QS 3 : 139
Berdamai Dengan Mental Health
Mental health atau kesehatan mental adalah aspek penting dari kesejahteraan secara keseluruhan karena berpengaruh langsung terhadap cara berpikir, merasa dan berperilaku. Maka berdamai lah dengan mental health, karena manusia di ayat QS 3 : 139 adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya jadi janganlah merasa lemah dan janganlah bersedih hati.
Subhannallah.... islam Sungguh sangat holistik, kesehatan mental pun dibicarakan dengan serius. Bagaimana berdamai dengan mental health ?
1. QS 2 : 155 kehidupan dunia kita akan terus dipenuhi dengan ujian, yang di uji adalah emosi kita yaitu rasa cemas, takut, khawatir dan prihatin. Agar menjadi pribadi yang tangguh.
2. QS 40 : 60 kembalikan kepada Allah karena Dia menjanjikan jika kita meminta pasti Allah akan memberi. Dan ingatlah Allah, dengan mengingat Allah dalam ayat QS 13 : 28 hati menjadi tentram.
3. QS 10 : 57 jadikan al Qur'an sebagai teman hidup yang tak terpisahkan karena al Qur'an penuh kisah inspiratif, pengingat, tips-tips praktis dan kata-kata bijak. Al Qur'an sebagai blue print karena di dalamnya ada petunjuk tentang bagaimana kita menavigasi masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan dan kesedihan.
4. QS 2 : 153 bersabarlah, meskipun terkadang terasa sulit untuk bersabar dan terus percaya kepada Allah. Dan di ayat QS 2 : 216 berbaik sangkalah kepada Allah bahwa Allah paling tahu waktu terbaik selesainya masalah karena hikmahnya selalu ada setelahnya.
Masalah adalah fahamkan hambaNya bahwa Allah medidik hambaNya agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Rasulullah Shollallahu 'alaihi wassallam bersabda:
Jika Allah menghendaki kebaikan atas hamba Maka Allah memberinya mushibah (HR Bukhori)
Wallahu'alam bishowab
Seorang anak mengalami stres saat memiliki guru yang perfecsionis. Maksud seorang guru itu supaya muridnya lebih baik dari dirinya yang mampu belajar maksimal dan menghafal dengan waktu yang cepat. Namun maksud baik itu belum bisa diterima secara positif oleh sebagian muridnya. Akibatnya yang bisa berpikir positif dia akan melaju kencang, sebaliknya yang berpikir negatif dia akan mengalami stres.
Pelampiasannya bermacam-macam, ada yang menjadi emosional memukul kaki ke lantai dan muka cemberut, ada yang cuek saja sambil muka ketawa tanpa beban bilang "gak mau ah saya menghafal bu". Ada juga yang melampiaskan dengan hal negatif, misalnya kabur dari kelas untuk sekedar guyon dengan temannya, ada yang nongkrong di warung kopi sambil merokok.
Namun sebenarnya bukan karena faktor guru yang perfeksionis seh, kebanyakan lebih karena respon negatif seseorang dalam menanggapi situasi tekanan. Rasa kurang bertangung jawab sehingga mencari orang lain sebagai alasan untuk disalahkan "iya guruu yang salah sehingga membuat saya trauma dan tidak mau nbelajar lagi di sana".
Sementara aku sendiri, saat ditekan dengan cara tidak diorangkan dengan tidak dilibatkan dalam suatu kegiatan dan tangung jawab di sekolah. Pertamanya memang setres, nangis, sakit hati, sedih. Namun akhirnya aku sembuhkan lukaku, aku bangkit dan aku gali potensiku dan akhirnya aku menjuarai lomba karya ilmiah guru, juara 1 yang diselenggarakan oleh ITSF perusahaan Jepang, ikut pelatihan di Bandung dll. Akhirnya dari semua itu bangkit kembali namaku, muncul dan lebih dipercaya sehingga mendapatkan kesempatan ke Turky karena memiliki murid sebagai peserta terbanyak....Alhamdulillah siapa mau iri, wong persaingan secara verr diumumkan di depan publik.
Segala hal baik maupun buruk harus disikapi positif, seperti halnya di bawah ini
Ajaibnya keadaan seorang mukmin? Bagaimana bisa?
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar.
Sebaik apapun kondisi jika tidak bersyukur maka akan mengeluh dan tidak merasa puas, itulah mata lebah yang selalu hinggap pada bunga dan menghasilkan madu, sebaliknya jika mata lalat hanya melihat hal yang busuk itu seperti sesorang yang melihat segala hal dipikirkan negatif maka tidak akan pernah merasa ada kebaikan, tidak pernah merasa ada hikmah dan akhirnya banyak mengeluh dan tidak pernah bersyukur.
Jadi intinya hidup ini hanya bersyukur dan sabar maka semua akan menjadi baik. Karena itulah dalam quran di sebutkan sabar dan syukur namun Alloh menyatakan sedikit hambaKu yang bersyukur.
Kata "sabar" dan turunannya dalam Al-Qur'an disebutkan sekitar 103 kali, yang menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dalam ajaran Islam. Penyebutan yang berulang ini mencakup berbagai konteks, seperti menghadapi ujian, menjalankan ketaatan, dan menjauhi larangan.
Kata "syukur" dan yang seakar dengannya disebut sebanyak 75 kali dalam Al-Qur'an, tersebar di 69 ayat dan 37 surat.
Ayat tentang sedikitnya orang yang bersyukur terdapat dalam QS. Saba' ayat 13:, yang artinya "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." Ayat lain yang juga menekankan hal ini adalah QS. As-Sajdah ayat 9 yang menyebutkan bahwa "tetapi kamu sedikit sekali bersyukur," serta QS. Al-Mulk ayat 23 yang menyatakan "sangat sedikit hamba-Ku yang bersyukur."
Ya Alloh jadikan kami hambaMu yang bersyukur...aamiin
"Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik" berarti "Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir (mengingat) kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu". Doa ini diwasiatkan oleh Nabi Muhammad kepada Mu'adz bin Jabal untuk dibaca di akhir salat, dan hadisnya diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad.