Isinan tapi
isengan
Itulah
aku saat TK, untuk anak-anakku tidak ada yang menurun ke gocian ku. Aku tidak
berani sekolah sendiri. TK ku di rumahnya bapak carik desa sumberjo. Bu carik
guru TK ku yang menjadi idolaku karena beliau sabar terhadap aku yang gocikan.
Aku sekolah selalu didampingi emak di dalam kelas, kalau ditinggal aku nangis.
Tiap hari seperti itu sehingga emak meminta tolong mas puji untuk mendapingiku
ke sekolah. Mas Puji iseng, aku ditinggal sembunyi di bawah bangku maka
nangislah aku.
Aku
juga gocik kalau ketemu sama pak Lik Marsid, aku takut. Aku sembunyi di
belakang emakku, kalau pas beliau ke rumah aku sembunyi di balik pintu, padahal
beliau kalau datang bersama Bu Lek Kiti selalu membawa oleh-oleh Chiki bals
yang hanya aku bisa makan ketika bulek Kiti yang membelikan. Harga Chiki bals
menurut emakku mahal sehingga aku tidak pernah dibelikan. Chiki Bals iku jajane
cah kutho. Aku berhenti takut pada beliau setelah SD dan Ketika SMA 1
aku sering menginap di rumah beliau yang dekat dengan SMA 1. Aku akrab dengan
keluarga beliau. Aku pertama kali masuk salon dengan bulek Kiti, di salon Karya
Ayu di depan SMPN 1. Rambutku dipotong dan di blow, disemprot dengan air yang
wangii seakan 1 minggu aku eman kramas…heheheh. Itulah gaya hidup keluarga pak
lik Marsid yang saat itu Makmur sebagai pegawai Bea Cukai.
Dibalik
penakutku, aku pemberani, tapi berani dalam kenakalan. Aku selalu iseng dengan
pembelinya toko mak Ten. Mbah Misri Namanya, tanpa alasan aku membenci dia,
setiap kali beliau belanja dengan memakai tas yang ada manik-maniknya mesti aku
cabutin manik-maniknya. Entah apa kata beliau saat itu, isengan aku.
Saat
SD aku sudah mulai tidak isinan, aku lebih percaya diri karena sering di mintai
tolong mengerjakan tugas sama wali kelasku Bu Herni saat aku kelas 2 dan bu
Darsih saat aku kelas 4. Hal itu yang membuatku percaya diri dan selalu menjadi
rangking 3. Rangking 1nya mbak Dwi yang tak terlakahkan. Rangkin 2 dan 3 antara
aku, Teti Yunita kadang Eko Purwati.
SMP
aku menjadi anak minderan lagi, karena teman-temanku cantik dan bocah kutho,
sebaliknya aku merasa elek, bluthuk dan ndeso. Temanku hanya 4 orang yang aku
singkat ETSA Eri, Tutik, Sri dan Asri. Kelompokku ini bertahan hingga SMA
karena semua masuk SMA 1. Namun eri masih tetap pendiam, Tutik menjadi makin pemberani
dan agresif terhadap cowok hingga dia mengalami LKMD (Lamaran Keri Meteng
Dhisik) dan Sri makin amburadul karena keluarganya broken home. Aku, makin
menyadari bahwa pemaluku ini tidak akan membuahkan hasil.
Aku
bekonsultasi dengan guru BK ku Pak Agus dan beliau berusaha mencarikan cara
supaya aku bisa berlatih berani. Maka aku dicalonkan menjadi ketua MPK (Majelis
Permusyawaratan Kelas). Aku berhasil menjadi ketuanya, walaupun masih sering
glagepen kalau memimpin rapat. Perkembangan psikologiku diamati dan dibimbing
oleh beliau, masyaalloohhh guru yang tak terlupakan jasanya.
Kuliahpun
aku masih pemalu. Aku berusaha menghilangkan rasa itu dengan mengikuti berbagai
kegiatan. Perlombaan karya ilmiah mahasiswa bersama dengan Anisa Rahmawati yang
sangat percaya diri. Saat lomba aku berbicara sambal terbata-bata karena grogi.
Alhamdulillah kami berhasil meraih juara 1 se Universitas Brawijaya. Aku
berusaha mengikuti langkahnya dan dia dengan sabar juga selalu menemaniku
hingga aku jadi manten dia juga datang bersama anaknya yang masih umur 2 tahun.
Semester
2 aku ikut juga di UAKI (Unit Aktivitas Kerohanian Islam) bersama Laila Al
Qodri yang sangat percaya diri dan dominan. Dia juga selalu sabar membimbingku
hingga aku dikader menjadi ketua Mentoring Putri berpatner dengan ketua Umum
Ahcmad Lutfi Tunggul Baroto. Aku grogi juga Ketika naik podium untuk memberikan
ucapan sambutan pada mahasiswi baru. Aku diajari untuk mengajukan proposal
kegiatan di Gedung pusat. Aku ditemani saat mengajukan proposal menjadi
pemateri mentoring. Aku diajak untuk mengerjakan penelitiannya di Gondang legi
hingga kami jatuh bersama dari sepeda motor. Alhamdulillah aku sehat hanya
luka-luka ringan. Lela sempat mengigau dan memanggil kekasihnya “Mas Aziz”
Menjadi
guru, aku juga masih tidak percaya diri. Aku jarang mengajukan usul-usul,
cenderung diam dalam forum. Namun aku selalu berusaha menghilangkan rasa itu
dengan mencari kelebihanku. Mengikuti berbagai lomba dan juga berbagai seminar.
Alhamdulillah meskipun sudah berhasil di beberapa kali lomba rasa minder ku
tidak bisa hilang semuanya, masih saja aku merasa kurang percaya diri…mungkin
memang sifat asliku seperti itu.
Isengin
muridku dengan mem PIN di zoom saat ujian atau pembelajaran. Muridku sering dan
banyak yang kurang percaya diri. Setiap pembelajaran diminta On camera namun
meraka sering off camera, kalaupun on camera hanya terlihat ujung kepalanya
saja, nah saat seperti itu aku PIN sehingga terlihat dominan di layer dan
setelah dia sadar pasti kaget “Uh kenapa aku?” saat itulah aku sapa mereka, dan
mereka membenarkan posisinya sambal tersenyum malu “nah gitu dong jadi kliatan
cantik”, “nah gitu dong jadi kliatan ganteng” tambah tersipu mereka. Aku tahu
anak ABG sebenarnya suka mengaca untuk melihat dirinya cantik ato ganteng dan
suka dipuji walaupun malu2 tapi mau.
Isengan
saat zoom rapat aku memakai virtual background namun tidak menggunankan green
screen sehingga wajahku tidak terlihat dan alhamdulillah aku bisa sambal makan,
minum….hehe, lha daripada mematikan video kan tidak sopan karena dalam forum
rapat. Hal itu sering aku nasehatkan ke muridku….ternyata ad acara cerdas dari zoom….makasih
ya zoommm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar