Laba 500 repes? Never Mind
Suatu Siang, ketika sedang ber-jalan² dg seorang teman di pinggiran Kota, kami melihat seorang pria tua dg pakaian yg kumal berusaha menawarkan sayuran, namun sayuran² itu tampaknya seperti daun² yg mulai mengering, warnanya ke-kuning²an dan ber-lubang² bekas gigitan serangga. Teman saya, tanpa mengatakan apapun , membeli tiga ikat sayuran sekaligus . Orang tua itu dg sangat menyesal menjelaskan : "Sayuran ini adalah tanaman saya sendiri, hujan tdk turun beberapa waktu yg lalu hingga sayurannya mulai menguning, saya sangat menyesal"
Setelah kami berlalu, saya tanya teman saya : ''Apa kamu akan memakan sayuran ini dirumah ?
Teman saya berkata : Tidak, sayuran ini tdk bisa di makan lagi ...
Lantas kenapa kamu beli ???
Karena sayuran itu tdk akan dibeli oleh siapa pun juga. Jika saya tdk membelinya, orang tua itu mungkin tdk akan mendapat penghasilan apapun hari ini.
Sangat terkesan dg kebaikan hati teman ini, sayapun kembali ketempat orang tua itu dan membeli sisa sayurannya yg masih ada. Orang tua itu berkata dg gembira, "Saya menjual semua sayuran saya sampai tak bersisa hari ini ... ' Terima kasih atas pembelian Anda ... "
Walaupun sayur yg dibeli tdk bisa utk dimakan, saya memetik satu pelajaran yg berharga .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
Duluuu aku matre "laba yo minimal 5000 ato sekalian aku kasihkan aja deh gratis". Itu prinsipku dulu bahkan kalau ada barang murah rasanya menyesal kalau tidak aku beli. Sampai dalam mimpi pun aku mimpi memborong sesuatu karena ingat barang itu bisa aku bagikan ke orang lain. Bukan mimpi mendapat laba besar...hehehe.
Aku mengamati perilaku pembeliku yang ketika selisih 500 repes saja mereka mundur "menunggu harga turun". Hal ini aku buktikan saat sehari selanjutnya harga aku turunkan 500 mereka berbondong-bondong membeli. Masyaalloooohhh....belajar menngamati perilaku pembeli, belajar menjadi pebisnis...hehehe.
Membaca dan berdiskusi dengan bunda Sugie, personel Magnet Rezeki " berdagang itu yang terpenting adalah menyenangkan orang, itu berpahala". Aku membantah "bukannya berdagang itu hal yang wajar, kalau terjual ya senang, masak membawa pahala?" Beliau menjelaskan bahwa membuat senang karena dagangannya laku itu dapat mengalirkan pahala juga. Jadi teringat saat aku jualan baju anak, celana anak dari kain perca yang harganya 500 aku jual 750, saat laku 1 biji saja senangnya bukan main. Saat ada orang melintas selalu berharap dibeli....ya Alloh dek jaman semono....mengenaskan. Itulah yang mengubah mind setku sehingga aku rela menjadi jembatan untuk temanku Rosy. Aku tidak mendapat untuk gak mengapa asal temanku senang dan tetanggaku penjaringan senang dapat harga murah.
"Bu Asri, makasih ya sudah dibantu jualkan dagangan saya yang menggunung di rumah. Suami saya senang sampai saya diciumi". Masyaalloh terharu saya membaca WA nya Rosy. Dia senang memanfaatkan shopi dan markeplace lainnya untuk mendapatkan harga murah dan bisa dijual di tetangga dan teman-temannya. Dia awalnya tidak PD menawarkan barangnya hingga menumpuk berbagai barang di rumah, otomatis uang juga berhenti. Hal itu membuat suaminya agak keberatan "harusnya uangnya kan bisa buat beli susu".
Sejak itulah aku ubah mind set berpikirku " Aku berjualan untuk mengikuti sunnah rosulku, laba sedikit gak masalah itu adalah jalan ikhtiarku menjemput rezeki dan rezeki bukan hanya uang 500 repes namun lebih dari itu adalah keberkahan dan mengikuti junjungan idolaku semoga aku bisa bertemu beliau seperti aku bertemu idolaku yang lain yaitu ustdh Yusuf Mansur......Aamiin. Bahkan kalau sudah terlanjur aku promokan dan harga naik, ya aku patok harga awal saja gak apa aku rugi, aku anggap sedekah sirri ke tetangga dan sodara.....jadiiiiii "banyakin niat baik" begitu dhawuhnya Ustd Solah guru taklim Rungkut.
*Ketika sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, maka dia menginginkan sebuah KARUNIA, yaitu sebuah Keajaiban atas diri kita.....
Namun ketika kita MAMPU, apakah kita bersedia menjadi siPEMBUAT KARUNIA KEAJAIBAN ITU bagi yang lainnya.....?