Selasa, 28 Januari 2025

Jatuh Tertimpa Tangga

Jatuh Tertimpa Tangga

Nove adalah  anak pancingan. Ortu angkatnya sudah meninggal saat covid terjadi. Orang Tua angkat Nove adalah adek dari ibu kandungnya. Saat sebelum meinggal dunia Nove dikasih uang 45 juta sebagai warisan dari orang tua angkatnya. Uang itu dipinjam ibu kandung Nove dan kakak Nove untuk menikah. 

Nove membutuhkan uang untuk melahirkan yang sudah  hamil 8 bulan dan suami Nove juga jobles. Saat Nove meminta uang dikembalikan untuk lahiran ternyata ibu Nove marah dengan cara menyembunyikan piring sehingga Nove tidak bisa  makan, beberapa kali hal tersebut dilakukan sehingga dalam kondisi hamil kelaparan dan sedih memikirkan ibu kandungnya yang memusuhinya bahkan sampai pernah mengusirnya. 

Karakter ibu kandungnya keras karena ibunya tidak pernah bergaul dengan orang luar rumah, sebagai ibu rumah tangga yang seringnya di rumah, ditambah lagi dengan latar beelakang pendidikan di keluarganya yang kebanyakan SMP dan sedikit SMA.

Melihat kondisi seperti itu adek angkat Nove iba dan mengajak Nove pulang ke rumah ortu angkatnya. Nove di rumah ortu angkat ikut membayar listrik dan air juga, artinya Nove juga bertangung jawab. Suatu ketika terjadi perselisihan antara adek angkat Nove dan Nove sdampai Nove diusir dari rumah ortu angkatnya. Hal ini dikarenakan Nove tidur di kamar ortu angkatnya, di mana semua perhiasan ibu angkat Nove ada di kamar itu sehingga adek angkat Nove tidak bisa ambil dan menjual barang berharga yang notabennya buat bersenang-senang dengan pacarnya. Nove bermaksud mengerem perbuatan adeknya, namun hal tersebut membuat adeknya marah dan mengusirnya. 

Karakter adek angkat Nove ini mirip dengan ibu angkatnya yang juga keras. Hal ini karena ibu angkatnya seorang  mandor sehingga seringnya hanya menyalahkan karyawan dan hal tersebut dibawa hingga dalam kehidupan di rumah.  

Adek angkatnya berkarakter keras dan tepatnya judes, walaupun kedua ortunya sudah meninggal waktu covid dan dia anak tunggal setelah "pancingan" anak dengan mengasuh Nove, namun tetap keras dan tidak merasa takut hidup sendiri. Dia mempunya pacar seorang tentara yang suka ngoroti harta orang tua angkat Nove yang kaya. Pacarnya  menggadaikan kamera digital seharga 10 juta digadaikan 1 juta dan hingga hangus yang tak terambil. 

Kasihan Nove yang sudah tidak punya siapa-siapa yang berpihak padanya, sampai Nove menghiba untuk tetap bisa tinggal di rumah ortu angkatnya tersebut.  

Malapetaka tidak berhenti sampai di urusan keluarga, namun suaminya ternyata mempunyai hutang yang banyak karena suaminya judi online. Sepeda motor 3 sudah digadaikan suaminya dan tidak bisa menebus. Sertifikat tanah digadaikan yang pada akhirnya akan dijabel bank. Namun ada saudaranya yang baik dan meminjamkan  25 juta. Saudara yang baik mempunyai  uang yang tidak dipakai, Saudara tersebut hanya eman saja kalau dibeli dengan harga yang sangat tidak sebanding dengan keadaan tanah. 

Bapak mertua mengetahui kelakuan suami yang terjerat hutang karena judol beliau menasehati Nove "lupakan anak saya sepertinya dia gak bisa berubah". Bapak mertua Nove sudah tidak bisa mengatasi juga kelakuan anak laki-lakinya. Ibu mertua sebaliknya berkata "salah sendiri, kamu nikah juga bukan saya yang ngurus". Ya Alloh kasihan Nove, kemana lagi dia harus mengadu. Dia hanya bisa menangis sambil mendekap kandungannya. 

Kondisi ini membuat Nove ikut terpengaruh psikologinya, mungkin orang bilang ini wajar saja. Nove memblokir semua nomor telpon keluarga suami, hal ini karena dia takut emosi saat ada telepon ataupun wa dari keluarga suaminya, dia masih berusaha meredam emosinya dengan menjauh dari keluarga suaminya. Nove sebenarnya dia penurut dan suka membantu teman. Dia pendiam dan tidak memulai pembicaraan, tidak bisa bercanda juga hanya ikut bercanda jika ada teman yang memulai candaan. Nove mengakui sendiri bahwa dia itu follower. 

Nove kini mengasuh anaknya sendirian, dibantu oleh adek kandung ibunya untuk mengasuh anaknya yang masih berumur 3 tahun saat ditinggal kerja. 




Minggu, 12 Januari 2025

Ulang Tahun Hasna

 

Hasna 14 Tahun

10/10/25….10/01/11

Kau dilahirkan di tanggal yang hanya terdiri dari 2 angka yaitu 1 dan 0….suatu angka yang sangat umi suka…be the first….menjadi yang pertama. Dan 0 itu adalah

Dia minta dikasih kejutan lewat deliveri. Sudah aku belikan mukena yang pilihannya sendiri, dia memang baik, milih yang tidak mahal hanya 40k. Dan hasilnya setelah dipakai saat VC di ultahnya lewat HP asrama “makasih ya mik, barangnya seh pasaran” ya Alloh kamu anak yang nerimoan, pilih barang selalu yang murah supaya tidak membebani umi.

Pernah suatu ketika ada telepon bulanan dari abla Amine "mohon maaf njih ibu, sedikit saja kekurangan ananda Hasna, yaitu adanya bau badan". Toeng seperti nabrak besi kepalaku, kaget aku dan akhirnya aku berusaha mengajakmu mandi lebih sering karena memang aku setiap solat pasti mandi, setiap ketemu masjid pasti mandi, setiap ada air berlimpah pasti mandi. Umi ingin mencontohkan itu padamu. Jika kamu marah saat diingatkan mbak sari, walaupun pada akhirnya kamu mandi. Umi berusaha menyemprotmu dengan parfum dan menasehati mbak Sari supaya menasehati dengan cara yang baik.

Hal lain yang sudah umi contohkan yaitu umi selalu berganti CD tiap akan solat, itu yang belum kamu lakukan dan marah juga kalau diingatkan umi, padahal itu semua untuk keabsahan solatmu, diterima oleh Alloh dan juga terhindar dari api neraka karena salah satu yang menyebabkan masuk neraka adalah kencing.

Saat aku telpon “makasih ya mi sudah effort nelpon aku” sambil matanya berkaca-kaca, aku sebenarnya pingin nangis, namun aku tahan. Malah sekarang aku nulis ini nangis.

Makasih ya Hasna sudah berjuang untuk diri sendiri dan keluarga, untuk menjaga nama baik keluarga, dengan berusaha menghafalkan quran, bersosialisasi dengan tetangga rumah dan juga teman sekolah dengan baik sehingga kamu banyak mengenal teman sepondok dan bahkan kamu juga disayangi oleh banyak temanmu. Hal ini terbukti dengan ceritamu kalau kau diucapin selamat saat ultah ini sebanyak 59 teman dan juga diberi banyak hadiah. Itu yang membuatmu makin PD dalam berteman. 

Makasih Hasna selalu berjuang untuk hafalan hingga saat ini putaran 1 juz 9, padahal pinginnya langsung setor sampai juz 12 namun waktunya tidak cukup, harus berbagi dengan temannya. Ingat waktu itu saat kamu ragu karena merasa gak bisa pelajaran qiroat.

Makasih ya Hasna tidak gengsi meminta maaf, “maaf ya mi jika merepotkan”. Padahal meminta maaf itu hal yang sulit untuk banyak orang. Pernah beberapa kali  kau marah pada umi karena umi sedang jalan-jalan sama murid umi ke kali lanang. Umi berusaha menjelaskan karena sedang bertugas piket di saat kau nelpon. Kau marah, menangis, namun pada akhirnya kau meminta maaf "maafkan aku ya umi karena aku egois". Pas umi di RSAL Hasna marah juga karena umi tidak segera menelpon, "Umi sibuk ya, memang aku gak penting kok". Yaa Umi hanya bisa diam dan mendengarkan kekecewaan mu, karena memang umi lagi menjenguk U Rika yang sedang mau kemoterapi, namun alhamdulillah akhirnya kau juga mengerti kondisi umi. 

Makasih ya Hasna yang selalu berterimakasih “makasih ya umi sudah mau mendengarkan ceritaku” padahal umi malah yang selalu berharap mendapat cerita kamu nak yang seru dan selalu tentang hal yang positif, kalaupun kamu lagi kurang enak hati dengan temanmu atau ablamu, umi jadi bisa memberikan saran dan menggiring pikiranmu untuk menjadi positif lagi dan yang menyenangkan kamu selalu "iya mik, walaupun itu sulit".

Makasih ya nak kamu yang selalu mengagumi umi, melihat kelebihan umi, kesabaran umi...wah ini umi nangis lagi nak...saat nulis ini di belakang murid laki-laki umi, dan akhirnya murid umi yang bernama Adli mengomentari "ustdh ibu yang baik, selalu berterimakasih pada anaknya". 

Kamu sering bilang "aku bersyuku punya umi yang sabar, aku ingin jadi seperti umi tapi itu sulit". "Aku bahagia punya umi yang baik dan dermawan.". Kayaknya di dunia ini hanya beberapa deh yang mengungkapkan kebaikan umi, dan salah satunya adalah Hasna.

Makasih nak kau selalu mengkhawatirkan umi "umi baik-baik saja kan? Murid umi sudah baik ta sama umi?" seakan kau tak rela jika ada satupun yang melukai hati umi. 

Makasih ya Hasna yang selalu memaklumi umi yang jarang berkunjung ke pondokmu, mengingat tempatnya yang jauh dan berbeda arah dengan kepulangan ke Surabaya. Kau selalu bertanya setiap nelpon "Umi lagi di mas yo?". Umi sebenarnya merasa bersalah karena hal itu, namun kalau umi ke Sidoarjo itu jika kemalaman bisa nginap di Rungkut, lha kalau ke Kertosono mesti harus punya waktu khusus yang tidak bersamaan dengan piket dan qodarulloh kok waktu penjengukan jadwalnya bersamaan dengan jadwal piket umi, jadi pasti gak akan bisa menjenguk. Alhamdulillah semester ini pondokmu menetapkan setiap minggu boleh di jenguk, jadi umi bisa fleksibel menjengukmu.