Senin, 23 Agustus 2021

Jauh di mata dekat di Doa

 Jauh di mata dekat di Doa

Aku menjadi wali kelas tahun ke 3 di masa pandemi, tahun pertama masih sempat nangis karena andai menjadi ibu yang tiba-tiba disapih dari bayinya yang lagi menyusui, sungguh sangat berat hati dan menangis haru saat perpisahan dengan 9G yang heboh bersama Marsya dan Fatimah. Penuh candaan, tawaan bahkan sandiwara kehebohan, kesedihan dan kelucuan. Tahun kedua, hanya mengenalmu saat kelas 7 dengan segala isuue yang kurang bukti dan tidak pernah bisa kubuktikan di daratan, karena memang kita tak pernah jumpa darat, kecuali saat foto ijazah dan wisuda. Masyaalloh itu membuat ikatan diantara kita terjalin walau hanya dalam doa. Bersama Rachel yang dikenal banyak guru ramah dan ceria. Tahun ketiga, bersama muridku dimana aku hanya mengenal dari cerita mantan wakelnya. 

Aku mengenal Echa, yang dulu masih anak2 saat kusapa tiada senyumnya. Aku mengenal Ilma yang ingin mondok di Sulaimaniyah. Aku mengenal Maiza yang baru faham setelah beberapa minggu ternyata adeknya Raqika yang pendiam dari 9E kelas olimpiade. Aku mengenal Selma yang sering memperlihatkan wajahnya saat pembukaan kelas. Aku mengenal Kayla yang pinter nyanyi dan suaranya serak basah saat memimpin doa pagi. Aku mengenal Nayara yang masih berkerabat dengan ustd Syafiq Gadi dan wakel lainnya juga mengenal karena selalu terlihat jelas wajahnya di zoom setahun lalu. Aku mengenal Ara dari suaranya yang sering muncul di zoom, pengobrak mapel Bindo. Aku mengenal Zahra yang ternyata anak dari sodaranya sahabatku yang telah meninggal. Saya dikenalkan sahabatku saat acara di Tuban dan Alloh yang mempertemukan kami di 8F. Selebihnya, wajah mereka belum masuk dalam memoriku. Sungguh ironis jadi wakel masa pandemi. 

Namun itu semua harus kami lalui dengan berbagai cara. Jika tahun lalu kami harus mengobraki murid untuk on camera, tahun ini tidak seberapa berat seh, namun yaaaa yang terlihat juga masih ujung jilbabnya. itulah yang membuat wajah kalian belum termemori. Kalian ini cantik, mengapa masih juga tidak percaya diri menampakkan di depan camera zoom, padahal saya yakin, kalian ini sering menghadap kaca lo.....perilaku ABG yang sering menampakkan wajahnya di kaca......Sampai-sampai ngasih oleh-oleh dari luar negri untuk  temannya dan bahkan saya sebagai wakelnya ya KACA. Entahlah kenapa kalau di Zoom banyak yang sembunyi. 

Tanpa aku sadari tujuan awalnya, aku meminta yang menjadi even organizer di pembukaan pagi giliran per kelompok tutor. Giliran berlaku selama 1 pekan. Tugasnya menjadi MC, memimpin tawasul Alfatihah, memimpin ngaji, menjadi penerjemah quran, memberi tausyiyah. Masyaalloh ternyata itu membuatku mengerti bagaimana karakter mereka. Ada 5 anak yang selalu datang awal waktu, sehingga ketika Zoom ku menyala mereka sudah langsung masuk, bahkan ada yang jarang datang ke pembukaan kelas dan itu juga yang membuat aku hafal karakternya. 

Subuh call yang kami biasakan di  YLPI Al Hikmah juga memberiku petunjuk untuk sekedar mengetahui remang-remang karakter muridku....maafkan ya nak bila ada yang salah tangkap....maklum penglihatan jarak jauh. Tutor 4 yang dipimpin oleh Echa selalu lengkap dan melaporkan paling awal. Tutor 4 juga mengorganisir petugas dalam pembukaan kelas lebih awal. Hari ahad Echa sudah mendata temannya untuk menjadi petugas sepekan.  3 turor sebelumnya mungkin mereka berkoordinasi digrup yang tanpa ada saya sehingga saat hari pelaksanaan langsung acting. 

Namun percayalah anak-anakku 8F, walau ibumu 8F belum mengenal wajahmu, namun namamu selalu tertulis didepanku, di kertas buku harianku. Aku ingat, saat tidak menjadi wakel, bingung mau mendoakan muridku yang mana. 300 siswa harus aku ingat wajahnya...yaa paling2 yang teringat yang paling....dan paling..... Namun saat menjadi wali kelas...pastilah anak di kelasku yang kuingat dalam doaku. 

Merenung dan mensyukuri segala yang telah dibuat sistem di Al Hikmah sungguh suatu jalan yang memberikan solusi. Aku merasa masih harus membuat trik-trik baru untuk mengenali dan bahkan membuat ikatan hati antar kami warga kelas sehingga tidak hanya menyapa basa-basi, namun sapaan yang penuh arti. Sapaan yang berarti dan memotivasi. Sapaan yang mengingatkan aku pada sosok kepala sekolahku Almarhum Bapak Halim dari SMP Muhammaiyah 4 dan ustd Edy Kuncoro, sapaan beliau membuat aku bersemangat. Saat aku galau menemui beliau aku keluar dari ruangan beliau dengan rasa lega dan optimis.  Guru BK SMA 1, Bapak Agus yang memberiku motivasi dan optimisme hingga aku ingin mengikuti jejak beliau. Itulah sosok guru, bapak dan motivator. Tidak usah dengan ceramahnya yang panjang  namun cukup sapaan saja membuat semangat membara. Alfatihah untuk guru-guru saya...Aamiin.  

1 komentar: