Kembar Ujian Sulemaniyah
Ujian Sulaimaniyah
Keduanya mirip ceritaku, tertunda masuk Al Hikmah kemudian memanfaatkan waktu mengabdi di Muhammadiyah 3 tahun kemudian diterima di al Hikmah. Tahun kemarin 2020 tertunda di Sulaimaniyah karena tidak membukan pondok di Jawa Timur. Anaknya bu Luluk diterima di Jawa Tengah. Saat itu aku hanya memilih Jatim. Makanya tahun ini aku berpasrah pada Alloh dengan memilih Jatim, Yogya dan Jateng. Bismillah, di manapun akan kami terima taqdir tempat ini.
Alhamdulillah kami putuskan untuk belajar dulu di pondok Al Furqon Muhammadiyah Bumiaji Batu. Saat mengikuti ujian dengan agak sungkan aku nekat ijin ustdhnya dan terus memotivasi keduanya untuk melakukan ujian dengan yang terbaik. Mereka sempat diolok temannya "kamu sekolah di sini hanya nunut". Sempat ciut nyali mereka, namun kami memotivasi "Al furqon baik, Sulaimaniyah internasional, banyak yang antri untuk ikut ujian dan banyak yang berharap namun belum diterima, makanya kamu harus serius dalam ujian, akan bangga jika kamu diterima"
Alhamdulillah saat itu mendapat ijin dari ustd Edi untuk menjalani tes di masjid bording Al Hikmah yang nyaman dan kuat sinyalnya. Aku bisa menyimak saat mereka di tes. Mulai dari meneruskan potongan ayat yang dibacakan oleh pengujinya di juz 30...Alhamdulillah lancar dan diteruskan dengan membaca Al Quran secara acak juz yang ditunjuk oleh penguji. Terakhir dengan mengisi tes IQ.
Pengumuman saya tidak melihat namanya...aku sedih...aku hanya berdoa "Ya Allah mudahkanlah....lamunto iyo mosok ora...lamonto ora mosok iyo laailaaha illallooh muhammadurrosuulullooh". Aku sangat berharap, namun juga pasrah atas keputusanMu karena saat melihat kembar tes wawancara kurang meyakinkan kemampuannya dan kemauannya...Ya Alloh aku masih nangis saat menulis doaku ini....Aku sambil berdoa "kalau memang tidak diterima di sulaimaniyah, bantu aku membiayai pendidikan anak2 lo ya Alloh" begitu aku merayu Alloh. Sementara di grup sudah ramai mananyakan alamat pondok, ustd Agus dan ustd Edy sudah berangkat mengantarkan anaknya untuk tes tahap 2.
Jam 11 aku dikagetkan dengan telpon tak dikenal nomornya, ternyata itu adalah telponnya Abi dari Prigen dan Lumajang yang mengabarkan bahwa kembar diterima dan ditanya "siap ujian hari ini bu". Spontan aku menjawab dengan semangat "Siap Abi". Aku sujud syukur dan jawab dan langsung ijin ke Al Furqon untuk menjemput. Ternyata kami mendaftar 2 kali dan yang digunakan adalah pendaftaran pertama dengan menggunakan email caksaiful lha aku melihatnya pakai emailku...jelas tidak nyambung.
Setelah ketemu kembar, aku nasehati untuk serius dalam melaksanakan ujian. Saat penjemputan mereka berdua tidak berkata sepatahpun tentang hal yang terjadi selama tes. Beda dengan saat tes tahun lalu, mereka sangat senang suasananya, penyambutan oleh abi dan seniornya yang mengistimewakan para tamu yuniornya. Bahkan mereka kecewa saat tidak ada penerimaan "kalau gak buka ya gak usah ada tes, tiwas berharap diterima" begitu komentar mereka berdua. Mereka bicara saat aku menceritakan seorang temannya yang aku berkenalan dengan ibunya, "arek iku sek bocil, gak serius". Aku hanya mbatin "hehe karena kamu sudah kelas 7 dan mereka masih kls 6 SD" sehingga semua dianggap adek kelasnya. Mereka akhirnya mau cerita kalau dari 10 tugas solawat diatas dia bisa menyetorkan 9 dan untuk hafalan Al Furqon bisa mencapai 1,5 halaman....alhamdulillah umi bantu doa yang terbaik dek.
Dibalik diamnya, sebenarnya mereka malas untuk kembali ke pondok, karena harus menghafal lagi dan lagi. Saat itulah aku berpikir "salahkah aku memaksa mereka untuk menghafal?". Namun aku kuatkan diriku dari ceramahnya para ustad " mempelajari yang terbaik adalah mempelajari quran". Nak, maafkan umi abi ya kalau memaksamu, mungkin kamu sekarang merasa terpaksa, mungkin kamu juga berpikir kami menghalangi cita-citamu untuk menjadi ini dan itu, namun percayalah diakhirot nanti kamu tidak akan menyesal nak....lop u anak2ku semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar