Tinggalkan Urusan Dunia
Kalimat
itu aku dengar saat manasik umroh, aku sempat mengelak dengan kalimat
itu”bukannya kalo pergi pasti tinggalkan urusan dunia? Dan aku telah siap
melakukannya”. Namun kalimat itu sungguh sulit untuk diterapkan saat hari senin
tanggal 28 Pebruari itu. Padahal aku telah menyiapkan tugas sejak seminggu
sebelumnya, menyusun jadwal untuk guru penggantinya sehingga kelas tidak
terbengkalai. Aku sudah delegasikan pembimbingan prokarimah pada U Villya
hingga kedatanganku siswa sudah siap ujian.
Study ekskursi sudah hunting tempat sejak bulan November 2012 namun
hingga saat itu masih dapat 2 tempat yaitu SIER dan Coca Cola yang sempat
menjadi perdebatan, sementara tempat lainnya masih dalam konfirmasi. Namun aku
berharap saat pulang umroh aku mendapatkan kemudahan sehingga semua berjalan
lancar.
Di rumah urusan
baju 3 balitaku dan Sari, Riza, suami serta mertua sudah aku siapkan selama aku
tinggalkan sehingga Abi tidak usah menyiapkan selama aku pergi. Makan Hima
sudah aku serahkan ke Umi Alfi dan uang juga sudah kuserahkan sehingga Hima bisa
makan tanpa keselek karena katringnya masih hutang. Makan di rumah juga
sudah aku pesenkan dan Sari kutinggali uang biar kalo ada kebutuhan mendadak bisa
mengambil dan jangan lupa menuliskan pengeluaran yang telah dilakukan. Setrika
di rumah, Mbak mah sudah aku hubungi untuk hari minggu sehingga saat Senin,
seragam untuk Sari dan Riza beres dan keduanya bias membantu pekerjaan Abinya
dalam mengurus 3 balita. Tugas Sari sudah aku training harus mencuci piring
makan malam, mempersiapkan nasi, dan lauk untuk Mail dan Hasna, memasukkan
pakaian kotor dalam mesin cuci, menjemur dan mengambili cucian untuk hari Kamis
dan Minggu karena kami mencuci tiap 3 hari sekali.
Abi bertugas
menghidupkan mesin cuci saat sholat malam sehingga sebelum berangkat sekolah
bias dijemur oleh Sari. Saat kepulanganku di bandara Juanda sari mengeluh
“Waduh Mik berat tugasku, ayo kasih aku uang 180 ribu ya Mik.” Ya aku biarkan
saja dia mengambil haknya karena sebulan sebelum aku umroh aku sudah dapat
kesanggupan dari bu Soleh, tapi seminggu sebelum keberangkatan dia membatalkan
karena juragannya minta dia masuk pagi, ya kuterima aja mau apalagi dan berusah
mencari gak ada yang mau “Sungkan kulo mbak kalian ibu mertua njenengan, misale
njenengan wonten kulo purun” Itulah kata yang setiap kali kuterima saat mencari
pembantu, jadi akhirnya aku bertekad dan selalu minta pertolongan Allah semoga
aku kuat dan bisa mengerjakan tugasku di rumah. Aku hanya berharap suatu ketika
aku sudah di rumahku sendiri aku punya pembantu sehingga aku bisa memperhatikan
anak dan suamiku lebih dari sekarang, bisa santai di pagi hari, bisa mbangkong
di hari minggu wes poko e uenak deh.
Persiapan barang
bawaanku aja baru aku packing Senin malam,aku sangat santai kalau pergi dan
sederhana sehingga tidak perlu membawa banyak barang.
Saat itu aku
berfikir bahwa aku tidak akan kembali lagi sehingga semua urusan harus
beres dan aku tidak perlu meninggalkan masalah yang orang lain tidak bisa
menyelesaikannya atau kerepotan karena tanggung jawabku yang belum tuntas. Saat
perjalanan ke bandara aku juga melepas cincin yang biasa aku pakai karena aku
juga siap tidak kembali dengan begitu semua perhiasan aku lepas barangkali
kalau aku mati perhiasan itu bias buat amal dan peninggalanku. Namun di balik
kesiapanku mati aku juga berharap dapat kembali ke Indonesia lagi karena banyak
orang yang umroh dan selamat. Aku jadi berfikir mungkin orang kalau mau mati
seperti ini ya rasanya dan seakan waktu itu sempit sekali untuk sampai
keberangkatan besok pagi jam 04.00. Subhanalloh semoga Kau tetap memberiku
waktu untuk mempersiapkan kematianku… aamiin (ruju’ ikhtiyari = disuruh kembali
kepada Allah dengan cara tidak terpaksa, sukarela contoh dengan ibadah haji) Ruju’ idhthirari = setuju atau tidak setuju
kita semua akan kembali menghadap yang Maha hidup yaitu proses kematian(Menurut Ibn Arabi
dalam Al Futuhat Al Makkiyyah)
Cita-citaku naik
pesawat
Aku
berita-cita naik pesawat itu sejak aku masih kecil dan bisa bilang “Mak, iku kapal
terbange aku pengin numpak.....kapal mebur...aku melok”. Alhamdulillah naik pesawat pertamaku karena umroh. Aku duduk berdampingan dengan emakku dan aku solawat terus saat pesawat take off....Ya Alloh selamatkan kami, ini bukan dunia kami, ini dunia para burung". Seperti di atas awan. Benar memang langit itu berlapis-lapis dan kini aku berada di atas awan. Saat menembus awan yang agak tebal dan putih seperti ada goncangan dan suaranya grodok-grodok.
Alhamdulillah saat tulisan ini saya revisi saya sudah pernah naik pesawat beberapa kali : umroh ke 2 20 Januari 2020 saat itu bapak sedo. Ke turky 14 Mei 2014, ke Singapura dan malaysia 16 Oktober 2023, ke malaysia lagi 19 November 2024. Naik pesawat masih merupakan hal yang asing bagiku dan masih membutuhkan waktu dan enegri pikiran untuk persiapan yang lebih banyak. Aku belum merasa nyaman naik pesawat, belum merasa homy seperti naik bis Arjosari Bungurasih yang sudah kutempuh 2,5 tahun.
Menjadi tour Leader
Aku
sebenarnya juga takut menjadi leader karena aku belum pernah pergi ke luar
negri, apalagi sebagai pimpinan tentunya aku dianggap paling tahu padahal aku
tidak tahu. Wujudnya paspor dan visa aja aku belum tahu apalagi harus mengurus
tiket jama’ah.
Tawaran
menjadi leader itu datang 2 minggu sebelum keberangkatan. Aku sudah mengurus
paspor sejak bulan April bersamaan dengan temanku yang mengurus paspor hendak
ke Cina. Dalam pengurusan aku tidak merasakan kesulitan karena temanku mengurus
atas bantuan orang dalam sehingga aku dating langsung tinggal foto dan menunggu
jadinya paspor….Alhamdulillah lancar. Namun Emak mengalami kendala karena tidak
punya akte menikah sehingga harus mengikutsertakan bapak untuk mengurus akte
menikah dan akhirnya dengan sedikit keluar uang bisa didahulukan oleh pihak
KUA.
Awalnya takut, karena belum pernah ke luar negri, namun pihak travel ben Mabrur memotivasi "gampang-gampang mendampingi orang dewasa, kan pean sudah sering mendampingi anak, nanti di sana langsung dijemput oleh mutowif". Bismillah aku terus minta pertolongan alloh supaya lancar dan lolos dalam setiap kali pemeriksaan. Alhamdulillah sekali saja mengalami kendala di bandara Jeddah. Paspor salah satu jamaah sempat ditahan karena datanya tidak cocok, namun setelah aku ikuti terus dan bahasa inggris yang sebisaku "they are a couple", aku menjelaskan bahwa bapak ini suami istri, maka paspor itu dikembalikan
Mengajak Emak tapi aku
yang beruntung
Ya Allah kalau masih Kau beri aku
umur panjang maka aku ingin selalu mendoakan ortuku yang telah merawatku dengan
segala pengorbanan, kerepotanmenghadapi kerewelanku soal makanan, soal roti
Fajar dan susu yang hanya ada di pusat kota sementara diriku menangis kelaparan
di pagi buta, ditengah sawah saat melakukan pekerjaan tiba-tiba harus
memperhatikan tangisanku karena ketakutan akan ulat yang merawat di dekatku, mewarisi
aku dengan kesempatan mencari ilmu hingga aku bisa merasa dekat denganMu
Ya Allah sesungguhnya orangtuaku
menyekolahkan aku dengan usaha yang sangat susah payah berdagang dan bertani
siang malam dengan penuh semangat, hingga tak sempat untuk mencari ilmu untuk
dirinya sendiri maka kalau ada ilmu yang bermanfaat dan Kau beri pahala atas
diriku maka jangan lupakan, alirkan pula untuk kedua orang tuaku
Ya Allah kalau Kau masih beri aku
kekayaan maka berilah keiklasan untuk membuatkan ortuku masjid baik di dunia
dengan wakaf maupun di akhirat dengan sholat duha 8 rakaatku
Ya Allah kalau masih Kau beri aku
kecukupan maka berilah aku rumah yang cukup untuk kami tinggal bersama orang
tua kami, karena aku menyadari betapa beratnya aku menemani mertuaku pasti juga
itu yang dirasakan adikku saat menemani ortuku.
Ya Allah kalau masih kau beri aku
kesempatan maka berilah aku kesempatan untuk merawat orang tuaku, karena beliau
dulu telah bersusah payah merawat dan mencukupi keperluanku, dan aku tahu kalau
sudah tua menjadi seperti anak-anak lagi, dan itu berat buat kami maka berilah
kami dan keluarga adik kami kesabaran dan keiklasan dalam merawat ortu kami.
Ya Allah kalau masih Kau beri aku
waktu maka istiqomahkanlah aku dalam merasakan
bersyukur atas semua karuniaMu yang telah aku terima yang tak bisa aku
menyebutnya.
Bu Peni yang berduit

Narsisku
Aku adalah sosok yang lugu dan
sederhana, bahkan aku tergolong orang yang jarang beli baju. Saat di Hotel
Fairuz Madinah aku melihat pembelian teman-teman sekamarku berupa oleh-oleh
baju dan kerudung untuk tetangga dan kerabatnya di tanah air. Harganya cukup
murah yaitu real atau setara dengan 15
ribu rupiah. Warnanya cerah ada merah menyala, ungu, kuning ngejreng. Juga beli
baju jubah yang harganya 25 real atau sekitar 75 ribu dengan hiasan
manik-manik, borci maupun border ya kalo di Indonesia mungkin harganya 100
ribu.
Aku tidak beli kerudung yang demikian, ibu Peni hanya ingin aku mencoba. Ibu Peni yang beli maka aku mencoba barang itu dengan bergantian dan memakainya dengan
berbagai gaya atas saran Bu Peni “ayo Bu asri pakai yang ini” lalu aku difoto
dengan gaya luguku diatas tempat tidur hotel. “Ayo ganti yang ini lagi pasti
puantes” maka aku ganti lagi jilbabnya “Wih kayak orang India” komnetar bu Muji
akhirnya dapat banyak jepretan foto yang aku lihat memang leih cantik dari
biasanya. Aku bicara dalam hati “Wah kok bias yo fotoku di sini kelihatan cuantik,
jernih dan bersih…. Kamera ini luar biasa”.
Aku memang selama ini juga jarang
pegang kamera dan semangat foto seperti kali ini. Aku semangat foto di hotel
karena aku menganggap ini tempat yang kuidamkan, aku ingin suasana seperti ini
adalah miliku di tanah air. “Sungguh nyamannya bila kamar ini menjadi miliku
dan aku di sini bersama suamiku dan anakku semuanya memiliki yang serupa”. “Wah
foto ini bakalan aku banggakan di depan suamiku “Mas ni lo fotoku cuantik yo,
ternyata pean gak salah milih aku walau anak
tapi wajah masih umur 17 tahun heeee”
Selain untuk narsis kamera itu
aku bawa juga dalam rangka mendokumentasikan tempat-tempat yang kami kunjungi
untuk dikirim ke BenMabrur sebagai dokumentasi perusahaan, seperti dokumentasi
perjalanan lain yang telah dilakukan Ben mabrur dan akan dipamerkan ke jamaah
berikutnya. Saat di madinah aku selalu menyebunyikan kamera itu di dalam tas
umroh selalu berada dibawah buku doa sehingga askar penjaga pintu tidak melihat
aku membawa kamera. Saat itu aku merasa bahwa di arab aman, tidak ada pengemis.
Akhirnya aku di mekkah merasa aman dan kamera itu aku tempatkan di paling atas
dari buku doa dan di sebelahnya adalah dompet hitamku yang besar dan pas
ukurannya dengan tingginya tasku.
Tapi malangnya kamera itu dicopet
para pengemis yang berada di depan Masjidil harom. Ibu pengemis itu mendekat dan mepet ke emak dan aku yang sudah bergandengan tangan namun dia sengaja mepet pada kami berdua dan memasukkan tangannya di dalam tasku. Sampai di masjid aku periksa dan ternyata hilang deh kameraku.
O Pak Yusman
Aku ingat banget saat aku pingin mengumrohkan emak bapakku, aku tidak punya uang. Namun saat itu ikut pengajiannya ustd Yusuf Mansur di Graha indosat Kayun. Saat itu aku sambil membawa kembar yang masih bisa merangkak. "Jika anda ingin umroh maka umrohkan orang lain dulu, ayo kita urunan 10 orang mengumrohkan 1 guru ngaji" . Saat itu suamiku yang gak punya duit mengajak aku untuk ikut urunan. Saat itu 1,750.000 per orang urunannya.
Peristiwa urunan itu sudah lupa. Aku hanya menangis minta Alloh memberiku kemampuan untuk mengumrohkan emak dan bapakku karena mengingat antrian panjang haji yang mungkin akan semakin lemah emak dan bapakku. Aku nangis tiap kali solat dhuha di pojokan masjid, di bawah tangga masjid smp Al Hikmah Surabaya. "Ya Alloh, aku beneran gak punya uang, tapi emak bapakku sudah semakin sepuh, tolong aku ya Alloh"
Suatu ketika, suamiku ditawari temannya yang punya travel umroh. "Aku sudah haji namun Yang pingin umroh itu istriku, piye oleh ta bro?" itu pertanyaan suamiku pada temannya yang bos umroh. "wes gak popo, bojomu lak guru pastine wes sering ndampingi murid e, iki ndampingi orang dewasa pasti luweh gampang" begitu jawaban temannya suamiku. Maka dengan udah mengurus segala hal dan alhamdulillah aku mendapat diskon 50%, waktu itu sekitar 11 Juta.
Hal yang paling membuatku bertanya hingga kini adalah bertemu Ustd Yusuf Mansur di depan gerbang nomor 1 King Abdul Aziz Mekkah. Saat itu aku selesai melaksanakan solat dhuha di pelataran kakbah. Aku keluar seorang diri karena semua jamaah yang aku bawa telah aku pulangkan ke hotel untuk istirahat, dan aku kembali sendirian ke kakbah untuk solat dhuha. Pas keluar aku melihat U Yusuf Mansur berjalan menuju kakbah bersama istrinya. Sponta aku cium tangan istrinya, spseacless....andai boleh memeluk non muhrim pasti Ustd Yusuf Mansur sudah aku peluk dan tak kulepaskan lagi...saking idolanya aku pada beliau. Aku meras beliau adalah wasilah aku bisa umroh. Sampai sekarang aku mikir, "itu ustd Yusman beberan atau jin yang menyerupai beliau?"
Cerita Perjalananku yang Menginspirasi
Hilangnya Sandalku
Kebahagian bukan diperoleh dari
seberapa banyak harta yang dimiliki, melainkan berasal dari seberapa basar rasa
syukur kita atas karunia Allah kepada kita. Kebahagiaan berasal dari seberapa
dekat kita dengan Allah. Kebahagiaan diperoleh dari kemampuan merasakan
kehadiran Allah dalam hidup kita. Saat itu aku bahagia banget mendapatkan hadiah dari muridku yang namanya NIA berupa sandal bermerk "ECO". Ibunya Nia kerja di pabrik sepatu impor, hanya karyawannya saja yang boleh membeli dengan jumlah terbatas tiap tahunnya. Warnanya putih sol bawahnya hitam, nyaman banget dipakainya, enteng dan empuk.
Tak jauh waktunya aku juga mendapatkan tas warna putih dari kulit. Pas sepasang dan aku berdoa kedua barang itu akan aku pakai saat umroh. Aku gak tahu kapan itu umroh akan ku laksanakan karena sama sekali tidak terbayang biayanya. Sandal aku pakai hingga akan mendekati masa kerusakan, dan tas masih aku simpan. Ketika umroh terjadi Tas itu sudah bruduli dan klitnya lepas-lepas. Aku tak peduli karena memang itu nazarku maka tetap aku pakai sampa-sampai bajuku penuh dengan kulit tas yang lepas....heheh aku memang cuek dan tak peduli penampilan.
Doa yang kuingat
Hanya “ Ya Allah
Aku, keluargaku, temanku dan saudaraku semuanya ingin dekat denganMu maka
panggillah mereka semua ke sini, berilah mereka kemampuan untuk mengunjungi
rumahMu. Dan itu benar temanku selalu menginginkan hal yang seperti telah Allah
ijinkan aku ke sini apalagi bersama dengan orang tua pasti itu hal yang sangat
mereka idamkan. Setiap kali mereka membicarakan cita-cita selalu “Aku lo pingin
koyo U Asri”
Aku hanya
sedikit ingat doa titipan temanku yang bersifat dunia misalnya, U Nita minta
supaya tidak jadi guru tata boga, U kestik minta rumah, U Ira dan U Nina minta
tesisnya lancer, U laili minta Zakwan yang lagi opname sehat, Tim kelas 9
Unasnya lancer ilmunya barokah, teman suamiku bisnisnya lancer dan semua
hajatnya dikabulkan Alloh, Saat aku
bercerita di depan temanku di GHT beberapa diantara mereka terinspirasi dengan
kata-kataku padahal aku menyampaikanya dengan cengengesan, lugu dan memang itu
yang aku rasakan. Karena ingin membahagiakan Emakku yang sudah tua, semoga di
usia senjannya aku masih punya waktu lagi mengajak belliau berdua kembali ke
tanah suci dalam kondisi yang sehat. Betapa menyesalnya aku kalau sampai beliau
pada habis umurnya saya belum bias membawa ke Baitulloh. Aku tahu akan terus
menjadi kewajibanku untuk menghajikan beliau berdua selama aku masih mampu. Aku
melihat orang dengan kaki yang segede kelapa aja masih didorong untuk
melaksanakan Umroh apalagi kalau aku mampu maka aku mesti harus menghajikan
beliau berdua.
Persiapan ilmu
Malaikat pemberi buku doa
Selesai solat dhuha aku berdiam memandang kakbah di pojokan jalan, memungkinkan banyak orang yang lewat sampingku. Dalam hatiku, andai aku bisa membaca maksurot maka akan lebih banyak berdoa yang diajarkan Rosululloh. Padahal memandang saja sudah pahala, namun karena aku "kemaruk" ingin banyak doa maka aku mikir buku doa. Masyaalloh tiba-tiba ada seorang india yang ngasih aku buku. Setelah aku buka ternyata isinya bertuliskan arab dan india dan isinya mirip banget dengan bunyi al maksurot. Begitu dahsyatnya kakbah, mbatin saja langsung Alloh menggerakkan hati untuk mengabulkan keinginan kita.
HITUNG SEBESAR APA SEMANGAT JUANGMU
Bukan karena hidup yang engkau anggap tak bersahabat dengan dirimu, sehingga
engkau tak meraih banyak hal dalam perjuanganmu.
Bukan karena beban hidup yang engkau anggap terlalu berat dipundakmu , sehingga
engkau selalu mengeluh kesulitan hidup tidak pernah berhenti menghantammu
Ada baiknya engkau menengok jujur kedalam dirimu .
Dan kemudian menyadari sebesar apa SEMANGAT HIDUPMU.
Engkau membutuhkan SEMANGAT itu untuk maju.
Karena dengannya engkau akan sanggup mengatasi segala tantangan hidupmu.
Dengannya pula engkau selalu punya dorongan untuk terus melangkah ke depan
Ia adalah TENAGA KEHIDUPAN yang memberimu daya dorong dan daya dobrak perubahan
Engkau selamanya memerlukan SEMANGAT untuk bisa mewujudkan cita cita besar
hidupmu
Karena ia selalu membantumu untuk terus mendongakkan kepalamu pada langit
harapan mulyamu.
Dan dengannya engkau tidak bisa dihentikan oleh rintangan rintangan kecil
disepanjang jalan perjuanganmu
Ia adalah BARA KESADARAN didalam dadamu bahwa engkau harus memiliki kehormatan
besar dalam hidupmu.
SEMANGATMU kadang tumbuh dari besarnya RASA TANGGUNGJAWABMU.
Tanggungjawab untuk memulyakan ayah ibumu.
Tangungjawab untuk memajukan saudara saudaramu.
Tanggungjawab untuk membantu menaikkan derajat orang orang tercintamu.
SEMANGATMU juga selalu bisa kau munculkan dari RASA SUKAMU pada pekerjaanmu
Sebab dengan begitu pekerjaanmu akan bisa punya dampak agung bagi masa depanmu
Karena engkau selalu memikirkan hasil terbaik dari darah, airmata, dan keringatmu
yang menetes diatas jalan panjang pekerjaanmu dengan sukacita dihatimu.
Tetapi SEMANGAT mu tidak akan pernah bisa dibendung jika berhasil engkau gali
dari dalam jiwamu.
Dan engkau keluarkan dengan dasar rasa TERIMAKASIH, CINTA dan KESETIAANMU pada
TUHAN mu.
Semangat yang tumbuh dan muncul dengan cara seperti itu tidak mudah melemah
oleh bergantinya tempat dan waktu.
Sebab yang terngiang ngiang memanggilmu adalah TERIMAKASIHMU, CINTAMU, dan
KESETIAANMU pada PENCIPTAMU.
Dengan itu engkau akan takjub akan hasil hasil perjuangan hidupmu.
Karena SEMANGATMU ITU memberimu tenaga yang tak terkira dalam menghasilkan
karya karya luarbiasmu.
Subhanalooh aku merasakan
semangat itu begitu penting dalam kehidupan setiap makhluk, aku teringat saat kami
biologi angkatan 93 UNIBRAW bersama-sama ingin lulus aku berjuang untuk
menyelesaikan skripsiku. Aku kost di rumah pak kepala dusun Pak Slamet namanya.
Aku tidur, makan di di rumah tersebut dengan mendapat perlakuan yang sangat
hangat dianggap sebagai anak sendiri. Beliau mempunyai 3 orang anak, Yuli yang
pertama seorang pemuda lulusan STM, anak keduanya putri yang saat itu sebagai
siswa SMP kelas 2 dan Minah siswa SD. Ibu slamet beberapa tahun yang lalu
barusan datang dari bekerja sebagai TKI di Arab Saudi. Selama beberapa tahun beliau pergi menjadi TKI
ketiga anaknya bersama ibunya dan suaminya. Pagi-pagi aku bangun mbantu nyapu
rumah dan halaman, habis itu mandi dan sarapan pagi terus ke Balittas mengurusi
uler-uler yang akan aku bawa ke LIPI Jakarta. Pulang siang makan siang dan
sholat dhuhur habis itu pergi lagi ke Balittas bercengkerama bersama uler-uler
lagi. Pulang jam 5 sore duduk-duduk dan belajar kemudian tidur itu terus yang
kulakukan selama 2 bulan. Sekali waktu aku ke kampus untuk berkonsultasi dengan
dosen pembimbingku Pak Bagyo. Beliau setanah air denganku yaitu Blitar daerah Sanan
Wetan. Bapak beliau adalah kepala sekolahku di SMP 3 bapak Isman.
Juga mengurusi kegiatan di masjid
Raden Patah sebagai ketua Mentoring putri.
Mencari buku literature, mengaji halaqoh. Sampai hari sabtu aku
persiapan pulang ke Blitar. Aku paling ingat kalau tidak sempat pulang ke kost
maka aku beli pangsit di depan balitas kemudian aku minum kratingdaeng.
Aktifitasku yang seperti itu ternyata membuatku capek dan akhirnya aku terkena
penyakit tipes dan TBC. Sebenarnya sudah kurasakan sejak 2 bulan tapi karena
semangatku untuk lulus bersama.Maka sakit itu tidak kurasakan dan akhirnya
begitu ketemu dokter aku langsung di suruh opname. “ Dok saya ini mau ujian
Skripsi dan wisuda bersama-sama angkatan saya” Opname kujalani selama 17 hari
dengan kondisi yang sangat lemah dan badan tinggal balung dengan kulit
bernafaspun aku kesulitan walaupun tidak sempat dioksigen tapi aku sempat
ngosngosan bila bergerak melangkah 2 kaki saja.