Jumat, 09 Juni 2023

Setia Furqon Kholid dan Setia Ningsih

Setia Furqon Kholid dan Setia Ningsih

(perjalanan Bis Batu Surabaya, 4 Juni 2023)

Wanita kelahiran Agustus 1999. Aku bertemu di bis Malang Surabaya yang lewat tol Pandaan sehingga sampai Surabaya lebih lama, sekitar 2 jam. Saat ada seorang wanita yang mencari tempat duduk, aku persilahkan saja duduk di sampingku. Alhamdulillah dia sangat sopan dan berkata "trimakasih bu". Artinya perbuatan kecil kita sudah bisa membahagiakan orang lain. 

Mulailah dia bertanya tentang tarip bis yang ternyata lebih murah dibandingkan naik elf yang sebelumnya ditumpanginya 25 ribu, sedangkan bis hanya 14 ribu. Dia bercerita kalau sebelum naik bis dia dipaksa oleh makelar penumpang elf dan ketika makelarnya mencari penumpang lain dia langsung kabur dan menemukan bis.

Mulailah kami berbincang. Dia sangat terbuka menceritakan keluarganya. Dia mempunyai ayah yang sudah menikah 3 kali. Pertama adalah ibunya yang tidak mudah menerima dengan penghasilan ayahnya akhirnya ibunya menjadi TKI. Saat itu dia berusia TK. Yang paling dia ingat adalah peristiwa perpisahan dengan ibunya. Dia memakai celana dalam dan kaos kutang ketika ibunya pergi, dia menggelandoti ibunya sambil nangis  "ibu aku ikut" namun ibunya memberi uang saku 5000 dan bilang nanti akan pulang. Hanya itu kenangan terakhir tentang ibunya. Ada seorang tentara yang mengantar ibunya yang menjanjikan akan mengantar menemui ibunya. Hingga dia kelas 6 barulah dia mengabari ibunya kalau ayahnya sudah menikah. Ayahnya menikah karena diminta oleh ibunya. Namun sang ibu tidak kunjung datang dan akhirnya hanya menerima kabar ibunya sudah tiada. Hanya baju dan HP jadul yang dikirimkan. Ibunya di Malaysia juga menikah lagi dan sempat mengirimkan foto ke Setianingsing. 

Setianingsih anak yang baik, walaupun sudah ditinggal namun hingga kini masih selalu merindukan ibunya "saya masih selalu ingin ketemu ibu dan memeluk serta merawatnya bu" . Aku hanya bisa menyarankan "kasih sayang dalam doa saja mbk...yakin alloh akan menyampaikan sayangnya mbk setianingsih pada ibu dan menjadi pahala buat ibu njenengan" 

Salut saya pada Setianingsih bilang "saya masih selalu ingin ketemu ibu saya bu", "iya mbak, bagaimanapun ibu sudah pergi tetap berjasa pada sampeyan, ibu pergi kan juga untuk menghidupi keluarga, banyak jasa orang tua pada kita walaupun tidak bersama secara fisik"

Bapaknya Setianingsih menikah yang kedua kali, namun juga kurang beruntung karena masih juga masak sendiri dan cuci baju sendiri, "saya kasihan sama bapak bu, akhirnya dicerailah ibu itu". Menikah yang ketiga, "ibu yang ini malah perhitungan bu, setelah bapak sakit punya satu sepeda motor saja minta dijual dan ibu itu minta separoh dari penjualannya" begitu Setianingsih bercerita.

Mulailah Setianingsih bercerita pada saya tentang kehidupan rumah tangganya. Suaminya perokok berat, hingga 4 pack setiap hari. "Mas, rokoknya jangan banyak-banyak" begitu Setianingsih menasehati, namun masih juga tidak didengar. Ahkirnya meninggal karena terkena penyakit di paru-parunya. 

Saat suaminya meninggal Setianingsih sudah bercerai. Perceraian itu disebabkan oleh karena campur tangan mertuanya dalam kehidupan rumah tangganya. Uang belanja sehari hanya dikasih 20 ribu, atau hanya dibelikan bensin. Saat anaknya meminta jajan hanya bisa bilang "ibu tidak punya uang nak". Mertuanya mengatur keuangan suaminya. Saking tidak punya uang dan Setianingsih juga membantu perdagangan di keluarga suaminya maka dia mengambil uang dari toko dan dia simpan hingga 20 juta di bank atas nama Setianingsih dengan harapan bisa buat hidup bersama anaknya. Saat perceraian uang tersebut sudah diakui pada mertuanya. Namun mertuanya tetap menuduhnya sehingga sampai mantan suaminya meninggal yang datang hanya kakaknya Setianingsih. Ditambah lagi bahwa Setianingsih dituduh mertuanyantelah menyantet mantan suaminya. "Lha ngapain saya santet ayah anak saya bu, kalau mau ya saya santet saja ibu mertua saya sekalian" 

Kini anaknya Setianingsih di asuh oleh mertuanya, "biarkan anakmu di sini, karena anakku sudah tiada" begitu ibu mertunya meminta sambil menangis. Karena Setianingsih kasihan maka anaknya disilahkan neneknya mengasuh. 

Kini Setianingsih baru 2 bulan hidup bersama suaminya yang baru. Perkenalan tanggal 21. Setianingsih mengatakan bahwa dia punya utang 500 ribu, maka tanggal 24 suaminya datang ke rumahnya untuk memberikan uang tersebut guna melunasi hutangnya. Kaget Setianingsih melihat keseriusan laki-laki itu. "Mas aku trauma punya suami pelit", katanya. "Aku hanya ingin istriku tidak boros uang hanya untuk perawatan dirinya, makan ya sewajarnya saja" begitu calon suaminya meminta. "Tidak, aku hanya beli bedak biasa aja kok, lebih baik disimpan berupa emas, kalau sewaktu-waktu butuh bisa dijual" begitu jawab Setianingsih. Saat dengan almarhum suaminya dia selalu bertengkar hanya untuk membeli lipstik yang tidak mahal. 

Ternyata Setianingsih dulu pernah berjilbab, bahkan jilbabnya yang besar dan syai'i, namun karena malu digojlokin tetanggnya "kamu kalau pakai jilbab kayak orang sudah tua" akhirnya dilepaslah, dan dia masih ingin memakai jilbab suatu saat nanti.

Masyaalloh kehidupan rumah tangga di atas adalah gambaran yang cocok dengan yang dibicarakan oleh Seti Furqon Kholid yang live IG pagi sebelum saya bertemu Setianingsih " selagi istri atau suamimu bukan bidadari maka kamu akan tetap menemui permasalahan" . Setia Furqon Kholid adalah trainer Jodoh islami. Dia menikah dengan istrinya diawali dengan berdoa "semoga mendapat istri yang tidak kenal diriku, sehingga bisa menerima apa adanya diriku"

Sungguh sebuah statemen yang kemudian Alloh mempertemukan saya dengan sebuah kisah nyata Setianingsih sekeluarga. 

                                                                        

13 Juni di Santera de Lafonte

Tidak ada komentar:

Posting Komentar