Rabu, 11 Agustus 2021

Belajar IPA makin Taqwa 

Aku memang sejak SMP senang IPA terkhusus biologi, walaupun saat SMP belum kenal biologi dan fisika seh. Teringat saat SMP guru IPA ku namanya pak Amin. Performance nya mirip dengan penyanyi Ahmad Albar. badan kurus, tinggi, jangkung. Rambut keriting mongkrok, kulit putih bersih. Beliau ayah dari teman seangkatanku yang namanya Erna. Aku mengagumi beliau saat mengajar, lucu, seakan kuecil menyelesaikan setiap soal yang beliau ciptakan sendiri.  Nah, giliran aku mengerjakan soal dari beliau serasa bundel otakku, lupa dengan rumus dan juga satuannya. 

Guru IPA ku yang kedua adalah pak Kateni/ Nur Cahyo. Beliau adalah tetanggaku, rasanya malu kalau aku ditunjuk untuk mengerjakan soal dan aku tidak bisa, maka aku berusaha dengan sungguh-sungguh. Takutnya  kalau beliau ketemu dengan bapakku yang setiap hari ke sawah lewat depan rumah beliau. Aku membayangkan beliau "Pak Dim, kok mbak Asri mboten saget  IPA kados pundi nggeh?". Wah pasti bapakku langsung bilang "Njih kulo titip njenengan les i mawon pak Nur". Hal yang kurasakan sama, ketika beliau yang memasukkan angka dalam rumus akan menemukan jawaban yang tepat, sementara aku bingung pilih rumus yang mana ya? Angka ini masuk dalam variabel apa? Hingga aku berpikir untuk tidak memilih A1 saat SMA. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai IPA yang mumuaskan karena aku selalu berjuang untuk semakssimal bisa menyelesaikan dan berdoa semoga soal yang jadi bagianku yang mudah buat aku.    

Alhamdulillah aku masuk SMA 1,  SMA favorit di kota Blitar. Muridnya mayoritas dari SMP 1 dan SMP 3 serta SMP lain yang merupakan siswa terpandai di SMPnya. Kelas 1.1 aku masih berjuang terus untuk bisa lulus nilai Fisika karena itu juga masuk dalam syarat pemilihan jurusan.  Aku tanpa ragu aku memilih A2 supaya tidak terlalu banyak pelajaran Fisika walaupun hanya selisih 3 jam pelajaran aja sudah membuatku lega untuk sementara 3 jam tidak berinteraksi dengan Fisika. Biologi yang mendominasi sehingga menambah cintaku padanya. Aku cinta padanya karena dengan mempelajarinya aku makin mengerti bahwa kekuasaan Alloh yang luar biasa, yang ada dalam tubuhku dan lingkunganku. Bapakku sering menasehatiku "sopo seng kenal awake mongko kenal gustine" . Bapakku menterjemahkan bahwa kenal dirinya itu memahami banyak nikmat Alloh dalam diri kita, walaupun beliau tidak menjabarkan dalam ilmu biologi seperti bu Eny guru biologiku dan juga wali kelasku. 

Alhamdulillah aku lulus, SMA 1 dengan nilai Fisika yang tidak mengecewakan, sekali lagi aku terus bersungguh-sungguh dan melawan nafsuku untuk menjauhinya. Aku konsultasi melanjutkan kuliah ke guru BK nya kakak kelasku, Pak Agus. Sebenarnya guru BK ku bu Prapti yang baik, namun dengan  sadar diri aku sering berkonsultasi dengan Pak Agus. Mulai dari kesulitan berbahasa Inggirs yang akhirnya beliau menyuruh aku untuk membaca 1 paragraf tiap hari, menghafalkan kosa kata yang aku tidak mengerti setelah aku mencari di kamus. Buku catatan arti kosa kata itu masih ada hingga tulisan ini aku buat. Beliau tahu kalau aku sangat mencintai biologi maka beliau menyarankan aku untuk mengambil MIPA biologi Unibraw lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) kalau sekarang jalur Undangan. 

Kereeeennnn....bocah ndeso, anake wong tani bisa masuk perguruan tinggi ternama lewat jalur tanpa tes, hanya mengandalkan nilai rapot yang harus meningkat rata-ratanya dan selalu juara 1, 2 atau 3. hadza min fadli Robby.....Aku sangat bersyukur, karena dengan masuk PTN aku bisa membantu ortuku untuk tidak membayar biaya kuliah mahal. Aku juga membantu ortu karena tidak usah ikut bimbingan belajar aku bisa masuk PTN yang diidamkan oleh siswa SMA. Aku melegakan diri sendiri karena saat temanku berjuang bimbingan belajar dan ujian aku sudah pasti diterima. Saat itu yang diterima di UB hanya 3 orang, Agus Widodo di Tehnik Elektro dan 1 nya aku lupa. Aku bersyukur juga karena dengan masuk jalur PMDK di PTN itu dapat juga menaikan status sekolahku.  Guru-guruku mengucapkan selamat padaku dan menasehati untuk memasuki UB dan setia, serta berprestasi karena itu akan menyangkut nasib adek kelasku. Peringatan keras, "dilarang keluar dari UB, pindah ke lain hati" karena hal itu akan membuat SMA 1 di black list sama UB.  

Aku tidak ada niat memang untuk pindah ke lain PTN.  Aku berharap biologiku lebih mantap pemahaman sehingga dapat mendekatkanku pada Allah, karena dengan belajar biologi kita semakin tahu kebesaran Allah yang ada dalam diri kita dan di lingkungan. Bahkan saking setianya aku pada UB dan SMA 1, aku diminta pak Puh Sartam untuk ikut ujian STAN ya aku ikut saja tapi takut kalau diterima maka lembar jawaban yang aku kumpulkan tidak aku beri nama. Aku membaca bismillah demi SMA 1, demi nasib adek kelasku aku tawaqal untuk setia pada UB. Aku yakin kalau aku memperhatikan nasib orang lain, adek kelasku, SMA ku, nasehat guruku maka Alloh akan menolongku. Alhamdulillah, kini aku makin dekat dengan yang aku cintai yaitu Biologi seumur hidupku yang dulu belum jelas cita-citaku kini Alloh mengarahkan aku menjadi pecinta Biologi, mengajarkan biologi dan semoga membimbing muridku menuju ketaqwaan dengan B   I   O  L  O  G  I. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar