Kamis, 19 Agustus 2021

3 Lelakiku

 

3 Lelakiku

Nasihat buat anak-anakku, mengajak mereka berlogika dengan kenyataan yang ada sekarang ini. Lelah belajar masih ada yang memberi makanan yaitu orang tua, bahkan kemungkinan besar masih dalam tanggung jawab orang tua, namun ketika anak sudah usia kerja namun belum dapat kerja yang mapan bahkan belum dapat pekerjaan maka itu akan sangat memalukan dan mungkin malah ke arah menyebalkan. Karena saat itu pastinya sudah usia dewasa, usia saatnya mandiri. Saat usia sekolah anak berlelah lelah belajar masih ada tempat untuk curhat, untuk mencari bantuan ke guru dan orang tua. Motivasi dari guru dan orang tua sangat membantu. Saat usia kerja yang ada hanya kata “kasihan kamu belum bekerja, usia terus bejalan dan kamu akan segera menikah”

“Nak, lelah belajar di mana-mana kamu sekolah pasti itu dialami oleh semua orang. Semua sekolah memiliki target untuk yang terbaik buat muridnya, maka guru dan ortu akan selalu membantumu dan hanya kamu saja yang bisa membuat kamu sukses dengan ketahanan semangatmu”.

Lelah menghafal Quran itu lebih baik daripada lelah belajar mata pelajaran lainnya. Lelah menghafal quran pasti jaminan sorga, membaca satu huruf dihitung satu kebaikan Alif 1 Lam 1 Mim 1. Lha kamu malah menghafal, pastinya kamu baca berulang kali berapa pahala yang kamu peroleh nak, tak terhitung. Lelah menghafal pelajaran belum tentu sukses di dunia apalagi di akhirot. Apalagi kondisi saat ini orang lagi sulit mencari kerjaan. Fakta di sekeliling kita, Dek oni, ponakannya abi saja yang lulusan Universitas Indonesia ada jeda untuk mendapatkan pekerjaan. Dek Osi yang akan menikah juga tiba-tiba terkena PHK, pindah tempat baru lagi, nggojekpun dilakoni. Dia diminta bekerja dengan Om Final tidak mau karena bekerja dengan saudara itu banyak sungkannya dan mungkin merasa kurang bebas untuk mengaktualisasikan diri. Mas Rizki juga bekerja dengan bu Dhe nya sebagai administrasi kantor penyaluran tenaga kerja ke Jepang, yang secara keilmuan tidak nyambung dengan pelajaran kuliahnya. Apalagi kalau melihat anak-anak muda yang pekerjaannya ngamen, miris melihatnya.

Nak, Lelah belajar umi abi masih mengirimkan uang saku, makanan dan juga menjemput dan mengantarmu belajar, namun jika lelah mencari kerja, tidak menemukan pekerjaan yang sesuai cita-citamu maka kamu yang paling merasa malu dan menderita karena tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk melamar gadis pujaan hatimu. Harga dirimu akan diremehkan mertuamu dengan ketidakmapananmu. 

Nak, umi sangat terpukul mendengar pernyataanmu “Mi, aku sudah hampir menemukan bakatku, namun umi masukkan aku di Sulaimaniyah”. Astagfirulloh, maafkan umi nak, percayalah kalau kamu jadi pemain olah raga itu badanmu yang diforsir dan usia belum terlalu tua kamu sudah akan mengalami pension karena ragamu ada batas maksimalnya. Namun jika kamu mengabdikan hiudpmu dengan hatimu dan pikiranmu itu tak terbatas waktu, tak terbatas kondisi fisik, asal mulut masih bisa bicara otak masih berjalan akan terus manfaat hidupmu..

Nak, umi rela berapapun biayanya buat menuntut ilmu agama, asalkan kamu nyaman dan bahagia belajar, umi akan ikut. Umi ingin memuliakan anak-anak pencari ilmu agama dan penghafal quran. Umi ingin berperan dan membekalimu dengan ilmu dunia akhirot. Umi meniru Mbah Ti dan Mbah Kung yang membekali umi dan tante dengan ilmu sehingga bisa mengarahkan kalian berlima untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dari umi dan Abi. Mbah Ti dan Mbah Kung, beliau ikut memberi andil dalam kehidupan kalian melalui umi.....alfatihah buat Mbah Ti dan Mbah Kung...aamiin

Waktu berjalan 2,5 tahun  ketika itu  Riza harus ujian putaran 10, artinya 10 halaman terakhir dari 30 juz dalam Al Quran. Dia mengalami kejenuhan saat harus memperlancar semuanya. Persiapan dilakukan selama 1 bulan, stres pingin keluar pondok untuk jalan-jalan namun kami belum ada waktu untuk menjenguk. Dia sabarkan dirinya. Riza tidak mau menceritakan di telepon apa yang terjadi dengan ujiannya. Alhamdulillah saat kami ke sana dia bercerita "Mi, aku belum lulus. Aku diminta abi meneruskan ayat sebanyak 10 kali, namun aku diminta belajar lagi. Artinya aku belum lulus Bi". Santai saja kami berdua menanggapi kondisi itu "Yo ra popo le, pasti nanti ujian berikutnya kamu lebih lancar". "Njih Mi, doakan hari Rabu ujian maleh". 

Dia itu anak yang menjaga perasaan kami, temannya dan pondoknya. Kegagalan tidak bercertia supaya kami tidak sedih. Keburukan temannya selalu ditutupi karena dia merasa itu aib orang lain. Dia juga tidak menceritakan kondisi fisik pondoknya, misalnya kasur kurang empuk, kamar mandi bocor dan lain-lain. Dia menganggap dan bercerita seakan tidak ada masalah ditempat dia mondok. Bahkan saat di Jombang, aku menangis karena menu makanannya hanya nasi, kuah dan sepotong tempe/tahu bahkan iwak asin, minum air sumur tidak sekalipun dia bercerita, kecuali kami menanyainya dengan detail. 

Seminggu berikutnya, tiba jadwal nelpon dan dia bercerita kalau sudah lulus dan bahkan mendapat hadiah. " Apa le hadiahnya?" tanyaku penasaran. " Aku jadi ketua pondok Mi" katanya sambil ekspresi datar saja. "Alhamdulillah. Selamat ya Le semoga kamu bisa menjalankan amanah ini".

  

                                         Kembarku di Pondok Al Furqon Bumiaji Batu, Jatim


                                                     Riza bersama sekelompok Abi Syahrul 


                                        Riza bersama kelompok tahfidnya, makan malam Ahad







Tidak ada komentar:

Posting Komentar