Alhamdulillah Cah Ndeso Neng Kutho
Aku sejak SD di
sekitar rumahku, kabupaten mBlitar (hehe)…. Alhamdulillah selalu juara 1 sampai
3, ya namanya berusaha ya naik turun. Teman sainganku namanya Irwan sekarang
sudah sedo, Teti Yunita dulu pernah jadi TKW saat muda, Dwi Handarisasi
sekarang jadi Ahli Gizi di Jember. Pindah ke sekolah di Kotamadya SDN Bendo 2
dengan maksud supaya bisa masuk SMP di kota Blitar. Bapakku mbelani aku
dititipkan di KK keluarga besar beliau di desa Bendo. Temanku berlari secara akademis di Bendo
namanya Listiami jadi guru di Bogor, Nina jadi ibu rumah tangga, Indarwati sekarang jadi guru di mBlitar.
Alhamdulillah
sebenarnya aku bisa masuk SMP 1 Terbaik di kotaku, namun aku insecrure
sehingga memilih SMP 3, SMP level 2 di kota Blitar terbukti murid SMA 1 Blitar
kebanyakan dari SMP 1 dan SMP 3. Di SMP 3 aalhamdulillah juga masuk kelas B
artinya kelas level 2 dan aku ingat komentar teman SMP ku saat reuni kemarin
“Kamu Asri kan? Yang dulu selalu juara kelas?”. Aku paling senang bahasa jawa,
nulis huruf jawa selalu 100 nilaiku. Paling aku benci fisika, contaoh soalnya
kalau dikerjakan pak Amin guru yang mirip Ahmad Albar seakan enak dan bisa, pas
ulangan bingung…”Aku SMA gak akan milih jurusan A1/Fisika”. Aku punya genk
namanya ETSA : Ery, Tutik, Sri ariati dan Asri. Ery sekarang anaknnya 5 ada
yang hafid quran, Tutik dan Sri Ariati sudah tidak pernah kontak lagi sejak
lulus SMP.
Alhamdulillah
aku di terima di SMA 1. SMA 1 adalah sekolah terbaik di kotaku, banyak banget
alumninya yang di PTN termasuk Mbak Laili yang telah membuat aku berjilbab di
masa jilbab itu dilarang. Aku termasuk 2 orang gadis berjilbab diangkatanku.
Temanku satunya namanya Ida yang mas kandungnya juga aktivis masjid kampus di
IPB. Mbak Laili dari kelompok PKS yang kuliah di Kedokteran UB, sekarang masih
jadi dokter di Cabean dan akhir-akhir ini mencalonkan diri jadi anggota
dewan. Beliaulah yang mencuci otakku
hingga aku berani menjual giwangku untuk membeli seragam sekolah yang muslimah.
Perseteruan terjadi di keluarga besarku karena aku berjilbab, namun Bapakku
hanya bisa diam tidak memihak siapa-siapa. Keluarga pak puh dan sepupu sepupu
yang sering meledek aku “Jilbaban emang wes hafal qu’ran? Emang wes katam
kitab2?”. Aku hanya bisa diam….Alhamdulillah Alloh menolong lewat anak-anakku
kini menjadi pembelajar quran dan kitab2 pondok Sulaimaniyah. Dan doanya
bapakku juga “kowe palajaran opowae oleh biji 85 ora popo, neng lek
pelajaran agama kudu 95”, mewajibkan nilaiku bagus di Agama. Alloh pasti
mengabulkan doa, entah kapan dan lewat cara bagaimana, hanya Alloh yang tahu.
Aku ingin
membantu Bapakku yang petani dan emakku yang pedagang di rumah dengan sekolah
di PTN. Waktu itu sekolah negri biayanya murah. Namun aku kasihan jika harus
meminta uang untuk les bimbel…mahal. Maka sejak kelas 1 aku serius belajar dan
menjaga stabilitas nilai dan rangking kelasku. Aku masuk kelas 1.2, kelas level 2 juga di angkatanku. Aku aktif juga di
organisasi, saat pemilihan OSIS aku jadi ketua MPK (Musyawarah Perwakilan Kelas).
Organisasi ini yang membuatku makin bersemangat dan makin dekatlah aku sama pak
guru BK idolaku, namanya pak Agus. Perjaka dari desa Binangun Blitar selatan
yang sangat desa atau pelosok.
Yaa ada energi
khusus ketika bisa dekat dengan beliau, yang pada akhirnya aku jatuh cinta.
Namun karena status guru dan murid maka tidak terjadi suatu hal pun. Namun
hingga aku punya anak 4 beliau masih ingat aku walaupun tak pernah berjumpa.
Beliau cerita pada tetanggaku yang
namanya pak Topah. Pak Topah menjadi
teman pak Agus saat haji “Saya punya murid namanya Asri”. Kata tetanggaku “O
itu anaknya sepupu saya, sekarang sudah punya 4 anak”. Guru BK ku yang asli
yaitu bu Endah sering menggojlok jika aku main ke bu Endah “. Gak tahu
ya…apa hanya rasa gede atiku saja merasa disenengi guru…heheh. Pernah ketemu
beliau sekali saja di stasiun Blitar saat itu anak saya 4 dan beliau punya anak
3 yang masih kecil-kecil.
Pak Agus yang
mengarahkan aku memilih PTN yaitu UNIBRAW Biologi, karena memang aku suka
biologi. Biologi membuat aku semakin dekat sama Alloh, merasa sangat takjub
dengan ciptaan Alloh yang ada dalam diri ini dan juga alam sekitar. Sampai sekarang masih kontak sama pak Agus yang sudah
pensiun. Sebagai murid, saya tak pernah melupakan jasa beliau. Sering beliau
saya kirimi pulsa. Pernah cerita sama muridnya, yang murid itu adalah saudara
saya “Murid pak agus namanya mbak Asri, iku kalau ngirim pulsa gak itungan”.
Alhamdulillah
aku masuk jalur PMDK atau sekarang jalur undangan. Saat temanku masih belajar
di bimbel aku sudah tidak mikir mau kuliah di mana. Betapa senangnya aku dan
keluargaku. Dalam keluarga besarku hanya aku dan Mas Agus sepupuku putra
kebanggaan pak puh Sartam yang saat itu kulian di ekonomi UGM dan pada akhirnya
menjadi manager BNI. Waktu itu se SMA 1 yang diterima jalur undangan di UB
hanya 4 anak dan salah satunya aku…alhamdulillah aku bisa bantu bapak emakku.
Saya ikut tes STAN atas
saran pak Puh Sartam. Sementara sudah diterima di PMDK UB, aku diwanti-wanti
sekolah untuk meneruskan di UB karena sekolah akan di black list karena itu
supaya ilmu manfaat aku meneruskan di UB. Tes di STAN tidak boleh pakai jilbab
sama pak Puh karena takut tidak diterima gara-gara pakai jilbab. Uhhhhh….Aku
sangat malu, takut bertemu teman dan paling takut kalau dimarahi Alloh, aku tak
berani menatap sekitar…..malu poolll. Maka tes ku tidak saya isi nama supaya
tidak diterima heheh. Karena sudah dicuci otakku juga she sama mbak Laili bahwa
STAN itu tempat basah, banyak orang terpeleset dunia karena harta di
STAN sangat menggiurkan. Alhamdulillah akhirnya aku milih tetap di UB.
Alhamdulillah kuliah
di UB aku punya teman baik, Annisa Rahmawati yang dia umurnya lebih muda dari
aku namun dia lebih dewasa. Dia mengajak aku lomba karya ilmiah tingkat
Universitas dengan judul “Pemanfaatan enzim Bromelin pada batang buah nanas
sebagai pengempuk daging”. Jadi yang dimanfaatkan adalah bagian tengan dari
buah nanas yang keras itu, kok ya pas itu adalah bagian nanas yang aku sukai.
Alhamdulillah juara 1 tingkat universitas Brawijaya. Culun banget aku waktu itu, aku
belum begitu faham dengan penelitian, Annisa yang mengajari aku dan
menjelaskannya. Alhamdulillah waktu nikahku Annisa datang bersama putri kecilnya. Sampai sekarang aku masih sambung terus dengan Annisa, dia sempat menyambangi aku di BSA.
Alhamdulillah,
saat PKL aku mendapat peluang meneliti bersama dosenku bu Catur di Kali Mas
Surabaya. Itulah pertama kalinya aku menginjak Surabaya. Aku meneliti bentos di
Kali Mas sebagai indikator kualitas air. Penelitian itu aku mengamati cacing
darah yang hidupnya bergerombol dan paling membuat aku takjub adalah, mereka
bergerombol di bagian kepala. Aku mendiskusikan hal tersebut dengan kyainya
bapakku, Bah Kung Toyib. Beliau memberiku hikmah bahwa “cacing saja bersatu
kepalanya dan ekornya bergerak, artinya bahwa kita bersaudara harus bersatu
pikiran untuk melakukan aktivitas kebaikan, maka dari itu kita ada di kelompok
pengajian Ta’awun, artinya saling tolong memolong”. Itulah hidupku, sejak
belia sudah senang menghadiri pengajian walaupun itu di komunitas yang usianya jauh diatasku.
Silaturohmi ke rumah bu Catur di Malang 21/8/24
Alhamdulillah
aku skripsi juga mendapat sponsor dari dosenku yang bernama DR. Bagyo
Yanuwiadi. Beliau adalah putra dari Kepala Sekolahku saat aku SMPN 3 Blitar
yaitu bapak Isman. Aku meneliti pengendalian hama dengan melepaskan kupu2 yang
sudah diradiasi sehingga mandul, pengendalian hama hayati. Sampai di Batan
Jakarta untuk meradiasi pupa jantan bersama dengan Mas Agus Salim. Gratis
semua, saat itu pertama kalinya menginjak Jakarta.
Namun taqdir
berkata lain, saat di ujung analisi data, tak kusangka aku ambruk kena sakit
tipus dan TBC. Dokter berkata “Mbak Harus rawat inap”. “Astagfirulloh dokter,
sebentar lagi saya ujian skripsi” pintaku sambil menangis. Namun memang aku
sudah tebal beneran 17 hari aku berbaring di rumah sakit, panas naik turun dan sesak nafas, keringat
dingin. Bapakku dengan setia merawatku dan emakku bagian mondar mandir melayani
kebutuhan kami. Harus minum obat 4 macam sehari 3x tidak boleh bolong. Berat
badan turun drastis, kulit putih pucat dan badan lemas, jalan 5 meter sudah
sesak nafas, maka aku cuti kuliah 1 semester. Pergi ke mana-mana emakku yang
memboncengku. Al Fatihah buat emak dan bapak.
Alhamdulillah saat
kuliah aku bisa membantu emakku dengan mendapatkan beasiswa Supersemar sampai
lulus, bergabung penelitian2 hingga gratis dan sempat menjadi guru privat di
beberapa rumah. Aku sangat menyukai menjadi guru walaupun saat itu gajiku
sebulan 50k dan dipotong untuk naik angkot dari Kertopamuji ke jalan sulfat,
aku sangat menikmati. Saat lulus UB aku bergabung dengan Baitu Mall Waatmwil
(BMT) yang bergerak bidang perdagaangan dan juga membuka les-lesan untuk siswi
SD di desa Sumberingin hingga selesai saat aku menikah 1 April 1999.
Tahun 1999 setelah
menikah beberapa bulan aku merasa gak enak hanya di rumah saja, memelihara jangkrik namun belum bisa berkembang baik, aku ingin mengajar.
Aku melamar di Sekolah islam di SD Raden Patah Semolowaru diterima oleh
kepala sekolah saya Pak Naim yang hebat. Beliau adalah kepala sekolah SD Pucang
juga, masyaalloh sangat bijaksana. Aku kenal dengan guru-guru yang baik, Pak
Hakim yang brewok, Bu Titi yang kalem. Semua membimbingku sebagai guru baru
yang saat itu hamil 3 bulan.
Setiap hari aku
masuk hingga jam 13. Saat itu aku sedang hamil muda. Sangat menderita karena
aku sering keringat dingin, muntah tiap
pagi, berkunang-kunang dan mengeluarkan ludah yang asin dan akhirnya muntah.
Makan tidak bernapsu, males makan, apalagi jika di suruh makan nasi dari mejig
com yang warnanya sudah kuning dan baunya menyengat serta sudah mblenyek “sudah
makan aja gak apa kok ini” kata suamiku sebelum aku berangkat kerja. Terpaksa
deh demi menghargai keluarga suami. Di sekolah aku njajan mei, nasi goreng dll
yang dijual di kantin. Wah sangat rewel hamilku hingga aku sering berkeringat
dingin, kalau sudah gitu wes lemes dan muntah saat ngajar. Teman temanku yang
membuatkan the anget dan membelikan makanan biar bertenaga lagi.
Yang paling
kuingat rasanya yaitu saat kecemplung got saat mau berangkat mengajar di
SDI Raden Patah. Saat itu yaitu saat berangkat kerja naik motornya mbak Mudi.
Barusan juga berani naik motor di kota besar yang ramai, belum terlalu canggih.
Saat itu belok di suatu gang kecil, posisi harus menyeberang dan jalannya naik
di gang sempit. Menyeberang jembatan yang tidak ada tutupnya. Jadi gas dan rem
serta semua kecerdasan motorik harus berperan, maka “Mak Blung” aku kecemplung di
got yang hitam. Posisi duduk manis di got dan motor nyanthol di atas
jembatan…wih bayangin….alhamdulillah Alloh menciptakan rahim itu kuat sehingga
Sari sehat hingga kini. Alhamdulillah sepeda motor tidak ikut nyebur di got.
Heheh langsung pulang balik dan semua baju dan tas bau got.
Aku mengajar SD
Raden Patah sampai menjelang melahirkan, awalnya hanya ijin cuti 3 bulan, namun
karena ternyata anak pertama itu rewel. Lahiran dalam waktu 3 hari merasakan
kontraksi, namun tidak segera nambah bukaan. Aku takut melihat ibu-ibu yang
menjerit kesakitan saat melahirkan di rumah sakit. Maka aku nekat melahirkan di
rumah, memanggil bidan yang biasanya memeriksa tiap bulan dan alhamdulillah
normal. 40 hari Sari minta gendong di malam hari sehingga pinjam ayunan supaya
bisa tidur sambil mengayun Sari. Dari merasa beratnya momong anak pertama maka
suamiku meminta aku resign saja dan fokus pada anak. Saat itu gaji di SD
100.000, dengan jam ngajar sampai dhuhur saja.
Akhirnya tugas
selesai saat aku melahirkan Sari. Pertimbangan untuk momongkan anak saja gaji
tidak cukup ya sudah akhirnya aku keluar dan momong Sari. Suamiku berpamitan ke
kepseknya yaitu pak Naim. Yang aku ingat bu Titi yang saat itu masih bujangan
rumahnya di Semolowaru, pak Hakim yang brewok, Pak Ishak yang tinggi putih
ganteng, itu saja seh yang masih aku ingat hingga kini.
Selanjutnya aku
momong Sari, sambil cari kerja yang lain dan juga karena ingin menjadi PNS guru
maka aku sekolah Akta 4 di Unesa yang masuknya siang habis dhuhur sampai
magrib. Temanku diantaranya Mbak sita yang paling pinter, namun terdengar kabar
setelah lulus kena kasus membunuh anak kandungnya. Mbak Didin yang masih
nyambung hingga kini. Rumahnya di depan kelurahan kedung Asem tempat aku njebur
saat hamil. Mbak didin masih nyambung sama yang namanya Paput. Mbak Didin
adalah teman dari ustdh Heni guru TK Al Hikmah dan juga kenal dengan Mbak Kokom
sahabatku.
Al Hikmah IIBS Batu, 14 Juli 2024
Cerita paling
menghebohkan saat aku kuliah sore, Sari diajak menunggu aku kuliah di rumah Om
Har. Sari agak sulit tidak selalu mau dengan orang lain kecuali dengan aku dan
Mbak Rini. Saat itu di momong oleh mas Ipul, weh nangis dari asar hingga
magrib, sampai seluruh tetangga Om Har heran dengan kebetahannya menangis.
Selanjutnya aku
melamar di Insan Mulia dan saya gagal karena tidak bisa menggambar manusia
utuh, hehehe. Saat Sari umur 8 bulan aku melamar lagi di Al Muslim dan
diterima, namun karena harus fullday dan Sari masih belum 1 tahun maka sama
bapak mertua diminta cari alternatif lain.
Ada yang lucu
juga saat itu. Aku belum hafal jalur kendaraan di Rungkut, selesai wawancara
aku terus saja jalur lurus padahal harusnya belok. Waktu itu polisi Surabaya
memang terkenal tukang tilang, alias kejem ….t erang saja aku ditangkap
polisi “pak maafkan saya, jangan ditilang saya pak, saya gak punya uang, ini
saya barusan nglamar pekerjaan Pak, nanti saya dimarahi suami saya pak” kataku
menghiba pada polisi dengan berbagai alasan. Alhamdulillah aku dilepas dari
cekaman tukang tilang.
Aku melamar lagi
di SMP Muhammadiyah 4 jalan Gadung. Alhamdulillah aku diterima dan mengajar
biologi semua kelas. Aku hanya datang saat mengajar dengan gaji 150k. Bersyukur
saja dengan gaji segitu sempatnya aku menyisihkan untuk kredit juicer bersama
bu Sri, bu Anik Manintang, Bu Sastrawati, Bu Saroh, Pak Sohib suaminya bu
Saroh, Pak Ali, Pak Lutfi, Pak Rahmat guru matematika, Bu Mudayah guru tata
boga. Aku saat itu tergolong paling muda, jadi dianggap anak oleh ibu ibu di
sana. Kepala Sekolahku bapak Halim. 1 tahun aku di sana ada lowongan di Al
Hikmah, aku ijin tes ke pak Halim. Malah beliau menyemangati aku “Bu Asri ke Al
Hikmah saja, saya doakan lulus, karena di sana bu Asri akan bisa berkembang”,
begitu nasehat beliau sambil menghembuskan rokoknya.
Aku tes di Al
Hikmah, belum lulus. Tesnya ada 1500 pelamar, dengan tes tulis, wawancara,
tes psikologi, tes mengajar dan diskusi
dengan bahasa inggris oleh BPPT Jakarta. Semua sudah kulampaui dan menyisakan
sedikit saja peserta tes, seakan optimis diterima. Namun karena SMP Al Hikmah
tahun 2000 itu masih 1 kelas putra dan 1 kelas putri wajar saja kalau guru
biologinya hanya butuh 1. Daaaannnn yang terpilih adalah ustdh Andika Karunia.
Wuiih naangis aku di masjid al Hikmah “Sungguh tega kau Alloh, aku butuh
pekerjaan”. Wajar pula seh, Ustdh Nina sudah pernah ke Luar Negri dan sampai
saat ini bahasa inggrisnya paling jos diantara kami guru IPA.
Maka, kembalilah
aku ke Muhammadiyah Gadung. 2 tahun kemudian ada lowongan lagi di SMP Al Hikmah
dan dengan serangkaian tes serta saingan yang sekitar 600 pelamar.
Alhamdulillah aku lulus. Pak Lutfi waktu itu kepala sekolahku, beliau bilang
“Bu Asri jangan pindah, nanti saya jadika wali kelas”. Namun karena ingat
petuah pak Halim maka aku dengan pesyaratan ngajar dulu sampai semester selesai
aku baru boleh pindah ke Al Hikmah. Namun karena di Al Hikmah sudah ada
pelatihan sejak bulan April, maka aku pagi ngajar di Muhammadiyah dan setelah
dhuhur mengikuti pelatihan di Al Hikmah.
Alhamdulillah
saat penandatangan kontrak ustd syakib bilang “Kalau ustadah ustadah tidak
ingin pengankatan guru tetapnya tertunda, maka dalam 1 tahun tidak diijinkan
cuti melahirkan”. Spontan aku menjawab paling keras “Iya ustad, saya tidak
hamil”. Weh konyolnya aku yang optimis tidak hamil…..eeehhhh 2 minggu pelatihan
aku hamil. Wah berbagai cara aku berusaha supaya gak jadi hamil, makan nanas
muda, bersepeda dengan kencang….astagfirullooh nekat banget aku. Alhamdulillah
jadilah Fahriza Akbar anak yang paling dewasa, paling besar badannya dan paling
mirip ibu mertuaku waktu kecil.
Alhamdulillah ditengah kehamilanku, aku pelatihan menjadi guru terbaik saat lulus pelatihan guru baru itu. Ustad Edy memilihku menjadi wali kelas walaupun masih masa kontrak, mungkin karena aku sudah punya pengalaman mengajar 3 tahun di SMP Muhammadiyah. Namun karena aku hamil maka digantikan oleh ustadah Dyah Mira Qur’ani yang masih bujang.
Alhamdulillah
suamiku mendukung aku di Al Hikmah dengan segala macam hal yang aku butuhkan.
Ngantar kami ber 6 jika pagi hari, menyebarkan anak kami di sekolah SD,
Penitipan anak, TK Mutiara. Kemudian dia bekerja dan kalau waktu sore mengambil
4 anaknya dan mengumpulkan kami di depan Spot Center untuk kembali ke rumah
mertua indah. Hingga 4 kali aku mencoba
untuk tes PNS tidak berhasil ternyata karena suamiku lebih ridho jika aku di Al
Hikmah “Kamu gak akan lebih baik di luar sana”.
Kini 4 anak-anakku
sudah ke pondoknya masing-masing, ortu sudah tidak ada semua. Biasanya sibuk
ngurus 5 anak. Saat kecil bahkan sampe masak nasi aja tidak mateng dan langsung
masuk mobil bersama pancinya…alhamdulillah sampai di Al Hikmah sudah mateng dan
membagi makanan untuk bekal 5 anak. Ini semua sudah berakhir. Episode yang dulu
kerepotan berganti dengan kengangguren.
Selesai ijin
sakit aku ditelpon oleh U Anwar kepala sekolahku. Aku berpikir kalau
mengabarkan bagaimana sakitku, ternyata
tawari oleh beliau untuk mengabdi di Boarding Batu. “Silahkan
didiskusikan dengan suaminya ustdh”. Diskusi terjadi dan suamiku mengijinkan.
Maka aku menjawab ustd Anwar “Kalau saya bisa dan dibutuhkan ya monggo saya
manut ustd”. Ternyata semua temanku tim IPA ditawari dan semua memiliki alasan
yang kaut. Bu Hida karena masih punya ortu u tuk dipulangi ke desanya. Bu Nina
merawat ibunya dan suaminya luar kota sehingga harus mendampingi anaknya. Bu Yuli
suaminya juga luar kota dan 3 putrinya sekolah di SD Al Hikmah. Bismillah…..Niat
saya membantu YLPI, membantu teman yang semua punya alasan, sementara aku tidak
punya alasan karena semua anak saya sudah mondok. 1 Juli aku berada di BSAl
Hikmah……bersambung episode baru di Al Hikmah IIBS Batu.
Alhamdulillah
cah ndeso neng khutho….Malang tempat hidup saat kuliah S1, Suroboyo tempat
berkeluarga dan berkarya, Jakarta kunjungan penelitian dan lomba 3x, Banyuwangi
mengantar siswa 2x, Jember tempat keluarga besar mertua, Bali wisata bersama
teman S2 P2TK Dikdas Jakarta, Bandung pelatihan 10 hari dan mengantar Amel
lomba biologi , Mekkah Madinah umroh 2x, Pamekasan rumah leluhur bapak mertua, Bangkalan, Situbondo karena Riza Mondok, Gresik karena Sari mondok, Bondowoso, Kertosono (pondok Hasna), Madiun rumah Mak Mi, Istambul, Bursa, Pamukalle (mendapat
hadiah dari U GATOT mengantar siswi)…terakhir adalah KOTA BATU…masyalloohh.
Sangat menginpirasi. Semoga saya bisa meneladani.
BalasHapusaamiin...makasih sudah membaca
BalasHapus