Selasa, 26 November 2024

Umroh I

 

Tinggalkan Urusan Dunia

           Kalimat itu aku dengar saat manasik umroh, aku sempat mengelak dengan kalimat itu”bukannya kalo pergi pasti tinggalkan urusan dunia? Dan aku telah siap melakukannya”. Namun kalimat itu sungguh sulit untuk diterapkan saat hari senin tanggal 28 Pebruari itu. Padahal aku telah menyiapkan tugas sejak seminggu sebelumnya, menyusun jadwal untuk guru penggantinya sehingga kelas tidak terbengkalai. Aku sudah delegasikan pembimbingan prokarimah pada U Villya hingga kedatanganku siswa sudah siap ujian.  Study ekskursi sudah hunting tempat sejak bulan November 2012 namun hingga saat itu masih dapat 2 tempat yaitu SIER dan Coca Cola yang sempat menjadi perdebatan, sementara tempat lainnya masih dalam konfirmasi. Namun aku berharap saat pulang umroh aku mendapatkan kemudahan sehingga semua berjalan lancar.

Di rumah urusan baju 3 balitaku dan Sari, Riza, suami serta mertua sudah aku siapkan selama aku tinggalkan sehingga Abi tidak usah menyiapkan selama aku pergi. Makan Hima sudah aku serahkan ke Umi Alfi dan uang juga sudah kuserahkan sehingga Hima bisa makan tanpa keselek karena katringnya masih hutang. Makan di rumah juga sudah aku pesenkan dan Sari kutinggali uang biar kalo ada kebutuhan mendadak bisa mengambil dan jangan lupa menuliskan pengeluaran yang telah dilakukan. Setrika di rumah, Mbak mah sudah aku hubungi untuk hari minggu sehingga saat Senin, seragam untuk Sari dan Riza beres dan keduanya bias membantu pekerjaan Abinya dalam mengurus 3 balita. Tugas Sari sudah aku training harus mencuci piring makan malam, mempersiapkan nasi, dan lauk untuk Mail dan Hasna, memasukkan pakaian kotor dalam mesin cuci, menjemur dan mengambili cucian untuk hari Kamis dan Minggu karena kami mencuci tiap 3 hari sekali.

Abi bertugas menghidupkan mesin cuci saat sholat malam sehingga sebelum berangkat sekolah bias dijemur oleh Sari. Saat kepulanganku di bandara Juanda sari mengeluh “Waduh Mik berat tugasku, ayo kasih aku uang 180 ribu ya Mik.” Ya aku biarkan saja dia mengambil haknya karena sebulan sebelum aku umroh aku sudah dapat kesanggupan dari bu Soleh, tapi seminggu sebelum keberangkatan dia membatalkan karena juragannya minta dia masuk pagi, ya kuterima aja mau apalagi dan berusah mencari gak ada yang mau “Sungkan kulo mbak kalian ibu mertua njenengan, misale njenengan wonten kulo purun” Itulah kata yang setiap kali kuterima saat mencari pembantu, jadi akhirnya aku bertekad dan selalu minta pertolongan Allah semoga aku kuat dan bisa mengerjakan tugasku di rumah. Aku hanya berharap suatu ketika aku sudah di rumahku sendiri aku punya pembantu sehingga aku bisa memperhatikan anak dan suamiku lebih dari sekarang, bisa santai di pagi hari, bisa mbangkong di hari minggu wes poko e uenak deh.

Persiapan barang bawaanku aja baru aku packing Senin malam,aku sangat santai kalau pergi dan sederhana sehingga tidak perlu membawa banyak barang. 

Saat itu aku berfikir bahwa aku tidak akan kembali lagi sehingga semua urusan harus beres dan aku tidak perlu meninggalkan masalah yang orang lain tidak bisa menyelesaikannya atau kerepotan karena tanggung jawabku yang belum tuntas. Saat perjalanan ke bandara aku juga melepas cincin yang biasa aku pakai karena aku juga siap tidak kembali dengan begitu semua perhiasan aku lepas barangkali kalau aku mati perhiasan itu bias buat amal dan peninggalanku. Namun di balik kesiapanku mati aku juga berharap dapat kembali ke Indonesia lagi karena banyak orang yang umroh dan selamat. Aku jadi berfikir mungkin orang kalau mau mati seperti ini ya rasanya dan seakan waktu itu sempit sekali untuk sampai keberangkatan besok pagi jam 04.00. Subhanalloh semoga Kau tetap memberiku waktu untuk mempersiapkan kematianku… aamiin (ruju’ ikhtiyari = disuruh kembali kepada Allah dengan cara tidak terpaksa, sukarela contoh dengan ibadah haji)  Ruju’ idhthirari = setuju atau tidak setuju kita semua akan kembali menghadap yang Maha  hidup yaitu proses kematian(Menurut Ibn Arabi dalam Al Futuhat Al Makkiyyah)

Cita-citaku naik pesawat

              Aku berita-cita naik pesawat itu sejak aku masih kecil dan bisa bilang “Mak, iku kapal terbange aku pengin numpak.....kapal mebur...aku melok”. Alhamdulillah naik pesawat pertamaku karena umroh. Aku duduk berdampingan dengan emakku dan aku solawat terus saat pesawat take off....Ya Alloh selamatkan kami, ini bukan dunia kami, ini dunia para burung". Seperti di atas awan. Benar memang langit itu berlapis-lapis dan kini aku berada di atas awan. Saat menembus awan yang agak tebal dan putih seperti ada goncangan dan suaranya grodok-grodok. 

Alhamdulillah saat tulisan ini saya revisi   saya sudah pernah naik pesawat beberapa kali : umroh ke 2 20 Januari 2020 saat itu bapak sedo. Ke turky 14 Mei 2014, ke Singapura dan malaysia 16 Oktober 2023, ke malaysia lagi 19 November 2024. Naik pesawat masih merupakan hal yang asing bagiku dan masih membutuhkan waktu dan enegri pikiran untuk persiapan yang lebih banyak. Aku belum merasa nyaman naik pesawat, belum merasa homy seperti naik bis Arjosari Bungurasih yang sudah kutempuh 2,5 tahun.

Menjadi tour Leader

              Aku sebenarnya juga takut menjadi leader karena aku belum pernah pergi ke luar negri, apalagi sebagai pimpinan tentunya aku dianggap paling tahu padahal aku tidak tahu. Wujudnya paspor dan visa aja aku belum tahu apalagi harus mengurus tiket jama’ah.

              Tawaran menjadi leader itu datang 2 minggu sebelum keberangkatan. Aku sudah mengurus paspor sejak bulan April bersamaan dengan temanku yang mengurus paspor hendak ke Cina. Dalam pengurusan aku tidak merasakan kesulitan karena temanku mengurus atas bantuan orang dalam sehingga aku dating langsung tinggal foto dan menunggu jadinya paspor….Alhamdulillah lancar. Namun Emak mengalami kendala karena tidak punya akte menikah sehingga harus mengikutsertakan bapak untuk mengurus akte menikah dan akhirnya dengan sedikit keluar uang bisa didahulukan oleh pihak KUA. 

                    Awalnya takut, karena belum pernah ke luar negri, namun pihak travel ben Mabrur memotivasi "gampang-gampang mendampingi orang dewasa, kan pean sudah sering mendampingi anak, nanti di sana langsung dijemput oleh mutowif". Bismillah aku terus minta pertolongan alloh supaya lancar dan lolos dalam setiap kali pemeriksaan. Alhamdulillah sekali saja mengalami kendala di bandara Jeddah. Paspor salah satu jamaah sempat ditahan karena datanya tidak cocok, namun setelah aku ikuti terus dan bahasa inggris  yang sebisaku "they are a couple", aku menjelaskan bahwa bapak ini suami istri, maka paspor itu dikembalikan

Mengajak Emak tapi aku yang beruntung

Ya Allah kalau masih Kau beri aku umur panjang maka aku ingin selalu mendoakan ortuku yang telah merawatku dengan segala pengorbanan, kerepotanmenghadapi kerewelanku soal makanan, soal roti Fajar dan susu yang hanya ada di pusat kota sementara diriku menangis kelaparan di pagi buta, ditengah sawah saat melakukan pekerjaan tiba-tiba harus memperhatikan tangisanku karena ketakutan akan ulat yang merawat di dekatku, mewarisi aku dengan kesempatan mencari ilmu hingga aku bisa merasa dekat denganMu

Ya Allah sesungguhnya orangtuaku menyekolahkan aku dengan usaha yang sangat susah payah berdagang dan bertani siang malam dengan penuh semangat, hingga tak sempat untuk mencari ilmu untuk dirinya sendiri maka kalau ada ilmu yang bermanfaat dan Kau beri pahala atas diriku maka jangan lupakan, alirkan pula untuk kedua orang tuaku

Ya Allah kalau Kau masih beri aku kekayaan maka berilah keiklasan untuk membuatkan ortuku masjid baik di dunia dengan wakaf maupun di akhirat dengan sholat duha 8 rakaatku

Ya Allah kalau masih Kau beri aku kecukupan maka berilah aku rumah yang cukup untuk kami tinggal bersama orang tua kami, karena aku menyadari betapa beratnya aku menemani mertuaku pasti juga itu yang dirasakan adikku saat menemani ortuku.

Ya Allah kalau masih kau beri aku kesempatan maka berilah aku kesempatan untuk merawat orang tuaku, karena beliau dulu telah bersusah payah merawat dan mencukupi keperluanku, dan aku tahu kalau sudah tua menjadi seperti anak-anak lagi, dan itu berat buat kami maka berilah kami dan keluarga adik kami kesabaran dan keiklasan dalam merawat ortu kami.

Ya Allah kalau masih Kau beri aku waktu maka istiqomahkanlah aku dalam merasakan  bersyukur atas semua karuniaMu yang telah aku terima yang tak bisa aku menyebutnya.   

Bu Peni yang berduit

Narsisku

        Aku adalah sosok yang lugu dan sederhana, bahkan aku tergolong orang yang jarang beli baju. Saat di Hotel Fairuz Madinah aku melihat pembelian teman-teman sekamarku berupa oleh-oleh baju dan kerudung untuk tetangga dan kerabatnya di tanah air. Harganya cukup murah yaitu  real atau setara dengan 15 ribu rupiah. Warnanya cerah ada merah menyala, ungu, kuning ngejreng. Juga beli baju jubah yang harganya 25 real atau sekitar 75 ribu dengan hiasan manik-manik, borci maupun border ya kalo di Indonesia mungkin harganya 100 ribu. 

      Aku tidak beli  kerudung yang demikian, ibu Peni hanya ingin aku mencoba.  Ibu Peni yang beli maka aku mencoba barang itu dengan bergantian dan memakainya dengan berbagai gaya atas saran Bu Peni “ayo Bu asri pakai yang ini” lalu aku difoto dengan gaya luguku diatas tempat tidur hotel. “Ayo ganti yang ini lagi pasti puantes” maka aku ganti lagi jilbabnya “Wih kayak orang India” komnetar bu Muji akhirnya dapat banyak jepretan foto yang aku lihat memang leih cantik dari biasanya. Aku bicara dalam hati “Wah kok bias yo fotoku di sini kelihatan cuantik, jernih dan bersih…. Kamera ini luar biasa”. 

        Aku memang selama ini juga jarang pegang kamera dan semangat foto seperti kali ini. Aku semangat foto di hotel karena aku menganggap ini tempat yang kuidamkan, aku ingin suasana seperti ini adalah miliku di tanah air. “Sungguh nyamannya bila kamar ini menjadi miliku dan aku di sini bersama suamiku dan anakku semuanya memiliki yang serupa”. “Wah foto ini bakalan aku banggakan di depan suamiku “Mas ni lo fotoku cuantik yo, ternyata pean gak salah milih aku walau anak  tapi wajah masih umur 17 tahun heeee”

        Selain untuk narsis kamera itu aku bawa juga dalam rangka mendokumentasikan tempat-tempat yang kami kunjungi untuk dikirim ke BenMabrur sebagai dokumentasi perusahaan, seperti dokumentasi perjalanan lain yang telah dilakukan Ben mabrur dan akan dipamerkan ke jamaah berikutnya. Saat di madinah aku selalu menyebunyikan kamera itu di dalam tas umroh selalu berada dibawah buku doa sehingga askar penjaga pintu tidak melihat aku membawa kamera. Saat itu aku merasa bahwa di arab aman, tidak ada pengemis. Akhirnya aku di mekkah merasa aman dan kamera itu aku tempatkan di paling atas dari buku doa dan di sebelahnya adalah dompet hitamku yang besar dan pas ukurannya dengan tingginya tasku.

       Tapi malangnya kamera itu dicopet para pengemis yang berada di depan Masjidil harom. Ibu pengemis itu mendekat dan mepet ke emak dan aku yang sudah bergandengan tangan namun dia sengaja mepet pada kami berdua dan memasukkan tangannya  di dalam tasku. Sampai di masjid aku periksa dan ternyata hilang deh kameraku.

O Pak Yusman

        Aku ingat banget saat aku pingin mengumrohkan emak bapakku, aku tidak punya uang. Namun saat itu ikut pengajiannya ustd Yusuf Mansur di Graha indosat Kayun. Saat itu aku sambil membawa kembar yang masih bisa merangkak. "Jika anda ingin umroh maka umrohkan orang lain dulu, ayo kita urunan 10 orang mengumrohkan 1 guru ngaji" . Saat itu suamiku  yang gak punya duit mengajak aku untuk ikut urunan. Saat itu 1,750.000 per orang urunannya. 

         Peristiwa urunan itu sudah lupa. Aku hanya menangis minta Alloh memberiku kemampuan untuk mengumrohkan emak dan bapakku karena mengingat antrian panjang haji yang mungkin akan semakin lemah emak dan bapakku. Aku nangis tiap kali solat dhuha di pojokan masjid, di bawah tangga masjid smp Al Hikmah Surabaya. "Ya Alloh, aku beneran gak punya uang, tapi emak bapakku sudah semakin sepuh, tolong aku ya Alloh"

        Suatu ketika, suamiku ditawari temannya yang punya travel umroh. "Aku sudah haji namun Yang pingin umroh itu istriku, piye oleh ta bro?" itu pertanyaan suamiku pada temannya yang bos umroh. "wes gak popo, bojomu lak guru pastine wes sering ndampingi murid e, iki ndampingi orang dewasa pasti luweh gampang" begitu jawaban temannya suamiku. Maka dengan udah mengurus segala hal dan alhamdulillah aku mendapat diskon 50%, waktu itu sekitar 11 Juta.

        Hal yang paling membuatku bertanya hingga kini adalah bertemu Ustd Yusuf Mansur di depan gerbang nomor 1 King Abdul Aziz Mekkah. Saat itu aku selesai melaksanakan solat dhuha di pelataran kakbah. Aku keluar seorang diri karena semua jamaah yang aku bawa telah aku pulangkan ke hotel untuk istirahat, dan aku kembali sendirian ke kakbah untuk solat dhuha. Pas keluar aku melihat U Yusuf Mansur berjalan menuju kakbah bersama istrinya. Sponta aku cium tangan istrinya, spseacless....andai boleh memeluk non muhrim pasti Ustd Yusuf Mansur sudah aku peluk dan tak kulepaskan lagi...saking idolanya aku pada beliau. Aku meras beliau adalah wasilah aku bisa umroh. Sampai sekarang aku mikir, "itu ustd Yusman beberan atau jin yang menyerupai beliau?"

Cerita Perjalananku  yang Menginspirasi

Hilangnya Sandalku

    Kebahagian bukan diperoleh dari seberapa banyak harta yang dimiliki, melainkan berasal dari seberapa basar rasa syukur kita atas karunia Allah kepada kita. Kebahagiaan berasal dari seberapa dekat kita dengan Allah. Kebahagiaan diperoleh dari kemampuan merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita. Saat itu aku bahagia banget mendapatkan hadiah dari muridku yang namanya NIA berupa sandal bermerk "ECO". Ibunya Nia kerja di pabrik sepatu impor, hanya karyawannya saja yang boleh membeli dengan jumlah terbatas tiap tahunnya. Warnanya putih sol bawahnya hitam, nyaman banget dipakainya, enteng dan empuk. 

        Tak jauh waktunya aku juga mendapatkan tas warna putih dari kulit. Pas sepasang dan aku berdoa kedua barang itu akan aku pakai saat umroh. Aku gak tahu kapan itu umroh akan ku laksanakan karena sama sekali tidak terbayang biayanya. Sandal aku pakai hingga akan mendekati masa kerusakan, dan tas masih aku simpan. Ketika umroh terjadi Tas itu sudah bruduli dan klitnya lepas-lepas. Aku tak peduli karena memang itu nazarku maka tetap aku pakai sampa-sampai bajuku penuh dengan kulit tas yang lepas....heheh aku memang cuek dan tak peduli penampilan.

Doa yang kuingat

Hanya “ Ya Allah Aku, keluargaku, temanku dan saudaraku semuanya ingin dekat denganMu maka panggillah mereka semua ke sini, berilah mereka kemampuan untuk mengunjungi rumahMu. Dan itu benar temanku selalu menginginkan hal yang seperti telah Allah ijinkan aku ke sini apalagi bersama dengan orang tua pasti itu hal yang sangat mereka idamkan. Setiap kali mereka membicarakan cita-cita selalu “Aku lo pingin koyo U Asri”

Aku hanya sedikit ingat doa titipan temanku yang bersifat dunia misalnya, U Nita minta supaya tidak jadi guru tata boga, U kestik minta rumah, U Ira dan U Nina minta tesisnya lancer, U laili minta Zakwan yang lagi opname sehat, Tim kelas 9 Unasnya lancer ilmunya barokah, teman suamiku bisnisnya lancer dan semua hajatnya dikabulkan Alloh,  Saat aku bercerita di depan temanku di GHT beberapa diantara mereka terinspirasi dengan kata-kataku padahal aku menyampaikanya dengan cengengesan, lugu dan memang itu yang aku rasakan. Karena ingin membahagiakan Emakku yang sudah tua, semoga di usia senjannya aku masih punya waktu lagi mengajak belliau berdua kembali ke tanah suci dalam kondisi yang sehat. Betapa menyesalnya aku kalau sampai beliau pada habis umurnya saya belum bias membawa ke Baitulloh. Aku tahu akan terus menjadi kewajibanku untuk menghajikan beliau berdua selama aku masih mampu. Aku melihat orang dengan kaki yang segede kelapa aja masih didorong untuk melaksanakan Umroh apalagi kalau aku mampu maka aku mesti harus menghajikan beliau berdua.

Persiapan ilmu

Malaikat pemberi buku doa

Selesai solat dhuha aku berdiam memandang kakbah di pojokan jalan, memungkinkan banyak orang yang lewat sampingku. Dalam hatiku, andai aku bisa membaca maksurot maka akan lebih banyak berdoa yang diajarkan Rosululloh. Padahal memandang saja sudah pahala, namun karena aku "kemaruk" ingin banyak doa maka aku mikir buku doa. Masyaalloh tiba-tiba ada seorang india yang ngasih aku buku.  Setelah aku buka ternyata isinya bertuliskan arab dan india dan isinya mirip banget dengan bunyi al maksurot. Begitu dahsyatnya kakbah, mbatin saja langsung Alloh menggerakkan hati untuk mengabulkan keinginan kita. 


HITUNG SEBESAR APA SEMANGAT JUANGMU

Bukan karena hidup yang engkau anggap tak bersahabat dengan dirimu, sehingga engkau tak meraih banyak hal dalam perjuanganmu.

Bukan karena beban hidup yang engkau anggap terlalu berat dipundakmu , sehingga engkau selalu mengeluh kesulitan hidup tidak pernah berhenti menghantammu

Ada baiknya engkau menengok jujur kedalam dirimu .
Dan kemudian menyadari sebesar apa SEMANGAT HIDUPMU.

Engkau membutuhkan SEMANGAT itu untuk maju.
Karena dengannya engkau akan sanggup mengatasi segala tantangan hidupmu.
Dengannya pula engkau selalu punya dorongan untuk terus melangkah ke depan
Ia adalah TENAGA KEHIDUPAN yang memberimu daya dorong dan daya dobrak perubahan

Engkau selamanya memerlukan SEMANGAT untuk bisa mewujudkan cita cita besar hidupmu
Karena ia selalu membantumu untuk terus mendongakkan kepalamu pada langit harapan mulyamu.
Dan dengannya engkau tidak bisa dihentikan oleh rintangan rintangan kecil disepanjang jalan perjuanganmu
Ia adalah BARA KESADARAN didalam dadamu bahwa engkau harus memiliki kehormatan besar dalam hidupmu.

SEMANGATMU kadang tumbuh dari besarnya RASA TANGGUNGJAWABMU.
Tanggungjawab untuk memulyakan ayah ibumu.
Tangungjawab untuk memajukan saudara saudaramu.
Tanggungjawab untuk membantu menaikkan derajat orang orang tercintamu.

SEMANGATMU juga selalu bisa kau munculkan dari RASA SUKAMU pada pekerjaanmu
Sebab dengan begitu pekerjaanmu akan bisa punya dampak agung bagi masa depanmu
Karena engkau selalu memikirkan hasil terbaik dari darah, airmata, dan keringatmu yang menetes diatas jalan panjang pekerjaanmu dengan sukacita dihatimu.

Tetapi SEMANGAT mu tidak akan pernah bisa dibendung jika berhasil engkau gali dari dalam jiwamu.
Dan engkau keluarkan dengan dasar rasa TERIMAKASIH, CINTA dan KESETIAANMU pada TUHAN mu.
Semangat yang tumbuh dan muncul dengan cara seperti itu tidak mudah melemah oleh bergantinya tempat dan waktu.
Sebab yang terngiang ngiang memanggilmu adalah TERIMAKASIHMU, CINTAMU, dan KESETIAANMU pada PENCIPTAMU.
Dengan itu engkau akan takjub akan hasil hasil perjuangan hidupmu.
Karena SEMANGATMU ITU memberimu tenaga yang tak terkira dalam menghasilkan karya karya luarbiasmu.

Subhanalooh aku merasakan semangat itu begitu penting dalam kehidupan setiap makhluk, aku teringat saat kami biologi angkatan 93 UNIBRAW bersama-sama ingin lulus aku berjuang untuk menyelesaikan skripsiku. Aku kost di rumah pak kepala dusun Pak Slamet namanya. Aku tidur, makan di di rumah tersebut dengan mendapat perlakuan yang sangat hangat dianggap sebagai anak sendiri. Beliau mempunyai 3 orang anak, Yuli yang pertama seorang pemuda lulusan STM, anak keduanya putri yang saat itu sebagai siswa SMP kelas 2 dan Minah siswa SD. Ibu slamet beberapa tahun yang lalu barusan datang dari bekerja sebagai TKI di Arab Saudi.  Selama beberapa tahun beliau pergi menjadi TKI ketiga anaknya bersama ibunya dan suaminya. Pagi-pagi aku bangun mbantu nyapu rumah dan halaman, habis itu mandi dan sarapan pagi terus ke Balittas mengurusi uler-uler yang akan aku bawa ke LIPI Jakarta. Pulang siang makan siang dan sholat dhuhur habis itu pergi lagi ke Balittas bercengkerama bersama uler-uler lagi. Pulang jam 5 sore duduk-duduk dan belajar kemudian tidur itu terus yang kulakukan selama 2 bulan. Sekali waktu aku ke kampus untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbingku Pak Bagyo. Beliau setanah air denganku yaitu Blitar daerah Sanan Wetan. Bapak beliau adalah kepala sekolahku di SMP 3 bapak Isman.

Juga mengurusi kegiatan di masjid Raden Patah sebagai ketua Mentoring putri.  Mencari buku literature, mengaji halaqoh. Sampai hari sabtu aku persiapan pulang ke Blitar. Aku paling ingat kalau tidak sempat pulang ke kost maka aku beli pangsit di depan balitas kemudian aku minum kratingdaeng. Aktifitasku yang seperti itu ternyata membuatku capek dan akhirnya aku terkena penyakit tipes dan TBC. Sebenarnya sudah kurasakan sejak 2 bulan tapi karena semangatku untuk lulus bersama.Maka sakit itu tidak kurasakan dan akhirnya begitu ketemu dokter aku langsung di suruh opname. “ Dok saya ini mau ujian Skripsi dan wisuda bersama-sama angkatan saya” Opname kujalani selama 17 hari dengan kondisi yang sangat lemah dan badan tinggal balung dengan kulit bernafaspun aku kesulitan walaupun tidak sempat dioksigen tapi aku sempat ngosngosan bila bergerak melangkah 2 kaki saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar