Riza=aku
Berberaka kali tertunda untuk mengunjungi Riza. Sabtu tiba-tiba mendapat undangan untuk seminar MembaTIK, ahad berikutnya tiba-tiba juga jadwal mengunjungi Kembar, akhirnya tertunda lagi. belum lagi aku harus merayu abi yang menyamakan dirinya dengan siapa saja. "Aku saja kuliah gak pernah pulang", gak pernah kangen dan gak pernah pingin pulang. Itu pemikiranya abi yang sering memaksakan pikirannya pada kami. Beda dengan aku, sering kangen dengan emak dan bapakku, kalau sudah kangen rasanya lemes, gak bisa mikir, emosian, gak konsentrasi dan obatnya hanya aku pulang. Aku bertemu emak dan berbincang dengan bapak itu bisa menyembuhkannya. Makan masakan emakku sudah bisa mengembalikan energi sehingga lemesku hilang.
Aku berpikir, saat Riza kangen dia bicara emosi, lemes, dan itu mirip aku banget. "Abi seh gak pernah merasakan jenuhnya mondok" Sebuah kata-kata yang menohok hatiku. Aku sampaikan ke abinya, alhamdulillah dia mau antar kami ke Situbondo. Aku sempat berpikir, sebenarnya ada apa ya anak ini, HP sudah ada tiap sabtu, sangu juga sudah dikirim, apakah karena dia jenuh ingin pergi dari pondok untuk sekedar jalan-jalan?
Akhirnya aku berhasil mengunjungi Riza walaupun 2 minggu berikutnya adalah jadwal untuk pulang. Namun aku saat itu berpikir bahwa rasa kangen itu membuat waktu berjalan lambat dan sebaliknya 1 hari pun akan sangat kita nanti saat akan pulang dan 1 jam pun sangat berarti saat akan kembali belajar. itu yang menjadi perasaanku hingga emak bapakku sedo. aku masih sangat memperhitungkan waktu. kalau pulang aku ingin cepat sampai rumah, makan masakan emak sehingga aku gak akan makan di warung manapun. Saat aku kembali ke surabaya aku manfaatkan waktu hingga maksimal aku bisa sampai Surabaya malam hari dan tinggal tidur.
Riza ternyata benar-benar kangen dan hanya ingin ketemu kami bertiga. Kami sampai Situbondo sarapan, kemuidan hingga ashar kami berada di masjid dekat pondok. Kami tidak ke mana-mana. Kami berbincang, memberi motivasi, mendoakan. Riza menceritakan kondisi pikirannya saat ujian " hanya 10 pertanyaan saja membuat dia deg-degan dan akhirnya abinya menyuruhnya belajar lagi" "Artinya aku belum lulus Mik". Aku merangkul Riza yang tingginya melebihi abinya dan aku hanya sedagunya. Aku peluk sambil aku bayangkan dia sudah menjadi pimpinan Ponpes di tanah warisan ortuku di Blitar. Aku bayangkan dia menjadi kyai seperti cita-cita bapakku, mempunyai cucu kyai.
Aku katakan "I love You Le"
Bertemu dengan seseorang yang kita cintai adalah energi baru yang menguatkan
BalasHapus