Selasa, 05 April 2022

Kembaranku

 

Kembaranku

Dia tahu kalau aku senang datang dari sekolah kondisi rumah bersih.

Sering kali kalau dia di rumah, membersihkan rumah. Menyapu yang lebih bersih dari aku menyapu lantai, mengepel dengan berkolaborasi. Dia yang mengepel dan aku yang mencuci alat pelnya. Dia  membersihkan meja makan dari bungkus makanan dan kemudian menata botol ditepi meja berjajar rapi terakhir di lap sehingga terlihat bersih. 

Dia sering mengerti perasaanku dan maunya aku. Suatu ketika aku menyapu ruang tengah dan dia menyapu kamar serta ruang tamu. Karena dia menjatuhkan hasil menyapu dari kamar ke ruang


tengah maka dia ijin padaku "umi gak marahkan kalau aku sapu lagi karena aku jatuhkan sampah dari kamar ke ruang tengah". Dengan enteng aku bilang "enggak seeeh karena kalau kamu yang nyapu lebih bersih dari umi". Ya udah dek, umi bagian membersihkan pel-pelannya dan kamu bagian mengepel. Akhirnya kami berdua besinergi membersihkan rumah. Tanpa disuruh juga dia membersihkan lantai kamar mandi, kadang juga menyikat timba air. 

 Saat mamasak, dia juga dengan senang hati menolong aku mengaduk adonan mi telor, makaroni telor dan lanjut dengan menggorengnya. Saat berbuka puasa, dia mempersiapkan minuman es yang pas dengan jumlah yang berbuka di rumah. 

Saat belanja di Hypermart atau Superindo, dia bisa ikut antri minyak berkali-kali bolak balik kayak aku. Pernah suatu ketika salah harga di kasir karena dia tidak mengerti harga awalnya dan di kasir ternyata tidak mendapatkan diskon, dia terlihat sangat menyesal karena mendapatkan harga lebih mahal dari yang aku mau.

Saat belanja dia tidak pernah meminta yang dia mau. Kalaupun dia sangat kepingin, dia selalu minta ijin aku sampai aku tidak merasa keberatan untuk membelikannya. Bahkan dia bilang "ojok wes kasihan uang e umi ntar habis". Malah dia yang berkata "aku bantu umi beli mobil dengan uang sangu lebaranku ya Mik"

Pelajaran yang tidak dia suka adalah matematika. Salah satu sebabnya karena PR nya banyak dan gurunya kurang membuat dia nyaman sehingga makin malaslah dia belajar, namun alhamdulillah masih mau jika aku mengajarinya dan dia mau mengerjakan awal kemudian aku tinggal meneliti hasilnya. 

Dia paling sering menyapa kami yang dirumah jika habis main dari luar rumah "Umin, Abin". Dia juga yang paling sering aku aja ketawa, aku godain dengan gelitikan. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar