Jumat, 17 September 2021

Isinan tapi isengan

 


Isinan tapi isengan

Itulah aku saat TK, untuk anak-anakku tidak ada yang menurun ke gocian ku. Aku tidak berani sekolah sendiri. TK ku di rumahnya bapak carik desa sumberjo. Bu carik guru TK ku yang menjadi idolaku karena beliau sabar terhadap aku yang gocikan. Aku sekolah selalu didampingi emak di dalam kelas, kalau ditinggal aku nangis. Tiap hari seperti itu sehingga emak meminta tolong mas puji untuk mendapingiku ke sekolah. Mas Puji iseng, aku ditinggal sembunyi di bawah bangku maka nangislah aku.

Aku juga gocik kalau ketemu sama pak Lik Marsid, aku takut. Aku sembunyi di belakang emakku, kalau pas beliau ke rumah aku sembunyi di balik pintu, padahal beliau kalau datang bersama Bu Lek Kiti selalu membawa oleh-oleh Chiki bals yang hanya aku bisa makan ketika bulek Kiti yang membelikan. Harga Chiki bals menurut emakku mahal sehingga aku tidak pernah dibelikan. Chiki Bals iku jajane cah kutho. Aku berhenti takut pada beliau setelah SD dan Ketika SMA 1 aku sering menginap di rumah beliau yang dekat dengan SMA 1. Aku akrab dengan keluarga beliau. Aku pertama kali masuk salon dengan bulek Kiti, di salon Karya Ayu di depan SMPN 1. Rambutku dipotong dan di blow, disemprot dengan air yang wangii seakan 1 minggu aku eman kramas…heheheh. Itulah gaya hidup keluarga pak lik Marsid yang saat itu Makmur sebagai pegawai Bea Cukai.

Dibalik penakutku, aku pemberani, tapi berani dalam kenakalan. Aku selalu iseng dengan pembelinya toko mak Ten. Mbah Misri Namanya, tanpa alasan aku membenci dia, setiap kali beliau belanja dengan memakai tas yang ada manik-maniknya mesti aku cabutin manik-maniknya. Entah apa kata beliau saat itu, isengan aku.

Saat SD aku sudah mulai tidak isinan, aku lebih percaya diri karena sering di mintai tolong mengerjakan tugas sama wali kelasku Bu Herni saat aku kelas 2 dan bu Darsih saat aku kelas 4. Hal itu yang membuatku percaya diri dan selalu menjadi rangking 3. Rangking 1nya mbak Dwi yang tak terlakahkan. Rangkin 2 dan 3 antara aku, Teti Yunita kadang Eko Purwati.

SMP aku menjadi anak minderan lagi, karena teman-temanku cantik dan bocah kutho, sebaliknya aku merasa elek, bluthuk dan ndeso. Temanku hanya 4 orang yang aku singkat ETSA Eri, Tutik, Sri dan Asri. Kelompokku ini bertahan hingga SMA karena semua masuk SMA 1. Namun eri masih tetap pendiam, Tutik menjadi makin pemberani dan agresif terhadap cowok hingga dia mengalami LKMD (Lamaran Keri Meteng Dhisik) dan Sri makin amburadul karena keluarganya broken home. Aku, makin menyadari bahwa pemaluku ini tidak akan membuahkan hasil.

Aku bekonsultasi dengan guru BK ku Pak Agus dan beliau berusaha mencarikan cara supaya aku bisa berlatih berani. Maka aku dicalonkan menjadi ketua MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas). Aku berhasil menjadi ketuanya, walaupun masih sering glagepen kalau memimpin rapat. Perkembangan psikologiku diamati dan dibimbing oleh beliau, masyaalloohhh guru yang tak terlupakan jasanya.

Kuliahpun aku masih pemalu. Aku berusaha menghilangkan rasa itu dengan mengikuti berbagai kegiatan. Perlombaan karya ilmiah mahasiswa bersama dengan Anisa Rahmawati yang sangat percaya diri. Saat lomba aku berbicara sambal terbata-bata karena grogi. Alhamdulillah kami berhasil meraih juara 1 se Universitas Brawijaya. Aku berusaha mengikuti langkahnya dan dia dengan sabar juga selalu menemaniku hingga aku jadi manten dia juga datang bersama anaknya yang masih umur 2 tahun.

Semester 2 aku ikut juga di UAKI (Unit Aktivitas Kerohanian Islam) bersama Laila Al Qodri yang sangat percaya diri dan dominan. Dia juga selalu sabar membimbingku hingga aku dikader menjadi ketua Mentoring Putri berpatner dengan ketua Umum Ahcmad Lutfi Tunggul Baroto. Aku grogi juga Ketika naik podium untuk memberikan ucapan sambutan pada mahasiswi baru. Aku diajari untuk mengajukan proposal kegiatan di Gedung pusat. Aku ditemani saat mengajukan proposal menjadi pemateri mentoring. Aku diajak untuk mengerjakan penelitiannya di Gondang legi hingga kami jatuh bersama dari sepeda motor. Alhamdulillah aku sehat hanya luka-luka ringan. Lela sempat mengigau dan memanggil kekasihnya “Mas Aziz”

Menjadi guru, aku juga masih tidak percaya diri. Aku jarang mengajukan usul-usul, cenderung diam dalam forum. Namun aku selalu berusaha menghilangkan rasa itu dengan mencari kelebihanku. Mengikuti berbagai lomba dan juga berbagai seminar. Alhamdulillah meskipun sudah berhasil di beberapa kali lomba rasa minder ku tidak bisa hilang semuanya, masih saja aku merasa kurang percaya diri…mungkin memang sifat asliku seperti itu.

Isengin muridku dengan mem PIN di zoom saat ujian atau pembelajaran. Muridku sering dan banyak yang kurang percaya diri. Setiap pembelajaran diminta On camera namun meraka sering off camera, kalaupun on camera hanya terlihat ujung kepalanya saja, nah saat seperti itu aku PIN sehingga terlihat dominan di layer dan setelah dia sadar pasti kaget “Uh kenapa aku?” saat itulah aku sapa mereka, dan mereka membenarkan posisinya sambal tersenyum malu “nah gitu dong jadi kliatan cantik”, “nah gitu dong jadi kliatan ganteng” tambah tersipu mereka. Aku tahu anak ABG sebenarnya suka mengaca untuk melihat dirinya cantik ato ganteng dan suka dipuji walaupun malu2 tapi mau.

Isengan saat zoom rapat aku memakai virtual background namun tidak menggunankan green screen sehingga wajahku tidak terlihat dan alhamdulillah aku bisa sambal makan, minum….hehe, lha daripada mematikan video kan tidak sopan karena dalam forum rapat. Hal itu sering aku nasehatkan ke muridku….ternyata ad acara cerdas dari zoom….makasih ya zoommm.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar