QS 3 : 153
Kesedihan Demi Kesedihan
Rasa sedih merupakan hal yang wajar ada pada diri manusia. Ini merupakan hal yang manusiawi. Karena, sesungguhnya, selama seseorang masih dalam kehidupan di dunia, maka tidak akan pernah bebas dari kesedihan.
Imam Al-Ghazali menyebut bahwa kesedihan pada diri seseorang biasanya karena tiga hal. Pertama, karena menginginkan sesuatu yang tidak tercapai. Kedua, karena kehilangan sesuatu. Dan ketiga, karena takut akan masa depan.
Allah menimpakan Kesedihan demi kesedihan pada ayat QS 3 : 153 agar kita tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari ekspektasi kita. Pesan dari ayat ini adalah Allah ingin kita kuat dalam setiap ujian dan tangguh dalam menghadapinya sehingga Allah memberi ujian - ujian walau Allah SWT di ayat QS 3 : 139 tegas melarang manusia untuk larut dalam kesedihan. Karena, rasa sedih hanya akan membuat seseorang terus menerus down dan tidak semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dan di ayat QS 16 : 127 kita harus bersabar tidak boleh bersedih dan berlapang dada.
Sesungguhnya Allah SWT melihat kondisi hati seseorang bukan pada penampilan atau fisik. Allah SWT lebih suka pada hati yang sedih dan hancur, kemudian Dia memuliakan kebersamaan dengan-Nya seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadits Qudsi. "Aku bersama orang-orang yang hatinya hancur."
Kesedihan menjadi pelindung hati dari kelalaian, juga berfungsi sebagai pagar yang menjaga hubungan erat antara hamba dan Sang Pencipta.
Sufyan bin Uyainah berkata, “ Kalau saja ada orang yang bersedih lalu menangis di tengah satu umat, maka Allah SWT pasti akan merahmati seluruh umat itu disebabkan tangisan orang tersebut.”
Kesedihan yang bertumbuh bersama ikhlas dan kesungguhan hati akan mendekatkan seorang hamba dengan Sang Pencipta serta sekaligus menutup pintu kesombongan, riya’ dan sum’ah
Rahmat Allah SWT meliputi pengalaman manusia akan kesedihan atau apapun yang tidak diinginkan, yang akan berlangsung sepanjang hidupnya. Mengapa perasaan sedih disebut rahmat Allah?
Sebab ketika kesedihan mulai muncul, selalu diakhiri dengan dampak positif dan berbagai manfaat bagi seseorang yang terkena musibah. Hal ini memang bisa berbeda-beda sesuai taufik yang Allah beri dan kesadaran diri sendiri dalam memetik pelajaran.
Jika kita sedang ditimpa musibah, maka di ayat QS 2 : 286 jangan gegabah untuk berpikir buruk, berprasangka tidak baik pada Allah SWT dan pada siapapun. Setiap kesedihan yang menimpamu, pasti diikuti dengan hikmah yang indah.
Allah SWT di ayat QS 67 : 2 menciptakan makhluk-Nya tak lain untuk diberikan ujian, cobaan, ataupun musibah pada manusia agar terlihat ibadah mereka. Jika sedang senang, apakah bersyukur? Jika sedang bersedih, apakah bersabar?
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapapun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka akan menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Kebahagiaan "ini lah hidup yang kuinginkan" terucap diujung karierku di Surabaya. Namun karena loyalitas, pengabdian, empati pada anak dan lebih penting dari itu semua adalah ingin hidup yang bermanfaat, bisa menolong orang lain yang membutuhkan......bismillah aku Berpindah dari zona nyaman,
Hari demi hari awalnya merasa "Ini seperti umroh tiap hari" lebih tepatnya kalau tiap hari umroh itu namanya haji. Alhamdulillah sangat banyak bersyukur atas karunia lingkungan fisik yang sehat dan membahagiakan. Lingkungan yang membuat sehat, bahkan namanya UPIL saja ya biasanya warna hitam saat ini menjadi warna putih, saking bersihnya lingkungan ini. Wifi menyala di semua area. Makanan tidak usah masak tinggal menikmati seperti sorga. Bahkan bisa berbagi menu lengkap, senangnya bisa membuat orang lain senang.
Keadaan berubah, hari demi hari merasakan suasana batin yang berbeda. Lingkungan psikologis bersama dengan orang lain yang membuat harus belajar banyak memaksa hati untuk bisa lentur memahami kondisi orang lain yang berinteraksi bersama. Sepi di tengah keramaian karena berpikir dan berbuat sendirian. Saat menentukan keputusan dirasa sudah dengan berbagai pertimbangan namun apa yang diidekan selalu salah di mata orang lain. Efek berikutnya menjadikan rasa dibenci karena tidak kuasa memberikan apa yang membuat senang. Padahal yang senang belum tentu membawa efek kebaikan, justru sebaliknya melemahkan mental dan ketangguhan. Karena hal itu memanjakan anak yang harusnya menjadi jiwa yang penyabar.
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapapun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka akan menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)