Nikah Muda
4 Agustus 2025
Naik bis Surabaya Malang kumanfaaatkan untuk berbincang dengan sseorang ibu bernama Aseh. Bu Aseh memiliki 2 anak laki-laki yaitu Andi dan Andun. Andun anak ke 2 cenderung pendian dan tekun, dia belajar dari kehidupan Andi yang cukup banyak masalah saat menikah muda. Kita ikuti cerita Andi..... Anak pertama beliau bernama Andi menikah setelah lulus SMK karena sudah dekat dengan pacarnya. Andi bekerja seadanya karena sudah memiliki tangung jawab. Sebenarnya mertua Andi tidak setuju karena keluarga Andi, alasan tidak cukup kaya dan hanya anak seorang tukang kayu, sementara itu keluarga wanita (Ani) seorang PNS sehingga merasa lebih kaya dan bermartabat. Sampai sudah memiliki 1 anak namanya Elang kini umur 5 tahun hidup bersama ibunya Andi.
Ani dan Andi dipaksa bercerai oleh keluarga Ani dengan 1 anak. Ani merasa masih cinta Andi dan Elang, karena perceraian itu dia putus ada dan terjerumus dalam dunia narkoba hingga dipenjara. Saat ani di penjara, Andi menikah dengan Ina dan memiliki 2 anak. Menurut bu Aseh Ina juga tidak cukup bertangung jawab sebagai istri Andi, maka saat Ani keluar dari penjara dan meminta Andi untuk menikahi lagi, Andi mau saja menceraikan Ina dan kembali menikah dengan Ani. Ibu Aseh hanya bisa memberikan nasehat kalau itu sebuah tangung jawab yang harus diemban dengan benar ke depannya nanti.
Ibu Aseh menceritakan kehidupan kerja suaminya sebagai carpenter di suatu perusahaan yang ditekuni selama sebelum menikah hingga sekarang menjadi pekerja tercercaya oleh bosnya. Sering di kirim ke luar kota untuk mengerjakan proyek pembuatan perabot dari kayu. Bu Aseh bilang "ya gimana lagi bu, bisanya hanya sebagai tukang kayu, ya sudah tekun saja buat menjalankan kewajaiban sebagai kepala keluarga". Bu Aseh menceritakan kakaknya yang punya banyak ketrampilan namun tidak mau bekerja dengan orang lain. Inginnya bekerja sendiri, tidak mau diperintah orang lain. Dikasih modal mertuanya sebuah mobil buat grab, tidak mau menjalankan, padahal sama istrinya hanya di terget 300k tiap hari. Di beri modal lagi untuk membuat usaha kerajinan tidak menghasilkan keuntungan juga, sementara istrinya sudah membantu keuangan keluarga dari menjadi guru PNS.
Saya memberikan kesimpulan bahwa hidup itu harus tekun, menikah juga harus tekun merawat keluarga. Seperti muridnya Riza yang bernama Rere. Ayahnya Rere diminta ortang tuanya untuk bercerai di depan seluruh keluaga besar ayah Rere. Namun luar biasa ayah Rere mempertahankan pernihakannya dan bersama istrinya akan membangun keharmonisan dalan rumah tangga, terbukti dengan mencarikan guru ngaji Rere. Ibu Rere bernama Nia berkata padaku "Saya pingin anak saya ngerti agama bu, supaya lebih baik hidupnya daripada kami berdua, kulo matursuwun mas Riza mau mengajari anak saya.". Masyaalloh Mbah Nia dan suaminya semangat menjaga keutuhan rumah tangga dan berusaha memperbaiki generasi selanjutnya.
Silaturohmi ke tetangga juga mendapatkan cerita kalau bu Ghina dijodohkan ayahnya dengan Gianto yang saat itu sudah berumur 30 tahun dan Ghina umur 14 tahun. Saat itu belum menstruasi dan setelah 7 bulan kemudian barulah dia menstruasi. Saat itu saking masih bocil bu Ghina melarikan diri tengah malam dari Gianto. Dia merasa takut dan tidak suka bau badan Gianto. Maklum masih bocil belum tahu cinta. Saat melarikan diri, Ghina sudah diancam pecut sapi oleh ayahnya.
Ibunya hanya memberikan nasehat "Seng sabar nak, manut ae sama bapakmu daripada kamu dipecut".
Hal ini membuat Ghina trauma dan bersumpah "nanti saya akan bercerai saat bapak sudah meninggal dunia, gak peduli saya jadi istri yang kaya maupun miskin".
Dalam kondisi seperti itu, sebagai wanita normal dia hamil dan melahirkan anak sebesar 3,5 kg. Karena masih tergolong bocil belum cukup umur anaknya mengalami kelainan, setiap hari berat badannya turun hingga sebesar 1 botol dan akhirnya meninggal dunia. Setelah itu dia bekerja di pabrik pembuatan minuman apel.
Dia bekerja lembur lembur dengan niat membantu kehidupan Gianto, supaya keluarganya cukup dan pantas seperti keluarga teman Gianto lainnya. Dibalik kekurang sukaan Ghina dia masih memikirkan martabat Gianto di depan temannya dengan membantu bekerja hingga lembur. Namun hal ini berefek megatif pada Ghina karena mungkin Ghianto juga belum merasa dicintai 100 persen oleh Ghina. Akhibatnya Ghina dituduh berselingkuh dengan Turimin mandornya. Turimin berusia 54 tahun pensiunan Tentara.
Turimin marah karena dicurigai Ghianto selingkuh dengan istrinya.
Turimin berkata "Mana suamimu, kalau masih mencurigai aku yang tidak melakukan apa-apa akan aku tembak".
Kalimat itu disampaikan Ghina pada suaminya.
Ghina bilang "Kalau kamu masih curiga sama aku yang bekerja keras, keluarkan saja aku dari pabrik itu, aku di rumah saja, makan dan tidur, karena aku bekerja itu juga tidak ringan, lebur juga semua untuk keluarga".
Namun Ghianto tidak mau mengeluarkan dari pabrik dan bahkan menceraikan Ghina. Ghina dan Ghianto membagi hasil kerja mereka berdua termasuk rumah dijual dan dibagi dua. Ghina mendapatkan bagian belakang dan uang yang Ghina titipkan uang itu ke adeknya. Ghina hanya meminta Turimin membuatkan rumah, Namun Turimin belum mempunyai uang. Ghina wanita pejuan yang mau soro "Gak apa mas belum punya uang, aku siap menabung, jika biasanya habis 100 ribu, aku siap 50 ribu". Maka mereka membangun rumah yang sudah dibagi oleh Ghianto. Saat itu Turimin belum punya uang, maka memakai uang Ghina dan suatu saat akan dikembalikan. Alhamdulillah Turimin bisa mebayar utangnya.
Ghina berumah tangga dengan Turimin selama 17 tahun, namun selama 7 tahun Ghina merawat Turimin yang sakit. Sampai tetangganya berkomentar "kalau bukan Ghina pasti sudah gak mau merawat dengan sayang Turimin yang sakit". Saat Turimin meninggal dunia, maka Thurino yang sudah melihat sayangnya Ghina pada Turimin maka, dinikahilah Ghina oleh Thurino. Namun ada juga Thumijan yang sering bergojlok dengan Thurino karena Ghina sudah diduluin oleh Thutino. Sayang banget anak-anak Thurino tidak merestui pernikahan ayahnya dengan alasan kuatir harta Thurino yang kaya itu ikut dimiliki oleh Ghina. Akhirnya dipisahkan dengan menggunakan dukun.
Ghina akhirnya dinikahi oleh Thumijan. Namun tidak lama juga karena anak-anaknya Thumijan juga tidak menyetujui. Ghina dinikahi oleh pensiunan tentara yang bernama Bruno sampai Bruno meninggal dunia. Alhamdulillah Ghina kini hidup dengan pensiunan dari Bruno walaupun tidak seberapa jumlahnya. Ghina memanfaatkan uang yang dititipkan di adeknya untuk hidup sehari-hari, bersedekah umroh dan membelikan oleh-oleh umroh yang buanyak sebanding dengan biaya umroh. Maklum orang desa senang berkunjung ke orang yang pulang haji dan pulang umroh untuk minta didoakan. Umroh dan Haji merupakah hal yang sangat diidamkan oleh orang desa karena biayanya yang mahal dan sulit dijangkau oleh orang desa.
Ghina juga menyembelih Qurban sapi yang besar, terbaik yang diniatkan untuk 7 orang yaitu Gianto, anaknya yang meninggal saat bayi, Turimin suami terlamanya, dirinya sendiri, bapak, ibunya dan Bruno.
Ghina selalu mendapatkan mahar yang besar saat menikah, 10 kali dari mahar ponakananya 50 ribu, Ghina dapat 1000 atau 500. Doanya saat solat Istikaroh (hehe istikhoroh) menunjukkan bahwa agama Ghina belum seberapa, namun keyakinannya tinggi pada Alloh. Saat berdoa dia yakin dengan bacaan Bismillah apik, Alhamdulillah apik. Hal ini menunjukkan Ghina melibatkan Alloh dalam mengambil keputusan dengan menyebut Alloh dan selalu Alhamdulillah, bersyukur dengan ucapan, keyakinan dan bahkan perbuatan dengan banyakknya sedekah. Saat maulid nabi, Ghina belanja alat2 dapur untuk acara sebrutan hadiah. Belanja jauh hari sebanyak 750.000.
Silaturohmi dengan tetangga yang lainnya. Namanya Parti yang menikah mendahului kakaknya. Kakaknya menikah usia 27 tahun karena sedang mondok tahfid. Parti menikah usia 18 tahun dengan Parto. Parto bertani dengan modal yang dikasih oleh Parti hasil jualan sayurnya di pasar. Parti berjualan sayur di pasar, kenalannya banyak hal ini membuat Parto cemburu dan berbuat kasar pada Parti, akhirnya setelah ditahan sampai punya anak dan Parti meminta cerai pada Parto karena perilaku kasar itu. Hal inilah maka pernikahan diatur dengan negara harus diatas 18 tahun. Supaya secara emosi, ekonomi, agama, ilmu semuanya sudah matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar