Tadhiyyah/Pengorbanan dalam Dakwah
oleh Usth Ana Mukminah 24/11/23
Rosululloh memikirkan umatnya walaupun sampai sakarotul maut
masih memikirkan umatnya. Rosululloh memilih mati saat malaikat maut datang
menjemput, merasa cukup dengan dunia ini. Berbeda dengan kita yang ingin hidup terus,
dan takut mati. n
Hidup ini seperti musyafir. Setiap waktu ada amalannya, ada
kebaikannya jangan ditunda-tunda. Jika sakit ingin melakukan banyak hal maka
saat sehat lakukan hal sebaik-baiknya. Kebutuhan kita sedikit, perut sedikit
saja kenyang yang menyebabkan kita beli hal tidak terlalu penting itu karena
syahwat kita. Jika kita akan pergi sebagai musyafir tidak akan bisa membawa
barang banyak, seperti halnya di dunia ini makan juga seperlunya, membeli
kebutuhan juga jangan terlalu banyak, pikirkan kemanfaatannya.
Ummu Sulaim : suaminya belum islam memilih Islam dan
meninggalkan suaminya
Nusaibah : anak dan suaminya meninggal jihad menangis karena
sudah tidak ada yang bisa dikorbankan lagi demi islam.
Kita bisa dengan keilmuan, waktu yang kita miliki. Kita
sebagai guru tidak boleh itung itungan. Jam berapa datang dan pulang, namun
merencanakan murid kita sebagai orang yang bertangung jawab. Membentuk
kepribadian yang bertangungjawab, memiliki kesetiaan terhadap dakwah ini.
Jangan hanya sibuk HP namun dengarkan anak-anak kita yang ingin curhat. Para ulama
memotong waktu tidurnya untuk bersama umat. Sambil meminta waktu pada Alloh
untuk bisa melayani anak. Sebagai istri juga harus melayani suami. Tidak boleh
mengabaikan suami karena sudah capek. Jika suami sudah capek maka menysishkan
waktu dengan mendoakan. Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan.
Sebagai hamba Alloh maka mengorbankan waktu tidur untuk
solat tahajud. Hal ini supaya kita sukses menjadi hamba Alloh. Waktu adalah
kehidupan, sewaktu-waktu akan berhenti dengan kematian.
Firman Alloh : Jika kamu kikir, maka kamu kikir terhadap dirimu sendiri. Siapa yang meminjamkan pada Alloh maka Alloh akan membalas dengan yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar