Nasehat Bapakku
👐QS 12 : 33
Dunia itu penjara bagi orang beriman
Sebagaimana do'a nabi Yusuf di QS
12 : 33👉Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka.....
Dari Abu Hurairah, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara
bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)
Imam Nawawi rahimahullah dalam
Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti
menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang
mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia
rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan
dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari
sifat kurang.
Pernahkah kita merasa bahwa sudah
nyaman dg keadaan kita? Jika ya mari kita menelaah ayat QS 12 : 33 dan hadist
ini❤️
Klo hadist dan ayat ini berbicara
dunia adalah penjara bagi mukmin, mungkin kita merasa nyaman hidup di penjara? 🤭
Pemahaman sy jika kita aman
berarti kita kategori ga beriman😔dan
sy menyakini itu dg merujuk ke ayat QS 29 : 2 tdk akan dibiarkan berkata
beriman sebelum Allah uji🤭 dan selalu di ganggu
dari segala arah sesuai MOU Allah dan setan QS 7 : 17 jika kita tetap teguh
godaannya di tingkat QS 17 : 64 berpasukan dan berkuda 🏃🏿♀️🏃🏿♀️🏃🏿♀️semakin
mendekat kepada Allah di QS 6 : 112 di sediakan musuh....artinya orang mukmin
selalu di uji agar berusaha semaksimal mungkin utk terhindar dari setiap godaan
dan bersabar dari maksiat dengan menahan
diri. Karena
dunia ini adalah penjara bagi
kita di dunia. Di akhirat kita akan peroleh balasannya.
Dunia
itu penjara bagi orang beriman. Apa maksudnya?
عَنْ
أَبِى
هُرَيْرَةَ
قَالَ
قَالَ
رَسُولُ
اللَّهِ
-صلى
الله
عليه
وسلم-
« الدُّنْيَا
سِجْنُ
الْمُؤْمِنِ
وَجَنَّةُ
الْكَافِرِ
»
Dari
Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang
kafir.” (HR. Muslim no. 2392)
Imam
Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan,
“Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai
syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk
melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia
akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang
kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun
orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal
dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Al-Munawi
rahimahullah dalam Mirqah Al-Mafatih menjelaskan,
“Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk melakukan syahwat
yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga
seakan-akan ia berada di surga.”
Jadi
bersabarlah dari maksiat dengan menahan diri. Karena dunia ini adalah penjara
bagi kita di dunia. Di akhirat kita akan peroleh balasannya.
Sumber https://rumaysho.com/11513-dunia-itu-penjara-bagi-orang-mukmin.html
Masyaallooh aku ingat sekali
bapak selalu menasehatiku dengan hal di atas. Saat itu aku menentang dalam hati
“wah berarti tidak boleh bergembira dong di dunia ini, wah gak enak ya jadi
kaum muslimin, wah hidup ini tidak bebas dong” banyak lagi pertemtangan dalam
batinku. Ternyata memang bapakku benar dan gurunya mbah Toyib insyaaloh benar.
Bapak mengamalkan juga pemikiran itu sehingga bapak seakan tidak memiliki
keinginan apa-apa terhadap dunia ini. Bapakku selalu mengingatkan kami dengan
ibadah terutama sholat.
Bapak sosok sederhana yang tidak
ingin belajar naik motor, beliau trimo dibonceng saja. Padahal teman-temannya
banyak yang awalnya tidak bisa naik motor dan akhirnya saat sudah jamannya
punya motor bebek belajar dan bisa. Pak Dul Latif, pak Turut, semua dulu
bisanya naik sepeda kebo, namun saat semua sudah banyak yang memiliki motor
bebek, beliau bisa dan bapak tetap tidak mau belajar “aku ngene wae wes trimo”
selalu kalimat itu yang beliau ucapkan.
Bapak nrimo dalam hal pakaianpun
tidak pernah berminat untuk membeli, kecuali itu diberi oleh kakaknya pak puh
Sartam dan pak puh Sarji serta adeknya pak Lik Marsid. Bapak nrimo bajunya
beberapa saja. Saat kami sudah mampu untuk membelikan baju bapak bilang “nyapo
klambi akeh-akeh, repot umbah-umbahe”. Demikian juga dengan sandal, kalau
lebaran kami ingin membelikan sandal jawabnya “gae opo iku lo sek onok”. Bapak
hemat kalau pakai baju dan sandal karena hanya dipakai saat pergi, sementara
beliau jarang pergi jauh. Perginya bapak ngaji, beli tembakau di langganannya
atau ke rumah pak Puh ndan pak Lik.
Saat kami sudah punya uang untuk
memberi sedikit uang saku buat bapak “gae opo duit? Poko wes pok sediani rokok
wes cuku gae bapak” Terkadang bapak minta uang emak hanya saat jumatan buat
mengisi kotak amal di masjid. Uang yang kami berikan kadang bua nyangoni
teman-temannya kerja bersama sulu misalnya , Pak Sarji. Akhirnya uang itu
diberikan pada cucu-cucunya dan setelah 2 tahun meninggal adekku menemukan uang
yang sering kami beri di bawah dipan, di antara sela-sela bajunya bapak.
Benar-benar bapak tidak menginginkan dunia.
Beliau yang sudah ogah makan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar