QS 3 : 188
Bahayanya Pujian
Pujian memang terkadang mengasyikkan bagi sebagian orang, namun ternyata pada hakikatnya pujian adalah melenakan. Diceritakan, di samping Rasulullah SAW ada orang yang memuji-muji temannya. Lalu, Rasulullah mengingatkannya.
Celaka kamu! Kamu telah memotong leher saudaramu itu. Kalau ia mendengar, ia tidak akan senang.'' Kemudian beliau melanjutkan, ''Kalaulah kamu harus memuji saudaramu, lakukanlah itu secara jujur dan objektif.'' (HR Bukhari-Muslim).
Sebagaimana di QS 3 : 188 menunggu pujian tanpa melakukan pekerjaan dan lebih berbahaya lagi bila menanti pujian tanpa berbuat apa-apa.
Ayat QS 3 : 188 dan hadist ini mengingatkan kita agar tidak sembarang memuji atau memberikan pujian sekadar asal bapak senang (ABS). Pujian semacam itu selain tidak mendidik, juga sangat bertentangan dengan norma-norma agama. Pujian yang dilakukan secara berlebihan menjadi bagian dari bencana lidah (min afat al-lisan) yang sangat berbahaya.
Hakikatnya, pujian adalah ujian, karena di QS 21 : 35 fitnah (ujian) itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan.
Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis. Ada yang betul-betul ikhlas memberikannya karena seseorang itu layak dipuji, tapi ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif, yang sesungguhnya yang amat berbahaya.
Jika kita mendapat pujian hendaknya langsung berdoa. Seperti selalu dilakukan Abu Bakr Ash Shidiq tatkala dipuji oleh orang lain.
Doa yang selalu dipanjatkan Abu Bakr Radhiyallahu anhu adalah:
"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka." ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Jadi jika sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah SWT saja yang memuji amalan kebaikan. Lalu seharusnya yang dicari adalah ridha Allah Ta'ala, bukan komentar dan pujian manusia.
Aku merasa banyak yang mencintai, banyak yang memuji sehingga Alloh menaroh aku di sini dan aku merasakan dibenci, diprotes, dilecehkan, tidak dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar