Ibu Sarminah
Sabar dan Tangguh
Janda yang berusia 65+. Beliau hidup berdempetan dengan musholla miftahul Jannah, tanah belakang musholla adalah kandang ayam dan kamar mandi ibu Sarminah. Beliau memiliki perbedaan dengan kita yaitu jari 2 tangan dan 1 kakinya ada yang menyatu dan lebih pendek dari umumnya. Namun beliau sabar dan berjuang tanpa merasa ada kekurangan itu. Pernah ada yang bilang "Apa kamu bisa melakukan pekerjaan dengan kondisi seperti itu?". Beliau menjawab dengan bahasa jawa yang saya terjemahkan dalam bahasa indonesia "Yang memberikan hal ini adalah Alloh, kamu dikasih seperti ini pasti juga tidak mau. Kamu juga tidak bisa membuat yang seperti ini". Namun beliau membuktikan bahwa lebih tangguh dari orang yang normal. Beliau bisa menyelesaikan memananm padi satu petak dengan waktu yang lebih cepat dari orang normal. Beliau bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah bahkan beliau pernah menikah 2 kali dengan 2 perjaka.
Pernikahan pertama beliau memiliki 1 anak laki-laki yang telah meninggal. Pernikahan kedua dengan perjaka dan memiliki 6 anak. Anak ke 1 dan ke 4 laki-laki, menikah memiliki 1 anak namun cerai dan kini hidup bersama beliau. Anak ke 6 laki-laki belum menikah dan tinggal bersama beliau juga. Jadi beliau tiggal bersama 3 anak laki-lakinya yang kondisinya tidak bekerja.Anak pertama usia 50 tahun dan kini menderita gagal ginjal sehingga setiap hari Senin dan Kamis diantar oleh anak ke 4 ke rumah sakit untuk cuci darah. Kadang naik ambulance, kadang naik sepeda motor dengan ditali menggunakan sarung oleh adeknya. Biasanya setiap solat adzan di musholla dekat rumahnya, sejak 5 bulan ini hanya bisa di atas dipan dan mengeluhkan perutnya sakit karena perutnya membesar.Ibu Sarminah yang mendampingi dan memijit jika anak ke 1 mengeluh sakit. Beliau bilang "gak popo aku ngramut anakku, engko gantian anakku seng ngramut aku. Mestilah uwong ate tuwo lan mati, yo harapane lek mati ora ngrepotne anak".
Beliau ingin sehat dan panjang umur supaya bisa merawat anaknya. Beliau pernah ditebak oleh kyai akan kuat dengan kondisi tubuh berbeda dan banyak. Alhamdulillah beliau meyakini itu dan benar anaknya beliau termasuk anak yang perhatian pada orang tua.
Rumah beliau dari luar bagus, lantai 2 dengan desain kekinian. Orang pasti tidak menyangka kalau kondisi rumah aslinya sangat kuno dan tidak layak huni. Bocor yang ditampung dengan panci dan bak mandi, temboknya sudah coklat, atapnya lobang-lobang. Rumah asli beliau bersama suaminya. Rumah itu adalah dibikinkan oleh anak perempuannya yang kini sudah janda. Anak perempuan itu suaminya mengelola bengkel dan kini suaminya telah meninggal. Bengkelnya diteruskan oleh anak laki-lakinya. Anak perempuan itu bilang "Wes ibuk aku bangunkan rumah, biar sempat hidup di rumah bagus". Anak perempuan beliau tinggal di Kecamatan lainnya.
Enam anak beliau lulusan SD, karena tidak mampu menyekolahkan. Kini kalau makan ada tabungan dan juga dikirimi anak-anaknya lainnya 200k atau 300k. Dibelikan mie atau telor. Kalau sahur di siapkan di piring-piring dan mengambil nasi sendiri. Beliau melayani 3 anak laki-lakinya dengan sabar, makan seadanya. Namun demikian beliau masih juga ingin bersedekah "aku yo pingin sedekah nak, walaupun mek seteguk ngombe. gae sangu neng akhirot, meng yo piye maneh ora enek seng digae sedekah. Yo wes seisone wae".