QS 78 : 8
Berpasangan
Pada ayat QS 78 : 8 Allah menciptakan kita berpasangan. Tidak hanya manusia saja yang berpasangan di ayat QS 51 : 49 segala makhluk di alam semesta ini juga berpasangan. Begitu pula di ayat QS 36 : 36 semuanya berpasangan baik materi dan energi (pasangan muatan positif dan negatif memungkinkan terjadinya arus listrik). Tak hanya materi tapi dalam QS 30 : 21 Allah menciptakan manusia berpasangan agar dapat berkembang biak.
Hikmahnya kita tidak hidup di dunia ini secara bebas, kita tidak bisa memilih sebagai organisme uniseluler dan kita tidak bisa ada di dunia ini tanpa adanya ibu dan bapak. Dari berpasangan menjadi kelompok/keluarga lalu komunitas yang saling membutuhkan dan saling mendukung untuk bertahan hidup jadi kita tidak hidup sendirian.
Melalui berpasangan inilah Allah memperlihatkan bagaimana Kebesaran-Nya mengembangbiakkan keturunan hingga makhluk hidup pun bertambah banyak dan beterbaran di segala penjuru bumi. Melalui berpasangan manusia berkembang menjadi banyak dan menjadi bahan ujian untuk meningkatkan keimanan dan ibadah manusia. Permasalahan/ujian seperti dikecewakan oleh seseorang bisa menjadikan bahan evaluasi apakah kita telah menghargai kehadirannya atau tidak? Sudahkah kita berlaku baik dan mendorong untuk berbuat kebaikan baginya? Atau malah kita disibukkan dengan ego kita, melakukan semuanya hanya untuk diri sendiri dan menyakitkannya berulang kali?
Sudahkan kita berempati pada apa yang pasangan/teman rasakan? Atau mungkin kita memedulikan bagaimana dia hidup? Lekaslah kita bermuhasabah untuk menebar energi kebaikan dengan bersabar dalam berpasangan/komunitas karena setiap detik selalu dan pasti ada ujian untuk menguatkan iman. Bersabar dengan masalah yang datang, membuat hati menjadi lebih bersih dan jernih dalam melihat makna kehidupan.
Sabar adalah cara untuk membersihkan hati, pasangan/sahabat/teman adalah ujian yang Allah berikan agar kita belajar untuk menjadi sebaik-baik manusia .....baik untuk diri sendiri, orang lain dan agama. Kemudian memaafkan lebih awal dengan begitu tumbuh kesabaran ....hidup berpasangan dengan sabar dan selalu memaafkan akan menumbuhkan rasa kasih dan sayang dan empati yang tinggi kepada pasangan, hidup akan lebih indah dan bermakna serta bersosiliasipun akan lebih menyenangkan❤️
Aku sudah mentarget diri intuk menikah setelah lulus S1. Hal ini terpikir karena melihat orang yang sudah lulus S1 namun tidak segera menikah maka banyak yang jadi perawan tuwa. Aku tidak mau seperti itu. Maka jika nanti ada yang menyukai aku setelah lulus S1 maka aku akan segera menikah.
Alhamdulillah....heheh sejak SD banyak yang menyukai aku. Pacok pacokan, dipasang pasangkan, diteriakin namaku jika lewat di depan rumahnya, segerombolan cowok kakak kelas juga panggil namaku jika lewat di jalan dekat rumahku, intinya banyaklah cowok yang naksir aku. Maklum kata guru bahasa Indonsesia ku di SDN Bendo 2 aku cantik, padahal beliau ketemu lagi setalah aku berusia 47 tahun....alhamdulillah beliau masih bilang kalau aku cantik.
Aku menolak beberapa cowok dengan berbagai alasan. Asauk Pramustyo Hadi teman KKN, dari fakultas kedokteran UB. Anaknya tinggi besar sebenarnya sosok fisik yang aku inginkan, namun agamanya kurang faham, dia merokok. Dia sering menimbakan air saat aku mandi di tempat KKN di desa sumber petung Lumajang namun maka aku tolak.
Yudi Handoko berperawakan tinggi, kulit putih rambut bergelombang dari Fakultas tehnik UB. Aku tolak karena agamanya kurang, memprotes aku saat aku ajak bicara di balik tabir "diskusi kok kayak di penjara", lha kok saat aku usia 45 tahun dia meninggal dunia. Alhamdulillah kalau jadi sama dia mungkin aku sudah jadi janda sekarang.
Sjaiful yang perawakan tinggi, sering menolong aku saat menyusun skripsi. Orangnya baik dan sabar serta ngemong, sebenarnya aku menyukainya namun aku tolak karena tahu kalau dia orang Madura. aku trauma dengan orang madura yang sering membentak aku saat di pasar. Namun setelah kuikuti perkembangan kariernya, dia menjadi dosen UMM dan kini sudah S3. Ketika kuikuti IG nya woiiii penggemarnya mahasiswi, wah pasti aku akan cemburu jika jadi istrinya.
Mas Toat, anak dari sahabatnya bapakku yang perawakanannya tinggi besar, kulit putih. Pastinya bapakku juga setuju, malah aku sudah pernah dijadikan pager ayu di acara pengantin kakaknya mas Toat. Namun aku mendeteksi dia kurang agamanya saat dia bermaksud baik mengantarkan aku ke IKIP malang dengan naik motornya, wah pastinya aku gak mau lah. Aku milih naik angkot aja. Dia juga perokok maka aku menolak. Awal pernikahan kami sempat kehidupannya membuatku iri karena dia memiliki konter HP yang cukup besar dengan banyak karyawati. Istrinya cantik mungil pula, naiknya mobil. Namun entah memang nasib manusia itu seperti roda, kini hidupnya tidak lebih baiklah dari kami.
Mas Arief, mahasiswa UB fisika 89. Yaaa kalau dari fisik bukan yang aku inginkan, dari agama juga kurang bisa jadi pemimpinku. Dia sangat ngebet dan ngotot berjaung, ke manapun aku berada selalu muncul wuih sangat perhatian. Saat aku ultah memberikan roti tart, namun aku takut memakannya kuatir ada peletnya. Saat aku sudah menikah, suamiku cerita kalau dulu sebelum kenal aku, suamiku tahu aku dari mas Arief. Suamiku cerita saat itu hanya mbatin "gadis ini bukan tipemu Rif, dia lebih cocok sama aku".
Ahmad Lutfi Tunggul Barata, teman seangkatan beda Fakultas. Dia fakultas ekonomi. Kami KKN waktu yang sama beda desa, namun tetanggaan. Teman sekelasnya Lutfi adalah teman se KKN ku, namanya Sherli. Saat aku ultah dia menitipkan kekuntum bunga dan puisi. Pernah sudah sampai ke rumahku Blitar. Namun aku tidak menerimanya karena dia anak orang kaya. Saat itu semua mahasiswa hidup di kost, dia sudah dibelikan rumah orang tuanya di Bukit Cemara Tujuh. Saat belum banyak mahasiswa naik motor, dia sudah punya Astrea 800 yang baru warna hijau.
Dia laki-laki yang sabar. Saat di jadi ketua umum mentoring, aku jadi ketua keputriannya, banyak kami dikritik karena membuat stiker warna pink dengan kata-kata dari seorang filosof "kenapa tidak mengambil dari quran?". Secara fisik tingginya sama dengan aku atau bahkan lebih pendek untuk ukuran laki-laki, sehingga aku kurang pas. Teman sekamar kosku, Mbak Yayuk namanya "ntar kalau kamu jadi nikah sama dia, aku kasih kado kamu dingklik ya buat dia bancik biar lebih tinggi dari kamu". Selain itu umur hanya selisih 1 tahun. Maka aku bilang Lutfi "berteman saja ya". Aku menikah 1 April dia menikah 2 april dan mengirimkan undangan ke aku, namun pastinya aku tidak mungkin hadir karena pasti dihalangi orang tua kami yang melarang manten anyar keluar hingga 7 hari.
Hamdan Mukafi, teman akrabnya Lutfi yang mengakui saat kami sudah sama-sama punya banyak anak. Tapi gak apa kok karena menurut saya terlalu dekat jarak umurnya, bahkan dia lebih muda dari saya. Bukan target pasangan saya...hehe. Kini sekarang dia menjadi pegawai Astra namun entah kenapa dia pingin keluar dan memelihara bebeknya. Istrinya sesama orang Blitar, dek widya yang terus memotivasi suaminya untuk tidak keluar dari Astra.
Pak Agus, guru BK SMA 1 Blitar yang sebenarnya bukan guru BK angkatanku. Namun karena aku merasa beliau perhatian dalam membimbing bahasa inggris, mengarahkan kepercayaan diriku sebagai ketua Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK) yang memimpin rapat OSIS...weh ngeri. Membimbing mengarahkan sehingga aku dapat PMDK di UB MIPA biologi. Sangat berjasa beliau dalam hidupku hingga kini. Beliau menikah setelah aku punya 2 anak hingga bu Prapti sering menggojlok aku asaat sekeluarga aku silaturohmi ke rumah bu prapti "Kae lo Pak Agus patah hati, karena kowe nikah duluan". Akupun sempat sangat mengagumi beliau. Kalau ketemu untuk berkonsultasi hatiku dag dig dug, gemeteran.
Pak Usman, putranya mbah Modin yang lugu. Sering menyurati aku saat di pondok.