Jumat, 01 November 2024

Langkah Kaki

 Ayunkan terus satu demi satu, raih kesuksesan

                                                                            

                                                       Ibunya bu Sum, 22 Agustus 2024

Alkisah, ada seorang pembuat jam Swiss yg terkenal ahli krn sangat presisi. 

Ia memiliki kemampuan berkomunikasi verbal dg jam yg tengah dibuatnya. 

Bayangkan diri Anda, hadir ketika diskusi hangat itu sedang berlangsung:

“Wahai jam yg baik,kelak engkau akan selesai dibuat & berfungsi sbg jam. Sanggupkah kau berdetak sebanyak 31 juta 104 ribu kali dlm setahun?”

Jam merasa grogi mendengar jmlh angka yg disampaikan sang pembuat jam. Ia pun menjawab, 

“Maaf, Bapak pembuat jam yg baik hati, tampaknya kutak sanggup jk hrs berdetak sebanyak itu.”

Lalu, si pembuat jam mengajukan pertanyaan yg kedua, “Jika begitu, mungkin kau mampu berdetak sebanyak 2 juta 592 ribu kali dlm sebulan?”

Jam sekali lagi, terhenyak. 

Jumlah yg diajukan sang pembuat jam baginya masih sangat besar. Ia berpikir tdk mungkin utk menyanggupinya, “Sekali lagi, maaf, Bapak yg baik hati, aku masih takmampu.”

Sang pembuat jam hanya mengangguk & menatap dg bijak. Lalu bertanya dg penuh tanya, “Bagaimana jika kau hanya hrs berdetak sebanyak 86 ribu 400 kali saja dlm sehari-semalam?”

Jam bimbang. 

Ia memandangi sekujur tubuhnya yg mungil, ia ragu apakah mampu memenuhi permintaan itu, “Maafkan aku utk kesekian kalinya, duhai Bapak yang baik hati. Tampak sekali lagi aku belum mampu memenuhi permintaanmu.” 

Ia pun tersipu & tertunduk malu, tetapi apa mau dikata, ia ragu thdp kemampuan dirinya yg memang berukuran kecil & mungil itu. Lalu, dg tetap ceria sang pembuat jam kembali menawarkan berapa kali kiranya si jam mungil harus berdetak.

“Kalau 3600 kali berdetak dlm satu jam, kiranya kamu mampu,bukan?” tanyanya dg penuh harap. 

Jam mungil merasa tenggorokannya tercekat, sesak. 

Ia tak lagi mampu berkata-kata saking malunya.

Tanpa menunggu jawaban dari si jam mungil, pembuat jam langsung berseru, “Baiklah, kalau begitu kau cukup berdetak satu kali saja dalam satu detik. Bagaimana?”

Tanpa berpikir panjang, jam mungil itu melakukannya. 

Maka mari ayunkan satu demi satu, raih kehidupan lebih baik lagi, ayunkan terus, krn sukses menunggu kita.

Jangan menyerah. Salam sukses luar biasa !!!

        Al Hikmah IIBS Batu luas banget 25 hektar.  Setiap hari aku dari rumah dinas menuju asrama putri, tempat murid kami belajar malam hari dan juga melakukan segala ibadah. Jam 03.00 menuju asrama melakukan jamaah tahajud, taubah, hajat dan witir. Lanjut solat subuh dan dzikir pagi, mengaji dan baru persiapan sekolah. Saat membangunkan tahajud naik lantai 2 sebanyak 25 tangga naiknya dan akan melaksanakan jamaah 25 tangga turunnya. Total pagi 50 tangga. Semua pasti ditapaki satu demi satu

        Jarak rumah dinas ke Asrama siswi  tidak jauh, namun harus melewati 50 tangga. Berangkat solat magrib 50 tangga, pulang 50 tangga minimal 200 tangga. Membersamai kegiatan malam naik ke lantai 2 50 tangga, jadi  dalam 24 jam sekitar 400 tangga. Saat di sekolah naik tangga lantai 2 solat dhuhur 50, saat asar 50. Saat brefing pagi 15x2, lanjut ngajar putra 15x2....coba total sendiri deh. Ku tapaki satu demi satu, hari demi hari mulai 1 Juli 2022 hingga waktu yang aku tak pernah tahu. Kalau sesuai SK YLPI Juli 2027. 

        Secara fisik memang berat, namun entah karena suasananya dingin membuat capek itu tak terasa. Seperti halnya di ruangan ber AC tidak terasa lelah namun dalam jangka waktu agak lama kulit menjadi keriput. Demikian juga aku di Al Hikmah IIBS Batu, serasa aku pingin balik ke Surabaya. Namun tak kuat juga dengan panas dan nyamuknya. Semua jadi tak terasa seberat kalau dipikir, hanya butuh semangat melaksanakan tangungjawab. Jika ditambah lagi hadirnya sebuah cinta maka akan menjadi energi yang dahsyat, tak pernah lelah. Semua butuh doa dan kepasrahan pada Alloh. Hanya Alloh yang memiliki hati dan cinta. 

        Hampir 3 tahun aku di Batu, dinginnya melebihi Blitar. Kondisi desa dan masyarakatnya mirip banget dengan Blitar. Budaya masyarakatnya yang ada "Mbecek". Kalau yasinan selamatan kematian yang datang juga banyak seperti di Blitar. Masyarakatnya yang suka melihat orang lewat dan suka kalau kita menyapanya. Sapaan khas mereka persis seperti di Sumberjo "Bade tinda pundi bu?", "Monggo pinarak". Semua yang disapa pasti senyum dan menyahut dengan penuh semangat dan wajah sumringah. Senang hidup di Batu, air dan udaranya bersih, sampai upil ku saja warnanya putih beda dengan upil di Surabaya, hitam. Sampa-sampai aku uploud id IG ku @asrifahmiati. Aisy sampai ingat cerita "Upil" di IG ku...heheh

            Saat kaki capek menapaki 100 tangga minimal sehari, seakan ingin putus asa. Hanya ingat kata-kata guruku ustd Ihya, "Sabar, sabar dan sabar". Guruku ustd Edy juga "Sabar, sabar dan sabar". Hanya ingat bagaimana para Kyai membina pondoknya, sangat cocok jika para kyai tersebut memiliki karomah yang luar biasa karena memang perjuangan untuk mengabdikan diri juga luar biasa.   Oke aku akan berusaha demi yang terbaik untuk kemanfaatan hidup. 

 "Sabar itu sulit, tapi hadiahnya selangit."

"Ikhlas itu pahit, tapi endingnya tetap yang terbaik."

Bu Sum adalah pegawai taman di Al Hikmah IIBS Batu. Suaminya Satpam namanya bapak Rosidi. Bu Sum jumlah saudaranya ada 11. Setiap aku datang aku cium tangan ibunya Bu Sum, tanda kangenku pada emak yang sudah almarhumah. Ibunya bu Sum bilang "Masak akeh akeh, kok meng kok bagi-bagi to nduk". Kakak nya bu Sum bilang "Iyo mak, aku yo di wenehi teh, buah lek ate budal neng sawah, segone enak kok, beras e apik"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar