Rumah Dinas
Sharing di Forum Musrif/Musrifah 7 Februari 2024
Seminggu yang lalu telah ditunjuk untuk menjadi pengisi sharing di forum Musrif dan Musrifah. Saat itu tidak terlalu tegang karena tidak ada U Mim guru dan pimpinan kami. Namun pagi ini ada beliau bersama kami. Wah agak deg degan juga karena disimak oleh beliau. Aku berpikir mungkin kata-kataku tidak akan banyak berguna.
Motivator kesatu adalah ustd Akmal yang menceritakan tentang optimisme sahabat saat perang harus menggali parit yang aslinya tanah berbatu. Sahabat sudah pesimis bisa menggali batu, namun Rosululloh tetap optimis dan tidak memerintanhkan untuk membelok, namun lurus saja. Rosululloh meminta cangkul sahabat untuk memberikan contoh menggali. Alhamdulillah ya memang Rosululloh dengan mukjizatnya maka bisa tercipta parit yang lurus. Jaman Romawi yang saat itu islam sedang terpuruk, maka karena optimisme pemimpinnya sehingga islam jaya kembali.
Motivator kedua, ustad Thoriq yang menghimbau untuk kita saling berkasih sayang dan bersatu. Saat itu U Mim sedang keluar. Lega dikit hatiku, mungkin beliau akan ada urusan dan tidak kembali. Lah pas giliranku, beliau hadir lagi. Yah agak gimana gitu. Musrifah lainnya juga berharap aku tampil minggu depan sehingga giliran putri juga akan mundur. Aku terima saja mic dan aku bilang "motivatornya sudah 2 kalau ditunda minggu depan saja bagaimana ustd?". "Ya, minggu depan diulang lagi" begitu U Mim menjawab. Yo wes lah gak apa sekarang atau besok tetap harus dijalani. Alhamdulillah sudah tidak ada degdegan dan gemetaran ketika aku mulai bicara.
Alhamdulillah setelah selesai sharing U Mim memberikan arahan cara berbicara itu di mulai dari pembukaan yang saya angkat yaitu fakta, dan kemudian isi setelah itu penutup berupa kesimpulan bahwa rumah dinas itu analogi dunia kita. Alhamdulillah tidak mbuleti dalam aku berbicara. Walaupun seakan kata-kata itu meluncur begitu saja. Mari ikuti tulisan san sharing saya yang lebih lengkap dibandingkan kata-kata saya yang meluncur secara spontan.....
Aku awalai dengan minta maaf karena aku tidak sepandai teman-teman yang lainnya dalam hal membacakan dalil, namun aku bercerita dari pengalaman dan perenungan dalam kehidupanku.
Saya pindah dari rumah saya di Surabaya itu adalah pergi dari zona nyaman saya. Yang saat itu saya merasa " inilah hidup yang saya inginkan" Semua keruwetan momong fisiknya 5 anak sudah selesai. Saya pindah ke boarding dan menginap di asrama putri jika suami tidak ada di Batu. Menginap di asrama putra dengan terlebih dahulu ijin pada beberapa pimpinan yang menempati kamar tersebut secara bergantian. Menghubungi koordinator musrif Ustd Adi untuk meminta ijin sehingga sedikit aman. Begitulah rasanya dipan dan kasur yang dipakai bersama dengan berbagai aroma. Saya selalu membawa parfum, sarung bantal dan seprei sendiri, karena jika ada bau yang kurang sedap aku tidak bisa tidur.
Belum lagi kamar yang tidak ada kuncinya, wah sangat takut tiba-tiba di buka orang. Dan, beneran 2 kali di buka orang. Yang pertama saat itu kamarnya salah seorang ustad secara bersama, entah karena tidak diberi tahu atau lupa kamar itu tiba-tiba dibuka, untung aku janggeli dengan tas. Wah sama-sama kagetnya. Yang kedua saat tidur di UKS, mungking dikira siswa sakit akan dibangunkan ustadnya, dibuka juga, untung aku janggel dengan meja ruang makan.
Saat itu aku tidak pulang ke Surabaya karena takut sewaktu-waktu dipanggil pimpinan dan harus menyelesaikan suatu hal di sekolah. Namun saya merasa seribet itu ijinnya untuk mendapatkan kamar tidur buat kami berdua. Selain malas ijin saya juga mau refresing, menghilangkan suasana hati yang kerja terus maka kami sepakat untuk menyewa hotel, Red doorz, Oyo hingga terpasang aplikasinya di HP suamiku. Kalau memilih hotel bisa tidak sesuai mencari hotel yang lain. Saat pakai aplikasi maka harus dibayar di depan ya sudah apapun kondisinya harus tetap ditempati. Pernah kamar mandi kotor, ada lagi kasur lembab. Ada lagi kamar bau rokok. Ada juga bau keringat...wah pengalaman berbagai suasana deh.
Yaahh, tipe saya dan suami berbeda. Suami bisa tidur saja dalam kondisi apapun, lha saya harus benar-benar nyaman, maka 3 barang itu (parfum, seprei dan sarung bantal) selalu akusiapkan jika keluar sekolah. Pernah mengunjungi Vila Bunga di dekat Baloga, wuiihhh kotor dan suamiku sudah capek baru datang dari Surabaya. Saat itu sudah jam 22.00, untuk ustd Adi masih bisa dihubungi akhirnya kembali ke asrama waka. Pernah juga di rumah yang nyaman karena rumah tersebut dirawat oleh pemiliknya sendiri yang pensiunan BRI. Namun jika diulang di aplikasi pasti harganya sudah tidak promo lagi jadi harganya semalam bisa 150k sd 200k . Dari situ kepikiran pingin punya investasi rumah kost.
Sejak penuh lika-liku itu dan kondisi sekolah serta asrama sudah banyak gurunya, aku mencoba mencari solusi lain yaitu pulang dengan naik bis. PP 50k dan bisa bersosialisasi dengan tetangga dan yang terpenting aku bisa sambang anak kembar di Sidoarjo dan Pasuruan. Tidak kalah pentingnya aku selalu ziarah ke makam ibu mertuaku di sebelah rumah. Aku niatkan untuk berbakti pada beliau insyaalloh perjalanan ku PP lancar.
Saat sebelum berangkat ke Batu, teman-teman saya menyuruh saya meminta rumah dinas, namun saya tidak mau. Sahabat saya Usth Susi salah satunya yang merasa prihatin kalau saya harus mondar-mandir dan LDR sama suami saya. Saya hanya yakin kalau pimpinan saya pasti memikirkan hal itu. Alhamdulillah tanggal 17 Agustus 2023 aku memasuki rumah dinas dengan tanpa perabotan, peralatan seadanya sambil menunggu perabot. Sabar saja, saya hanya butuh tempat ini untuk melepaskan jilbab saya supaya tidak ketombean. Selebihnya saya banyak di asrama siswi, di sekolah.
Alhamdulillah rumah sudah di bersihkan oleh CS dan perabot sudah ada meja kursi, lemari baju dan dipan. Aku tidak membutuhkan banyak barang, karena hidup saya di sini hanya menumpang, kebanyakan waktu untuk bersama murid. Namun ku bersyukur sampai-sampai semua permukaan lantai rumah aku pakai untuk solat tanpa sajadah. Aku juga pernah bernadzar jika punya rumah baru akan tidur di ubin minimal semalam. Alhamdulillah walaupun itu rumah dinas aku menempati dalam kondisi bersih walaupun tidak 100 persen baru.
Aku bersyukur setiap saat, dengan membersihkannya, merawat dan menjaga perabotnya. Namun aku tetap ingat ....ini rumah dinas yang suatu saat kapanpun tugasku berakhir akan harus dikembalikan. Maka dari itu aku hanya membawa barang yang aku butuhkan. Sampai saat teman pengajian JTM datang aku tidak punya piring. Aku berpikir saat aku kembali tidak bertugas tidak banyak barang yang harus aku bawa kembali.
Keadaanku di rumah dinas ini, tidak jarang orang berkomentar "Enak ya ustadah Asri, dikasih rumah dinas". Aku membalas "Alhamdulillah, sampeyan mau ta ke sini, ayok". Namun sejatinya rumah dinas adalah petunjuk Alloh supaya lebih mendekatkan diri pada Nya, lebih sadar bahwa kematian itu pasti ada...huhuh nangis aku nulis ini.
Rumah Dinas, itulah analogi dunia yang aku tempati sekarang. Kita di dunia melaksanakan tugas di sekolah ini sebagai karyawan Al Hikmah. Tugas di dunia sebagai kholifah ni sebagai hambaNya sebagaimana aku melaksanakan tugas dari YLPI, harus bersyukur dengan karuniaNya, menjaganya, memanfaatkannya. Namun tetap ingat pasti kita akan kembali kepadaNya. Semua yang kita nikmati di dunia, seakan kita miliki sejatinya hanyalah pinjaman Alloh untuk dimanfaatkan sebagai sarana melaksanakan tugas di dunia nyata maupun dunia kerja. Beramalllah di dalam menjalankan tugas, jangan menumpuk barang yang tidak perlu, amalkan barang yang kau miliki untuk kebaikan diri dan kemanfaatan orang lain yang membutuhkan.
Amalkan tenaga, waktu, ilmu untuk kebaikan semaksimal yang aku bisa lakukan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar