Selasa, 05 April 2022

PTM hibrid

 PTM Hibrid

Semua mata tertuju padaku....hehehe ada rasa grogi karena aku harus tampil sempurna baik secara fisik maupun keilmuan. Saat di Zoom aku merasa begitu sepi, seperti aku seorang bakul jamu yang ngoceh sendiri. kadang memanggil anak tidak ada respon. Memang awal masa pandemi agak kikuk juga karena gaya mengajarku jadi diketahui oleh seluruh anak dan suamiku. Lama kelamaan hal itu menjadi bias dan tidak kikuk..."yaa beginilah umi kalau di sekolah". Bahkan pernah suatu ketika aku mengomentari muridku "nak kamu canti dan terlihat seperti anak SMA". Komentar itu diprotes suamiku "andai aku muridmu aku akan tersinggung, kan artinya aku lebih tua dari usiaku yang masih SMP". Lha begitulah kita sebagai guru harus hati-hati dalam berucap, bisa jadi tidak hanya murid kita yang mendengarkan apa yang kita katakan, namun juga seluruh keluarga murid kita. Perlu diingat pula, kata-kata menunjukkan kepribadian kita. 

Januari 2022 PTM sudah lebih sering, masing-masing anak 2 atau 3x dalam seminggu. Saat pembelajaran PTM semua muridku perhatiannya tertuju padaku, ada rasa senang mereka perhatian dan konsentrasi pada pelajaranku. Saat menuju masjid bertemu dengan alumni murid kelasku, mereka menyapaku dengan penuh kerinduan dan ingin kukenali karena mereka dalam masker. Senangnya mereka kalau aku bisa menebak wajah mereka seperti senangnya aku saat disapa oleh mereka. Dayu dan Tazkia yang hanya 3 kali berjumpa denganku tiba-tiba sudah alumni. Mereka menyapaku...senangnya hatiku.

Disapa juga sama Bea, dan sempat bercerita tentang keluarganya. Masyaallooh jadi teringat semua cerita tentang kalian anak-anakku. Alya, Hana dkk yang sudah kelas 12 setiap hari menyapaku, membuatku merasa dikangeni dan itu hal yang membuatku makin senang menjadi guru. Ada seh dalam benakku "apa ya yang mereka ingat tentang aku?". Sebuah pertanyaan yang timbul juga saat anak kembarku sering menceritakan tentang ustd nya, sampa-sampai bajunyapun minta yang seperti punya ustadnya. Sebagai hadiah ultah dan juga hadiah telah lulus hafalan sampai jus 4 dan 5, aku belikanlah walau aku sendiri juga belum pernah membeli baju semahal itu. 

Pembelajaran terlihat hening dan konsentrasi, pikiran positif saya seh...semua mata memandang tajam guru. Sampai-sampai saya merasa Gede Roso, mereka memperhatikan saya dan saya harus bisa menjelaskan dengan baik. Saya sampai gede roso, mereka memperhatikan saya maka saya harus tampil dengan baik dalam segala hal. Walaupun pernah juga aku temui siswi yang membaca komik. Saat dulu mungkin memakai leptop cenderung digunakan untuk game, namun saat ini mereka lebih ingin bersosialisasi dengan temannya. 

Keramaian di masjid juga menjadi reda, suatu suasana yang kami rindukan, semua solat tanpa ada suara berisik oleh beberapa siswa yang terlambat. Semua murid melakukan dzikir dengan khusyuk walaupun belum bersuara. Memang sejak PTm kelas belum seramai sebelum covid, namun hal itu membuat suasana pembelajaran juga main terkondisikan. Saya berharap kondisi benar-benar konsentrasi dan bukan melakukan hal yang lain. Selesai berzikir semua anak melaksanakan solat sunnah. Saat dulu harus menyentuh mereka untuk mengajak solat sunnah, kini dengan spiker dari lantai 1 oleh ustd semua melakukan solat sunnah. Masyaalloh semoga ini berkah covid menjadi makin bertaqwa.



Mereka yang dulu bisa bergumul dengan ramai, kini saat belajar bersama mereka tetap ada jarak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar