Rabu, 08 November 2023

Memaafkan

 ONE DAY ONE HADITS

Kamis, 9 November 2023 / 22 Rab'iul Akhir 1445


Kesulitan Akan Dimudahkan


عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِي : الْخَطَأُ وَالنِّسْيَانُ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ [حديث حسن رواه ابن ماجة والبيهقي وغيرهما]


Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala memafkan umatku karena aku (disebabkan beberapa hal) : Kesalahan, lupa dan segala sesuatu yang dipaksa “

(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits 

1. Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan dan lupa.

2. Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela .

3. Manfaat adanya kewajiban adalah untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang membangkang.

4. Ada beberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya karena lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut. Contoh seperti itu banyak terdapat dalam kitab-kitab fiqh.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran

1- Dosa karena adanya kesengajaan:


وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا


Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[Surat Al-Ahzab : 5]

2- Meninggalkan suatu hal yang difardukan karena lupa, atau  mengerjakan sesuatu yang haram karena lupa, atau keliru dari hal yang dibenarkan dalam beramal, karena tidak mengetahui cara yang dianjurkan oleh syariat:


رَبَّنا لَا تُؤاخِذْنا إِنْ نَسِينا أَوْ أَخْطَأْنا

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah, (Al-Baqarah: 286)

3- Toleransi hukum Islam : 


وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

[Surat Al-Baqara : 196]

4- Manusiawi dalam penerapan hukum :


فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

[Surat At-Taghabun : 16]    

Tak kusangka kau kini memperlihatkan karaktermu yang berbeda dengan yang aku kenali 2 bulan pertama. Kau  adalah anugrah bagiku, jawaban doa atas tangisanku setahun yang lalu. Kau paling tidak rela saat ada orang lain menyakitiku. Kau memintakan maaf atas perlakuan kasar orang lain terhadapku.....masyaalloh aku begitu terharu dan sangat mengagumi kedewasaanmu. Namun entah bisikan apa yang kini telah sedikit mengubahmu.   Membuat sedikit rasa dingin menjadi hangat nak.....stop jangan lanjutkan sampai mendidih....itu harapanku.

Itulah peristiwa kalau perang mulut terjadi diawali dari prasangka. Lukanya tak terlihat, karena tersembuyi di dalam hati. Berbeda jika laki-laki saling tonjok dan sampai ke kantor polisi, selesai di sana. Kalau luka hati, jika tidak saling memaafkan akan dibawa hingga di hadapan Alloh dan itu akan mengurangi pahala kita, menjadi manusia yang merugi karena amal habis sudah tidak bisa menambah lagi. Urusan manusia selesai dengan manusia di dunia, Alloh tidak akan bisa memberikan ampunan kecuali yang bersangkutan. Misalnya utang dan buruk sangka. 

Memaafkan akan membuat mulia di dunia dan mendapatkan rumah dari emas di sorga. Meminta maaf akan membuat hati lega dan bersihnya hati. Kedua pihak butuh menurunkan ego, dan itu butuh perjuangan. Namun janji Alloh pasti meskipun tidak dapat dilihat seketika, namun keberkahan hidup akan dirasakan dengan adanya kenyamanan dan kebahagiaan hati. 

Malam ini, begitu spontan aku memulai majlis dengan mengungkapkan maafku atas pernyataan teman dan suamiku saat aku sering menyapa orang yang aku anggap akrab dengan sapaan "BROE". Menurutku itu karena aku merasa dekat, akrab. Tidaklah mungkin aku menyapa itu jika dengan pimpinan, orang yang baru aku kenal. Namun menurut temanku itu kurang baik. Menurut suamiku tidak tepat karena berkaitan denan jenis kelamin. "Jika laki-laki Broe itu pas, tapi jika wanita ya salah" begitu komentar suamiku. Mungkin kalau hanya suamiku yang komentar aku ...lanjuuttt....maklum sama orang dekat itu biasanya nekat. Nah, kali ini temanku yang bilang, supaya muridnya tidak meniru aku. Wah rasanya harus klarifikasi publik ini....supaya mereka tahu maksudku. 

Tanggapan publik "jangan diubah ustdh, enak broe aja" "Siapa seh yang protes kayak gitu, gitu aja gak boleh".  Ada yang hanya melihat sambil memikirkan sesuatu. 'Yaa itulah kita harus menerima masukan orang nak. Orang lain itu ibarat kaca buat kita, memberikan gambaran yang jujur, harus menerima dengan lega hati lapang dada dan fleksibel terhadap masukan orang lain". Begitu terlihat wajah masih mencucu. Akhirnya aku keluarkan senjata terakhirku "Ustdh takut juga seh jika tidak nurut sama suami, takut diingatkan Alloh dengan cara yang lebih keras". Mengajari mereka untuk patuh pada suami. 

Itu semua adalah awalan untuk aku mengajak semua saling memaafkan. Rasanya lega di hati. Ternyata di sini aku tidak hanya bicara untuk muridku, namun lebih banyak bicara untuk diriku sendiri. Tidak hanya memberi contoh namun kulakukan untuk diri sendiri. Alloh tidak suka jika manusia hanya bicara, menyuruh orang lain namun tidak melakukan. Sesi diakhiri dengan saling bersalaman. 

Ya Alloh berilah kami semangat untuk selalu dalam kebaikan.

Bimbinglah setiap kata dan perbuatan kami.

Berilah kami ampunan atas segala dosa yang sengaja maupun tak sengaja karena nafsu kami

Jadikan kami husnul khotimah akhir hayat kami......aamiin....lop u all


Tidak ada komentar:

Posting Komentar