QS 36 : 26 - 27
Pesan Damai Hati Yang Tulus
Keteguhan iman dan istiqomah dalam ibadah dan dakwah akan berakhir indah sebagaimana yang dialami oleh Habib al - Najjar, selain itu Habib melakukan dakwahnya dengan tulus dan santun. Meskipun pada akhirnya kematiannya tragis, sebelum kematiannya tetap berharap kaumnya mendapatkan ganjaran dan kebahagiaan sebagaimana pesan damai hati yang tulus dalam berdakwah di ayat QS 36 : 26 - 27 Allah memasukkannya dalam golongan al mukramin (orang-orang yang dimuliakan).
Rasulullah SAW bersabda, “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek?” (HR. Bukhari)
Dalam sebuah Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW, Ka’b al-Ahbar berpendapat, “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat, “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Kematian dalam Al Qur’an :
1. QS 3 : 154, kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
2. QS 4 : 78, kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
3. QS 62 : 8, kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
4. QS 31 : 34, kematian datang secara tiba-tiba.
5. 63 : 11, kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun di ayat QS 16 : 30 - 32 akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu."
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya, amiin.
Membaca tulisan di atas mengingatkan aku pada sepasang suami istri yang setia sampai mati. Warga Rungkut Harapan, Suaminya meninggal pagi hari dan istrinya meninggal sore harinya. Ada juga orang tuanya pak dosen UMM Saiful, Ayahnya sedo senin dan ibunya sedo selasa. Namun walaupun hari yang sama, bahkan dimakamkan di liang kubur yang sama, menghadap Alloh tetap sendiri-sendiri.
Kematian memang hal yang mengerikan, bagi yang belum merasa dicintai dan mencintai Alloh. Bagi yang sudah mencintai Alloh pasti akan senang karena segera ketemu dengan yang dicintai. Makanya saat halbi dengan ustd Taufiq AB meminta doa pada orang supaya dapat mencintai dan dicintai Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar