من برئ من السرف نال العزَّ، ومن برئ من البخل نال الشرف، ومن برئ من الكبر نال الكرامة
Siapa yang terhindar dari sikap berlebihan akan dapat kehormatan, siapa yang terhindar dari sikap kikir akan dapat kemuliaan, dan siapa yang terhindar dari sikap sombong akan dapat keistimewaan
🌎 Mewarnai dunia dengan Al-Qur'an
SALAH SATU SIFAT TERCELA: SOMBONG
Sombong adalah suatu sikap merasa bangga dengan merasa dirinya lebih besar dan unggul dan orang lain lebih rendah darinya. Ketika sifat sombong itu sudah melampaui batas, hal itu akan menghancurkan agama dan iman seseorang, menurunkan derajatnya, merusak akhlaknya yang baik, dan semua orang akan membencinya.
Sesungguhnya Allah SWT berfirman di dalam Al-Quranul Karim surah Al-Isra ayat 37 sebagai berikut, “Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” Maksudnya, wahai manusia, bersikap rendah hatilah, pikirkan akibatnya, dan janganlah kalian berjalan dengan angkuh sambil menunjukkan kebanggaan yang tidak perlu diperlihatkan! Kalian tidak memiliki kekuatan apa pun; kalian tidak lain hanyalah makhluk fana dengan keberadaan yang terbatas dalam segala hal dan membutuhkan banyak hal. Lalu, apakah kesombongan itu pantas untuk kalian?
Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun sebesar zarah, niscaya dia tidak akan masuk surga.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana apabila seseorang menyukai pakaian dan alas kaki yang bersih dan indah (apakah itu termasuk sikap sombong)?” Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya Allah SWT adalah pemilik sifat jamal (keindahan). Allah SWT menyukai segala sesuatu yang bersih dan indah. Adapun sombong adalah tidak mau menerima kebenaran dan memandang rendah orang lain.”
Suatu hari Nabi Sulaiman AS sedang duduk di atas singgasananya; sebuah pasukan besar yang terdiri dari manusia, jin, burung, dan hewan buas berkumpul di hadapannya. Saat kondisi seperti itu, dengan perintah Nabi Sulaiman AS, angin membubungkan singgasana Nabi Sulaiman ‘Alaihissalām hingga ke langit sehingga suara para malaikat yang sedang berzikir di langit ketujuh mulai terdengar. Pada saat itu, sebuah suara terdengar dari ketinggian langit,
“Wahai makhluk-makhluk yang berada di sisi Sulaiman AS! Seandainya terdapat kesombongan sebesar zarah di hati Sulaiman AS karena kewenangan besar yang dimilikinya, pelayannya yang sangat banyak, dan kekuasaannya yang luas, niscaya setinggi apa pun dinaikkan ke langit, demikian pula takhta kerajaannya akan diturunkan dari bumi ke tempat yang paling rendah.”
20 Agustus 2023
Kalender Fazilet
wow, sejak pertaman kehadiranku sudah terkena suatu kata yang membuatku down "yakin njenengan di sini ustdh?" "Kok bisa njenengan disini?".
Suatu ketika ada masalah, memang aku yang salah dan aku sudah meminta maaf, pukulannya berupa "ya sudah karena njenengan yang membuat masalah ya silahkan diselesaikan sendiri". langsung seperti dipukul mukaku dan kemudian dikuliti rasanya.
Selesai dari pertemuan dengan orang tua, ada usulan untuk memperbaiki suatu keadaan yang menurut saya itu adalah adab ketika kita membutuhkan instansi lain maka hendaknya ada yang mendampingi, sehingga itu suatu adab bertamu "kulonuwun". Namun karena itu masukan dari orang lain yang mungkin kurang disukai sehingga aku yang disemprot "njenengan tanya-tanya dulu biar tahu konsepnya, dua orang kok sama saja tidak tahunya"
Suatu kesepakatan antar peimpinan yang harusnya disampaikan terlebih dahulu supaya jelas malah "njenengan ini mesti selalu punya persepsi sendiri, kalau tidak mau mengajar ya dipindahkan saja SKnya". Padahal ternyata sama pimpinan lainnya sudah disampaiakan bahwa akan mengikuti kebijakannya walaupun pimpinan itu sudah mempunyai keputusan. Sebenarnya cukup satu kalimat saja "sudah kami sepakati bahwa kami akan bersama di suatu tempat". Sebuah kalimat jelas, padat dan melegakan pendengarnya.
"Pembinaan apa yang beliau sampaikan?". Karena pertanyaan mendadak dan aku orang yang harus berpikir untu menyampaikan hal yang sudah bertumpuk lama. "Nah kan gak ada yang nyantol". Pembinaan kurang bermakna atau aku yang dianggap kurang bisa menyerap pembinaannya.
"Kalau semua mau diurusi silahkan saja, malah enak aku tidak ikut bertangungjawab"