bahkan mingguan per kelas, per konsul untuk kemudian diberikan yang katanya sebagai lauk tambahan agar gizi mereka terpenuhi, tercukupi seolah pihak pondok dan Kyai mengabaikan hal ini

Dengan alasan kasian, khawatir mereka tidak bisa jajan dan sejumlah alasan klasik ala orang tua lainnya

Padahal saat Kyai menerapkan aturan 

Mendidik Agar mereka bisa hidup sederhana

Agar mereka bisa menahan diri dan tidak bermewah-mewahan

Agar mereka belajar tirakat

Karena salah satu syarat penuntut ilmu adalah tirakat

Membentuk pribadi yg rendah hati, membuka pintu keberkahan

Karena belajar bukan sekedar trnsfer ilmu juga pengetahuan

Tetapi kesungguhan dan keberkahan menjadi pembuka jalan kemudahan

✍️Sudah ikhlaskah melepas anak² berjuang?

Saat di Pondok mereka menghadapi permasalahan, bergesekan dengan teman, merasa kelelahan dengan padatnya aktivitas yang diberikan.

Lalu dengan tergesa mengambil keputusan, memprotes pondok, membawa mereka keluar, memindahkan ke lembaga lain yg menurut kita nyaman


Padahal dengan beragam problematika dan kesulitan tersebut sesungguhnya mereka tengah dididik mendewasakan diri sendiri

Menjadikan mereka survive dan dewasa

Terbiasa menghadapi masalah sendiri, bukan lari kepada orang tua,  

Mampu mencari solusi bukan menghindari apalagi ditinggal pergi


📝Mengingatkan kembali nasihat Kyai bahwa Pondok bukan sekedar tempat mencari ilmu Agama tapi pondok adalah tempat belajar belajar hidup yang islami.

Menyayangi mereka tak harus selalu memanjakan, bukan?

Mengasihi mereka tak harus selalu memenuhi keinginannya, bukan?

Karena pada hakikatnya justru kita harus menyiapkan diri utk berpisah dengan mereka

Kelak dewasa akan hidup dengan Keluarganya, kemandiriannya, kemampuannya dan masa depannya

Bukan lagi dengan kita orang tuanya

Lantas jika ada walisantri yang berkata


"Anak saya sdh lama di pondok masih aja tetap manja, dirumah banyak tidurnya, jangankan membantu org tua maunya dilayani saja, sedikit2 panggil Mama, bla bla bla"


Coba tanyakan pada diri sendiri sudah seikhlas apa kita sebagai orang tua mempercayakan mereka kepada pengasuhan Para Kyai dan Ustadznya di Pondok?

Seberapa besar kita masih sering melanggar disiplin yg sdh di terapkan pondok?

Sejauh apa kita memaknai pesan Kyai untuk TITIP (TEGA, IKHLAS, TAWAKKAL, IKHTIAR, PERCAYA PADA PONDOK) ?


Karena hakikatnya pendidikan tidak berhenti pada interaksi Guru dan murid (santri) tetapi peran dan do'a  orang tua memberi pengaruh penting terhadap hasil yang Akan dicapai pada masing² santri kelak saat mereka menjadi alumni 

Wallahu a'lam bisshowab

Beneran kualami, saat pertama aku dimasukkan grup yang pada akhirnya fokus untuk mencari tahu tentang kegiatan anak-anak, wah sungguh saya tidak bisa lepas dari WA. Mau tidak dijawab kok kurang etis, sementara mau di jawab, dikirim foto kok masih belum dibolehkan, karena masa menjadi kepompong. Tidak boleh ada komunikasi dan juga tanpa media apapun. Akhirnya aku ketahuan ada di dalam grup dan diingatkan oleh kepsek "Tidak usah ada dalam grup bu, kalau salah kata bisa jadi bumerang untuk njenengan dan kita semua". Seperti disambar petir siang hari aku, langsung pusing dan saat itu juga aku pamit dari grup. Tidak cukup itu, ternyata keluarku dari grup juga dmembuat pertanyaat dan dsiskusi besar sehingga kepsek diundang dalam grup emak-emak. 

Namun, alhamdulillah keluar grup membuat ketenangan jiwaku makin baik. Aku makin fokus hanya berkomunikasi dengan Alloh dalam doa malam dan dalam setiap tarikan nafasku. Aku tidak berpikir untuk menjawab dan membuat kata-kata yang tepat untuk berkomunikasi. Karena kadang menyusun kata itu tidak mudah dan sampai terbawa dalam sholat.....astagfirulloohhh.....sebuah tantangan yang tidak ringan... kadang kalau aku mikir pingin balik ke belakang...balik ke surabaya.
 
Di Sini masih untung boleh menitipkan pesanan makanan pada anak saat hari Sabtu dan Ahad. Sampai ada yang berlebihan juga, terlalu memanjakan dan tidak membuat merasa mondok. Harusnya hidup sederhana malah merasa jajan mengalir melebihi saat di rumah yang biasanya sehari 50K, di sini belanja sebulan habis 1.122.300. 

Nasi disajikan dalam suhu biasa saja kata ibunya bikin perut kembung, padahal menurut penelitian malah nasi yang bebas glukosa adalah nasi yang sudah didinginkan. Mereka malah berinisiatif untuk membawa mejicom, trus yang mau membersihkan siapa bu? Begitu Kepsek saya mengajari untuk menjawab usulan ibu-ibu. Padahal makanan di sini menurut temannya U Kiki sudah sangat enak dan lengkap, mungkin itu efek dari kesenangannya makan McD dan makanan instan lainnya.

Susu kepanasan minta klarifikasi, tidur di kasur tanpa dipan klarifikasi, makanan menu kurang kekinian. Astagfirulloh, semoga semuanya dilimpahkan rasa bersyukur sehingga hal sedikit saja bisa perubahan dianggap besar, sebaliknya jika tidak ada syukur sebesar gunung yang yang dilakukan orang lain akan tidak pernah terlihat kebaikan itu. 
Perubahan bisa solat tidak bolong, mengaji lancar, bisa bangun tahajud, bangun kesiangan jadi pusing karena di sini sudah mulai biasa bangun pagi, gerakan solat yang benar itu semua disyukuri oleh ibu JC dan juga olehku. Melihat duduk yang seragam benar dari 3 anak lanangku yang solat di depanku, aku bersyukur.  Luar biasa ibu-ibu yang sudah bisa bersyukur sehingga anakknya juga tenang, menjadi anak yang penurut pada guru di rumah nurut sama orang tua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar