Naik Kelas
Akhir Juni pengumuman Hasna dan Sari. Hasna meminta maaf "Umi jangan marah ya, aku ngasih tahu umi. Dalem minta maaf karena tidak lulus, umi marah tidak?". Spontan saja "Nggak kok dek, umi gak marah". Ya memang aku gak marah, aku sante saja, apalagi mendengar penjelasan selanjutnya kalau dari 146 orang yang lulus hanya 11. Banyak komentar negatif di grup, protes "bagaiman sistem pembelajarannya kok segitu banyak tidak lulus". Namun saya tetap yakin kalau ini semua demi kebaikan santri, semua sudah dipikirkan oleh Sulaimaniyah. Ada juga yang merasa tidak nyaman dengan komentar negatif sehingga left grup. Namun saya lebih baik memantau saja, kalau setuju saya love. Jika tidak ya saya diam, pasti nanti akan ada yang melerai. bukan saya mengabaikan, namun tidak guna berdebat....keramean di grup masih terus bergulir.
Menghadapi segala hal, hal keramean di grup memerlukan kecerdasan emosiaonal.
Id itu adalah instick yang muncul secara otomatis...saat anak tidak lulus pasti akan mencari sebab, mencari siapa yang salah dan seterusnya. Tindakan dan pemikiran yang dikeluarkan dan tampak itu adalah ego, misalnya dengan chat yang berapi-api, memprotes guru, mendebat teman. Ada juga yang hanya mendengarkan, atau bahkan ada yang menenangkan teman2 di grup.
Bagian yang mengontrol perilaku itu adalah super ego. Ada satu walsan Bu Laily yang menge chat saya "Njenengan kok diam saja di grup bu?". Saya bilang kalau mendebat di grup tidak ada guna, sama-sama belum faham. Malah Bu Laili yang saya puji karean beliau chat "Ijazah, sertifikat itu hal yang kecil, hanya riak riak saja..yang penting anak menjadi ahlul Quran". Masyaalloh beliau lebih tinggi keyakinannya pada Alloh dan pada Sulaimaniyah. Pantesan putra beliau menjadi terbaik di sulaimaniyah.
Masyaalloh saat mengikuti zoom dengan abi Irsyad, sangat tenang beliau menghadapi berbagai pertanyaan di chat zoom. Terlihat bahwa ketenangan beliau karena hatinya ikhal mengabdi pada sulaimaniyah, pada Alloh lewat jalur quran sehingga jawaban tersebut membungkam grup yang ramai menjadi sepi lagi. Kini grup ramai dengan pesanan seblak dari koodinatornya ibu Uma.
Dalam menghadapi kehidupan ada3 tipe manusia :
1. telor dibanting pecah di ubin maka telor akan pecah namun ubinnya tidak apa-apa artinya dirinya hancur dan kehancurannya itu dia menyalahkan dirinya sendiri, maka akan semakin hancur.
2. besi : keras dibanting ke lantai, besi tidak apa-apa, lante rusak, artinya manusia itu sekeras besi, saat gagal dia menyalahkan orang lain yang bahkan akan merusak perasaan dan hati orang lain dengan kata-kata maupun perbuatannya.
3. bola bekel : makin masalah yang dihadapi level tinggi maka makin pintar, melentingkan diri. Lingkungan tidak akan tersakiti malah mungkin akan bisa memperbaiki lingkungan yang kurang baik.
Saat teman marah, maka bersanding untuk menenangkan dengan perilaku yang sama (minumannya, makananya)
terapi kognitif : bayangkan apa yang anda inginkan, menyenangkan dan tarik nafas 3x, masuk kelas dengan suasana senang dan tidak menjustifikasi kelas dengan jelek.
QS 3 : 186
Keniscayaan Ujian Dalam Hidup
Sunatullah menguji inilah keniscayaan ujian dalam hidup, Rasulullah SAW sebagai manusia agung tidak terlepas dari problem dalam menjalani kehidupannya. Bahkan sejak dalam kandungan Muhammad SAW telah menjadi yatim dan bertubi-tubi ujian menimpa beliau semasa hidupnya. Bila Nabi SAW saja diuji sedemikian rupa, maka sudah sewajarnya kita sebagai umatnya juga diuji dalam menjalani kehidupan. Ujian hidup pada ayat QS 3 : 186 adalah sebuah keniscayaan.
Isyarat yang cukup bagi seorang mukmin dengan keniscayaan datangnya banyak ujian hidup.
Dalam ayat QS 29 : 2 janganlah kita mengira dengan masuk islam kita akan terus senang dan bahagia, kita harus siap diganggu dan dihujani makar musuh bahkan sekiranya kita tidak mengusik mereka...mereka yang akan mengganggu kita.😭😭😭
Menurut al-Qusyairi, seorang mukmin memiliki dua bekal untuk menghadapinya : sabar dan sikap tenang. Dalam ayat QS 25 : 75 - 76 dua sikap ini terbentuk dari keyakinan orang mukmin berjalan dalam takdir yang telah digariskan Allah SWT.
Sungguh menakjubkan orang yang beriman itu. Dalam suatu hadits Rosululloh SAW bersabda : Setiap spasi, detik dan titik dalam hidupnya dipenuhi dengan rasa bahagia dan senyum merekah. Semua dihadapi seakan-akan baik-baik saja. Betapa tidak? Saat ia ditimpa satu keburukan, ia sabar. Dan, saat menerima hadiah kenikmatan, ia bersyukur."
Segala bentuk ujian dapat bernilai kebaikan bagi orang mukmin. Selain sabar ketika mendapatkan ujian, orang mukmin juga dituntut untuk bersyukur ketika mendapatkan nikmat. Bersyukur dapat diekspresikan dengan dua bentuk. Pertama, dalam bentuk pujian (hamdalah) lewat lisan karena adanya kebaikan yang didapat. Pujian ini muncul dari perasaan rela sekecil apa pun kebaikan yang didapat. Kedua dalam bentuk perasaan puas dalam hati dengan apa pun nikmat yang diterima. Rasa syukur baik dalam hati maupun lewat lisan adalah dua bentuk yang dapat dipraktekkan secara bersamaan.
Fokuslah pada urusan kita, tak perlulah kita pusingkan apa kata orang, selama yg kita lakukan adalah kebenaran. Karena kita yang bertanggung jawab atas kehidupan kita.....bukan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar