Bergerak itu Sunnatulloh
Rumah ini mungkin terMELAS di sepanjang jalan ini. Bapak yudi anaknya 4, yang pertama laki-laki sudah lulus SMK dan sudah bekerja di suatu pabrik yang sering pulangnya diatas jam 21. Bapakknya yang menunggu untuk membukakan pintu, begitu bapak ini bercerita setiap kali saya mengantar makanan saat itu saya sudah selesai mengajar di asrama.
Anak keduanya, putri yang kini kelas 4 di SMK. Anak ke 3 nya laki-laki usia SMP. Anak ke 4 nya laki-laki usia SD. Istrinya tinggi dan lumayan cantik. Bapak Yudi bercerita kalau istrinya pernah gila karena di buat gila oleh orang laki-laki yang menyenangi istrinya.
Bapak Yudi setiap saya kasih nasi dipanasi dengan menggunakan tungku kayu. Bahkan sayur dia menunjukkan pada saya kalau sayur yang saya antarkan tadi malam juga telah dipanasinya. Jika nasi yang saya beri berlebihan maka paginya dijemur. Bahkan pernah suatu malam aku berniat memberikan paketa nasi, lau, sayur dan sambal dalam 1 bungkus plastik ke anak pondok al Hidayah, namun karena aku terlalu malam maka santri sudah tidur dan akhirnya aku kasihkan ke Pak Yudi. Beliau bercerita kala nasi itu dicuci biar hilang dari sambal "Anak kulo mboten purun bu lek campur kaleh sambel, niki kulo pususi lajeng kulo pepe bu".
Bapak Yudi suatu ketika menirukan pertanyaan anaknya "Pak ini makanan apa? kok ora podo ambek makanane koncoku pak?" "Iki karak nak,
Bapak Yudi bercerita kalau semua pekerjaan rumah tangga dia yang mengerjakan. Mencuci pakaian juga dilakukan, entah istrinya bagian apa dalam rumah tersebut. Setelah itu sekitar jam 6 pagi saat saya lewat rumahnya dia sudah menyapu di jalan seberang rumahnya, kadang menyirami tanaman, membenarkan pager milik kantor pengairan yang posisinya di seberang rumahnya.
Kadang juga membuat gembor yang dipajang di depan rumahnya, berharap ada yang membelinya. Kadang juga lagi menyisiri rambut istrinya di depan pintu rumahnya.
Menguruk jalan depan rumahnya dengan tanah liat bermaksud supaya rata dan enak dilihat, namun tak tahunya malah membuat siapa saja yang parkir di depan rumahnya jadi terperangkap dalam lumput yang lengket...dan bahkan membuat orang dan ban motor terpeleset. Ya...itulah maksudnya membuat rumahnya dan lingkungannya lebih rapi.
Kalau malam hari Dia bercerita kalau belum tidur karena menunggu anak pertamanya datang. Kadang bercerita kalau lagi menggaruk punggung anak terakhirnya yang hanya bisa tidur jika digaruk dengan sisir oleh bapak Yudi.
Bapak Yudi bercerita kalau rumah yang ditempati sekarang merupakan rumah peninggalan orang tuanya. Tiga saudaranya yang lain sudah punya rumah, namun masih juga ingin meminta bagian, padahal bapak Yudi yang merawat ortunya hingga meninggal dunia. Saudara yang lainnya tidak mau tahu.
Itulah kalau soal harta warisan selalu aja menjadi perebutan dan tidak mempedulikan itu saudara.
Dia selalu bersyukur, kalau di kasih ucapan yang pertama adalah "Alhamdulillah" setelah itu bilang terimakasih.
Dia menceritakan tentang nasi yang kelebihan akan di angetin hingga 2 jam sehingga awet. Nasi juga akan di keringkan sehingga jika tidak ada beras maka akan dimasak dan di campur dengan kelapa parut.
Dia menceritakan kisah sayur dan menunjukkan kalau sayur juga dipanasih dan dimakan setelah pagi harinya.
Dia menceritakan kalau aku tidak mengantar nasi maka dia akan berhutang untuk membeli 1 kilo beras yang harganya 12 ribu. Pernah istrinya sangat menyesal karena sudah terlanjur hutang beras 3 kilo, aku mengantar nasi, maka suaminya menasehati "yo wes gak opo jenenge rezeki kita tidak bisa menyangka"
QS 4 : 125
Mengharap Keridhoan Allah SWT
Banyak cara untuk meraih ridha Allah Ta'ala, salah satunya dengan menepis keinginan dan nafsu. Terkadang Allah meridhai seseorang bukan karena ritual ibadahnya, tetapi karena pengorbanannya untuk orang lain.
"Sebuah ketaatan harganya menjadi melambung di sisi Allah ketika ketaatan itu berbanding lurus dengan pengorbanan keinginan diri dan perasaan jiwa.
Pada ayat QS 4 : 125 tidak ada seorangpun yang lebih baik agamanya dari orang yang melakukan ketaatan dan ketundukkan kepada Allah, lalu mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif.
Mengerjakan kebaikan adalah manifestasi daripada berserah diri kepada Allah, makin sempurna penyerahan diri makin baik dan sempurna pula amal yang dikerjakannya. Jika kita pahami ayat QS 4 : 125 adalah amal yang kita lakukan akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun yaitu :
1. Amal harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni hanya mengharap keridhoan Allah SWT
2. Amal perbuatan yang kita lakukan harus sesuai sunnah Nabi SAW.
Sebagaimana dalam QS 31 : 22 menyerahkan diri kepada Allah dengan niat ikhlas dan berbuat kebaikan serta berpegang teguh kepada tali buhul agama Allah.
Amal yang dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima Allah begitu pula sebaliknya. Amal perbuatan baru bisa diterima Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan dengan benar.
Yang dimaksud ‘ikhlas’ dalam QS 18 : 110 adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata karena Allah, dan yang dimaksud ‘benar’ adalah amal perbuatan itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.”
Jadi, niat yang ikhlas saja belum menjamin amal kita diterima oleh Allah, jika dilakukan tidak sesuai dengan apa yang digariskan syariat. Begitu juga dengan perbuatan mulia, tidak diterima jika dilakukan dengan tujuan tidak mencari keridhaan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar