Scenario Planing dan Contingency Strategies
oleh Prof Dr. Bambang Tjahyadi
$P dalam marketing : Pruduct, Price, Promotion, Place. Konsumen yang sensitif price yaitu ketika naik harga dikit dia pindah tempat membeli. Misalnya Produk air asia, Jet star, Cytilink itu lebih murah maka wajar saja kalau sering terlambat. Penerbangat yang mahal akan memberikan service yang excelen dan tepat waktu. Orang berduit tidak sensitif price sehingga memilih kenyamanan, kebersihan dll.
Skenario memilih jodoh : ada kreteria misalnya 1 sampai dengan 10, ada alternatif laki-laki 3 orang, maka langkah selanjutnya adalah mencocokkan alternatif laki-laki yang ada dengan kreteria.
Menjual rokok merk gudang garam lebih mudah dengan merk lain karena gudang garam sudah punya pelanggan, maka merk lainnya itu berperang di benaknya pelanggan. Solusinya harus marketing yang agresif sehingga bisa memenangkan nama di benak pelanggan.
Strategi marketing dengan membuat deferensiasi produk sehingga bisa menbidik pasar premium yang tidak sensitif terhadap harga (harga berapapun dibeli asal nyaman dan bergengsi). Deferensiasi produk Meliputi pada : kualitas produk, citra produk, service dalam melayani pelanggan. Citra produk bisa dibangun dengan meningkatkan kualitas.
Misalnya gula ditaroh karng dengan di kemas yang bagus seperti gulaku maka harganya akan lebih mahal dan itu akan dibeli para ibu yang tidak sensitif price karena merasa lebih manis, lebih higenis. Karena disisipkan informasi di produk sehingga mengedukasi pembeli.
Membeli kopi di warung kaki 5 harganya 5000 sedangkan di excelso harganya 50k, hal ini karena pelanggan yang masuk excelso memiliki gaya hidup, membeli suasana, memiliki bran berupa nama dan makna/meaning sehingga bisa menyasar pelanggan kelas atas yang sudah tidak sensitif dengan price. Memberikan informasi pada pelanggan dengan pemrosesan kopi yang bersih dan higenis.
Al Hikmah sering di kenal sebagai sekolah mahal, itu orang yang sensitif price. Walaupun mahal beda. Maka harus diciptakan pembeda. Jangan jualan pada orang yang price sensitif. TK Al Hikmah menciptakan pembeda dengan program menuntaskan ketuntasan perkembangan psikologi. Jadi harus bisa menemukan dan mengkomunikasikan perbedaan dengan sekolah lainnya. Jika tidak ada pembeda maka lama kelamaan akan sulit mencari siswa.
Pelanggan tidak puas karena deferensiasi yang diberikan ternyata tidak sesuai.
Untuk meningkatkan kualitas maka inputnya harus lebih baik, sehingga jika diberikan program akan bisa meningkatkan kualitas dengan lebih mudah dari pada input siswa yang kemampuannya bias sehingga outputnya juga menjadi kualitas yang biasa. Kualitas output itu akan memberikan branding/deferensiasi tersendiri buat sekolah tersebut. Ada juga yang berdeferensiasi dengan input yang tinggi misalnya IQ minimal 120, maka jika tidak 120 tidak diterima hal ini jika diterima di sekolah tersebut akan menjadi branding/diferensiasi tersendiri.
Marketing berpacu pada produk oriented atau konstumer oriented ini pilihan organisasi/pengusaha. Jika produkmoriented seperti IPhone maka dia berani mendidik pasar dengan inovasi yang berbeda sehingga Iphone bisa maju. Pasar yang dibidik menengah atas maka harus mengetahui kebutuhan pasa menegah atas bukan untuk memenuhi kebutuhan produsen. Intinya kalau mau sesuai keinginan produsen harus bisa mendidik pasar dengan perbedaan dan perbedaan itu merupaka terobosan baru yang dibutuhkan maka akan sukses. Dalam memasarkan barang ada 2 hal : yakin produk kita baik maka harus mendidik pasar, atau research pasar dulu untuk meliah kebutuhan pasar. TK Al Hikmah survei pasar dan memasak bareng dengan wali murid maka membuat program bahasa inggris dengan 1 minggu 1x bahasa inggris hal ini sebagai diferensiasi al hikmah dengan TK kompetitor.
Era globalisasi maka perlu ditambahkan bahasa asing, sesuai kebutuhan pasar.
Kolaborasi adalah kerjasama dua pihak yang bertujuan mencapai hal yang sama. Kolaborasi diperlukan karena resources tidak mencukupi. Berkolaborasi dengan universitas dalam negri maupun luar negri. Hal ini juga meningkatkan defeensiasi. Paling penting adalah kolaborasi dengan konsumen. Misalnya piza mau toping apa? Sesuai dengan harapan konsumer. Memasak bersama dengan konsumer, menciptakan produk bersama-sama. Tidak semua usulan wali murid di layani namun dari wali murid yang memiliki kompetensi, sehingga produk ini kolaborasi ortu dengan wali murid. (masakan dalam artian program)
Kolaborasi menuntut untuk menyatukan perspektif yang berbeda. Jika dalam organisasi tidak bisa menyatukan perspektif maka kolaborasi akan sulit terjadi.
Tantangan dan strategi dalam kolaborasi :
1. kareakteristik individu
2. Coopetition (competistion dan cooperation) Lawan yang diajak kerjasama. Daripada berebut konsumen, perang maka competitor diajak kerjasama. Saya hebat dalam hal menulis kompetitor hebat dalam berbicara, maka kedua orang tersebut saling berkolaborasi. Misalnya berkolaborasi dengan universitas.
3. pelatihan dan mindset kolaboratif
Pelanggan selain jadi pendakwah juga jadi pengkutbah yang memperkenalkan produk kita. Siapapun guru jadi marketing yang harus ada SOP nya sehingga pemahamannya sama dengan guru lainnya dan juga orang lain yang menjadi target marketing kita.
Blue ocean : kualitas bagus harga murah, hemat biaya veluenya naik. Banyak perusahaan yang berhasil namun ada yang gagal karena velunya tidak diterima pasar.
Sucec stroy yang kita punya kita berikan pada orang lain itu tidak menjadi masalah, Al Hikmah memberikan strateginya namun tidak selalu yang diberi strategi itu lebih sukses karena kemampuan eksekusi tiap lembaga itu berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar