Jangan ya Mik ya !
Hasna, 20 Oktober 2024
Telepon di seberang sana berdering dan Hasna menyapa dengan salam yang sangat romantis, setelah itu menanyakan kabarku "Umi sehat?" " Murid2 umi gimana?". Aku selalu spontan jawab "sehat dek, baik kok". Lama cerita banyak hal dan suatu saat di menceritakan Abla Friska, Abla Putri, dan Abla ...lupa namanya, karena memang di sulaimaniyah ada abla bagian pendidikan yang berkomunikasi langsung dengan walsan. Jadi walsan jarang bisa komunikasi dengan ablanya.
Saat ceritanya habis dia menyampaikan nasehat dari ablanya diantaranyua "Umi jangan menyesal jadi guru, walaupun murid agak cuek sama umi dia akan memberikan pelajaran". Umi ingat gak yang dikatakan abi bahwa umi harus berpikir " Alhamdulilah anakku baik, murid bukan anak biologis. Anak anugerah dan murid adalah ujian untuk mendekat pada Alloh. jika didolimi maka berdoa dengan wasilah ustd Hilmi Tunahan. Umi orang yang hebat di hidup Hasna, karena berhasil membuat Hasna berubah, tidak omong kotor, tidak bentak umi. Saat didolimi dan mengerjakan suatu kegiatan yang bukan tugasnya umi maka umi berdoalah "Ya Alloh dengan wasilah hamba mencuci piring semoga murid hamba menggantikan hamba saat ini cuci piring ini kelak".
Hismet gak boleh capek, harus banyak bersyukur karena iblis gak suka umat rpsulluoolh ayng baik. Umi harus memamnas manasi iblis dengan perbuatan baik. Alhamdulillah Engkau diberi aku rasa capek. Umi bisa, umi kuat, umi harus semangat. Andai jadi orang kaya yang tidak capek, itu adalah ujian karena tidak punya syukur, sok sok an tidak merasa itu dari Alloh.
Hasna sekarang lebih baik. Umi bersyukur
Jika barang hilang fatihah, 3x al iklas kirim ke Ibrahim bin Adhan
Siapa iti Ibrahim bin Ahdam?
Seorang laki-laki selalu mengeluh tentang getirnya kemiskinan; maka Ibrahim Adham berkata padanya, “Nak, barangkali kau belum membayar harga kemiskinanmu itu?” Orang itu pun menjawab, “Betapa mustahilnya apa yang Anda katakan, mana mungkin seseorang membeli kemiskinan?”
“Aku, “ kata Ibrahim,” Setidak-tidaknya telah memilih kemiskinan itu seharga kerajaan dunia. Dan aku masih akan membeli sesaat dari kemiskinan ini seharga seratus dunia.”
Pernyataan itu erat dengan apa yang dinyatakan Allah dalam Al Quran Surat At Taubah Ayat 111, “Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga (sebagai balasan) untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Riwayat tentang bagaimana pertama kali Ibrahim bin Adham memutuskan untuk meninggalkan semua kekuasaan yang dimilikinya adalah salah satu legenda yang sulit dipastikan keotentikan informasinya. Satu legenda yang paling terkenal adalah kisahnya yang ditulis al Sulami, yang mengisahkan bahwa awal perubahan terjadi dalam diri Ibrahim bin Adham setelah ia mengalami dua kali pertemuan dengan Nabi Khidir.
Setelah peristiwa tersebut, Ibrahim langsung mengalami perubahan total dalam hidupnya. Ia melepaskan semua yang dimilikinya, dan mulai menempuh jalan ruhani sepenuhnya.
Seperti Sidharta Gautama, Ibrahim bin Adham melakukan pengembaraan, meditasi (perenungan) dan hidup zuhud. Para sejarawan sepakat, bahwa sejak melepaskan singasananya, Ibrahim hijrah ke Syam. Tempat tinggalnya tidak tetap, dan sering berpindah. Ia menghindari mengemis atau memohon belas kasihan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Ibrahim bekerja apa saja, mulai dari berkebun dan menjadi karyawan orang lain. Di Syam profil Ibrahim bin Adham sama sekali berbeda dengan sosok yang dikenal oleh masyarakat Khurasan tentang dirinya.
Dari sekian banyak kisah tentang perjalanan hidup Ibrahim bin Adham, kisah yang disampaikan oleh Faridu’ddin Attar, dalam “Manthiq Ath-Thayr” (Musyawarah Burung) dan “Tadzkiratul Auliya”, agaknya cukup perjalanan hidup Ibrahim bin Adham setelah melepas singgasana dan menjalani hidup zuhud. Bahasa yang lebih tepatnya, ia “membeli kemiskinan” tersebut secara sengaja dengan semua apa yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar