QS 15 : 85
Sikap Yang Harus Di Miliki Saat Mengajak Kebaikan
Allah SWT menerangkan pada ayat QS 15 : 85 bahwa menciptakan semua yang ada di langit dan bumi dengan maksud dan tujuan sesuai dengan pengetahuan dan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Dan menegaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang tidak ada keraguan sedikit pun. Ini sebagai peringatan bahwa apabila tidak mau beriman kepada Allah SWT dan nabi Muhammad serta tidak mau mengambil pelajaran dan pengalaman yang telah dialami umat-umat terdahulu maka Rosul di ayat QS 15 : 94 diperintahkan untuk berpaling dari mereka, dan memperlihatkan sikap yang baik, budi pekerti yang tinggi serta di ayat QS 15 : 85 memaafkan tindak tanduk mereka yang tidak wajar dengan cara yang baik.
Inilah sikap yang harus dimiliki saat mengajak kepada kebaikan dalam ayat QS 41 : 33 inilah sebaik-baik amalan dan yang menjalankannya merupakan orang pilihan.
Mengajak Kebaikan adalah tugas mulia, dakwah (mengajak kepada kebaikan) juga harus ada terlebih dahulu sebelum jihad/ memerangi musuh di jalan Allah SWT. Seperti inilah dahulu keadaan Rasulullah SAW sebelum memerangi orang-orang kafir. Beliau mengajak mereka terlebih dahulu untuk masuk ke dalam agama yang mulia ini. Dengan ini pula, dahulu Rasulullah SAW berpesan kepada para komandan pasukan sebelum berperang dengan musuh. Siapa yang mau menerima ajakan Islam, dia disambut dengan baik. Sebaliknya, siapa yang menolak, ia diperangi.
Apabila ajakan kebaikan ini mendapat sambutan yang baik, sungguh amat besar pahala yang akan diraih oleh orang yang mengemban ajakan mulia ini. Satu orang saja mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui kita, itu lebih baik bagi kita daripada mendapatkan unta merah, kendaraan orang Arab yang paling berharga. Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh, demi Allah, apabila Allah memberi hidayah/petunjuk kepada seseorang melalui kamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu mendapat unta merah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kalau satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui kita, maka kita mendapat keutamaan sebesar ini, lantas bagaimana jika yang mendapat petunjuk itu banyak?! .....Masyaaloh❤️
Mari kita semangat bergerak dalam gerakan cinta al Qur'an untuk meraih cinta Allah❤️
Menjadi guru ternyata adalah cita-citaku. Profesi apa yang bisa mengajak baik orang lain sebanyak mungkin kecuali menjadi guru. Namun sungguh mengajak kebaikan itu tidaklah semudah mengedipkan mata. Pernah mengajak solat dhuha 2 rokaat dianggap sebagai pemaksaan dan dengan entengnya berkata "saya tidak sealim ustdh". Dengan sante aku jawab "kalau hanya itu, ustdh yakin kamu ringan aja, tidak perlu menunggu alim, hehe"
Pernah mengajak ngaji dengan tersipu malu berkata "aku kok malas menghafal qur'an ya fren" langsung dengan segera dia menepis pernyataannya sendiri sambil mengecup Qur'annya "astagfirulloh nggak wes, aku cinta kamu". Saya yakin dia sadar bahwa itu salah dan ingat ortunya yang menugaskan belajar di sini untuk menjaga hafalan qur'annya juz 30, 29, 28, 27, 26, dari depan juz 1 sampai dengan 6. Sungguh menjaga hafalan itu lebih tidak mudah dibandingkan dengan ziyadah/ setor tambah.
Ada juga yang dengan terang-terangan tanpa rasa bersalah berkata "lagi gak pingin hafalan, agak bosen". Merasa mengaji karena tuntutan orang tua yang sudah membandingkan dengan 2 kakaknya yang telah hatam 30 juz setelah itu kuliah. Saat diminta menyetrokan hafalannya ada saja aktivitas yang dilakukan mulai dari ke kamar mandi lamaaa, ngobrol dengan berbagai topik yang selalu muncul, ketawa guyon mulai dari guyon jelas sampai guyon gak jelas. Bengong dengan qur'an di tangan dan sampai tidur yang sulit dibangunkan. Sungguh sebuah hidayah untuk seorang itu mau belajar qur'an dengan sungguh-sungguh....masyaalllooohh alhamdulillah Kau telah karuniakan kami 5 anak yang belajar qur'an. Tiada terhingga syukur saya Ya Alloh, aku makin cinta Engkau.
Saat murid membutuhkan pertolongan sarana bazar, mereka searching di Instagram dan memperoleh alamat yang sangat jauh. Malam hari aku merayu suamiku untuk mengantar meminjamkan alatnya. "Emang temanmu gak ada yang bertugas? emang harus kamu yang mengatasi hal ini?". Ya saya tidak menyangka kalau bagian sarana juga tidak mengingat hal ini, padahal sudah diinformasikan tempatnya. Bagian kesiswaan juga memberikan solusi seadanya saja. "Ayo ta mas, emang aku yang harus membantu mereka, emang aku harus bertangungjawab terhadap keberesan acara mereka, wes ta tolong mereka biar kita ditolong Alloh dan tolong aku atas tangung jawabku di sini". Akhirnya kami berangkat, menurunkan, dan paginya masih juga tidak ada yang bisa dimintai tolong. Seorang satpam dan suamiku yang mendirikan tenda itu.
Saat selesai pendirian tenda sampai acara selesai, tiada sepatah katapun berterimakasih. Bahkan masih juga tidak menyapa, seakan tidak terjadi apa-apa. Untung kami sudah selesai urusan berharap dari manusia. Hanya berharap Alloh mendidik hati mereka dengan terus memberikan kebaikan. Padahal kalau sama guru lainnya membawa tongkat saja mereka langsung tanggap untuk membantu dengan rasa yang penuh kasihan, menganggap itu sebuah perjuangan seorang guru. "sini ustdah saya bantu, kasihan, ustdahku luar biasa". Astagfirulloh bimbing hati kami ya Alloh. Tetapkan kami pada kesabaran, keridhoan dan syukur padaMu...aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar