Kamis, 29 Juli 2021

Definisi Cita-citaku

Definisi Cita-citaku 

Berawal dari doktrin emakku, "kowe disekolahne emak ben iso oleh kerjo nduk". Sederhana memang cita-citanya emakku, karena latar belakang beliau dulu yang tidak bekerja sehingga menggantungkan hidupnya dari bapakku. Bapakku pun juga sudah berbagai bidang pekerjaan coba digeluti, mulai dari tidak punya pekerjaan tetap sehingga membantu embahku mengelola kecambah untuk dijual ke pasar. bapakku bagian menyirami biji sehingga menjadi kecambah dan membersihkan rumah embahku.  Mbaltik sepeda pancal di pasar sepeda juga pernah dan terakhir mengelola sawah pertanian punya pak Puh. Kalau bapak seh sering menasehati aku " kowe lek sekolah agama seng tenanan, lek pelajaran agama kudu oleh 100, pelajaran liyone sak ngisore ra popo". Bapakku menasehati lagi "bapak ora iso marisi bondo nang kowe, meng sekolaho seng tenanan"

Aku belum mengerti betul saat itu, namun aku hanya berusaha sekolah serius hingga di tiap kelas yang aku lalui aku selalu juara 1 sd 3 dan pernah juara 4 itupun karena aku adaptasi di SD baru yaitu SDN Bendo 2. Aku hanya senang kalau bisa juara 1, walaupun saat itu bapakku tidak merasa bangga di depanku. Namun aku pernah mendengar bapakku membicarakan prestasiku saat berbincang dengan temannya. Aku hingga SMA punya cita-cita yang berganti2 mulai dari jadi guru TK seperti bu Carik yang sabar menghadapi kerewelanku. jadi polisi yang langsing dan cantik, jadi pegawai bank yang bersih dan banyak duitnya, jadi dokter yang inginku bisa menolong orang. Jadi guru BK karena aku mengidolakan Pak Agus guru BK nya kakak kelasku namun aku suka curhat dengan beliau.  Intinya aku ingin bekerja yang selalu berinteraksi dengan orang tapi aku tak tahu profesi apakah itu. 

Akhirnya aku mencoba menjadi guru Les saat aku semester 5 dan ternyata aku senang walau bayarannya 1 bulann 8x pertemuan cuman 50 ribu belum lagi aku harus naik angkot di Malang yang agak jauh dari tempat kosku dan akhirnya pulang nginap di Mas Yan untuk silaturohim. Setelah lulus S1 aku juga memberikan les di Sumberingin. kemudian aku menikah dan mencari kerjapun juga sebagai guru SD Islam raden patah Semolowaru dengan gaji 125 ribu sampai aku melahirkan sari di Blitar dan aku berhenti. Kembali ke Surabaya melamar di Al Hikmah gagal dan diterima di SMP Muhammadiyah Gadung selama 3 tahun dan akhirnya menjadi guru Al Hikmah sampai sekarang.

Aku ternyata senang menjadi guru, itu adalah profesi yang aku inginkan selama ini belum terdefinisi. Aku berpikir bahwa semua orang itu kepingin jadi guru. Lihat saja dalam suatu pembicaraan ibu-ibu, pasti semua orang ingin menularkan pikirannya ke orang lain. Itu kan artinya pingin mengajari, yaaahhh paling tidak mengajari anaknya sendirilah. Menjadi guru adalah "pewaris nabi" itu yang selalu didengungkan oleh ketua yayasanku ustd Kadir Baraja. Menjadi guru adalah pekerjaan yang paling mudah untuk mengajak orang lain, baik mengajak kebaik maupun penyelewengan,....hehehe kalau mau seh. Menjadi guru adalah mengerem hawa nafsu, karena menjadi contoh buat murid kita, kalau kita berbuat jelek atau tidak berbuat maka kita akan kena hukum Alloh "kaburo maktan indalloh" Alloh membenci orang yang omdo tapi tidak doing something. 

Secara keduaiawian seh, dengan kita bekerja apapun itu, paling tidak tidak menggantungkan uang pada suami, orang tua bahkan orang lain. kalau mau sedekah tidakmusah ijin suami, atau ortu karena kita punya uang sendiri. Bahkan mulia lagi kalau uang kita sedekahkan ke keluarga, untuk membantu suami menyekolahkan anak kita, maka ketika anak kita bisa menyekolahkan anaknya lagi karena ilmu yang kita bekalkan akan merupakan amal jariyah. Itu yang aku belajar dari emakku hingga beliau bekerja keras untuk menyekolahkan aku dan adekku hingga kini kami bisa mandiri dari mengharapkan blanja suami. 


                                                                        Definisi Cita-citaku


Bekerja menjadi guru ternyata bisa mengambangkan diri untuk pendidikan anak-anak kita juga, sehingga sekalian kita pinter mendidik murid juga untuk mendidik anak-anak kita. Bahkan kepala sekolahku ustd Edi dan ustd Mim selalu membekali semangat kami dengan ucapan "kalau kalian memperhatikan, menjaga dan mengurusi murid kita, pasti Alloh akan mengursi dan menjaga anak biologis kita". Masyaalloh suatu petuah yang mengutakan keimanan dan memotivasi untuk selalu baik dalam mengelola murid dan aku membuktikannya sendiri, betapa aku bersyukur 5 anakku mau mondok. Kalau aku sambungkan ternyata cita-cita bapak dan emakku itu terhubung dengan petuah para pimpinanku di Al Hikmah. Sampai-sampai suamiku tidak mengijinkan aku untuk jadi guru PNS "kamu belum tentu akan lebih baik, di sini kamu berkumpul dengan lingkungan yang baik". 

Bekerja apapun itu akan membuat kita mempunyai wawasan lebih luas, karena kita bertemu dengan banyak orang dan dari komunikasi itu kita harus bisa belajar. Komunikasi kita dengan orang lain hendaknya membuat kita lebih dewasa dalam menghadapi segala hal. Karena hidup kita itu penuh dengan tantangan yang hanya akan bisa kita lewati dengan sikap dewasa dan keimanan. Hal ini juga akan membuat suami kita bangga lo dengan istrinya. Punya istri yang wawasannya luas, nyambung kalau diajak bincang-bincang. Bahkan bangga kalau punya istri berprestasi. Yaaa sedikit nyombong boleh ya....banyak teman kerjaku yang seakan bilang WOW dengan prestasiku. Anakku banyak namun kerja di sekolah juga gak keteteran.   

Agak keduniawian juga seh, wanita bekerja agak terlihat berbeda penampilannya di hadapan suami. Kadang pakai blazer, kadang pakai daster....kadang pakai gamis kadang pakai baby doll yang menggoda suami. Jadi ada variasi di depan suami yang terbiasa melihat diluar sana koleganya dengan berbagai dandanan. 

Bekerja membuat suami kita lebih menghargai kita, walaupun memang tingkat kecapeannya pasti 2x lipat. Ini aku rasakan sejak WFH seakan hilang rasa capek badanku walaupun aku di rumah juga mengajar dan mengurusi hal sekolahanku yang cukup padat, namun hal ini sedikit membuat capek-capek hilang. Suami menghargai dengan cara membantu urusan rumah kita, kita kerjakan besama dan itu menambah keromantisan. Andai aku tidak kerja pasti suami memasrahkan semua perkejaan rumah padaku dan itu hal yang tidak ringan lo. Jadi ibu rumah tangga itu tiada habisnya kerjaan, belum lagi kalau gak beres pasti akan kena "batin" suami "orang kerjaan dirumah ae kok rumah ra beres". Ya Alloh memeleh keringat dan air mata andai aku dikatain begitu.

 

Aku menghargai karya temanku


Bersama Al Hikmah yang penuh Berkah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar